Author pov
Hari ini , Ari sudah berjanji pada Aisyah untuk membawa Steffi kerumahnya. Sejak pukul 10 siang tadi Ari sudah berada di depan tempat latihan yang biasa Aisyah datangi, rasanya seperti rindu ketika Ari menjemput Aisyah dan mendapatkan omelan sekian banyak kalau Ari masih ngotot menemaninya sampai selesai."Lama ri?" Suara itu membuat Ari yang tadi bersandar di motornya langsung menoleh kearah belakang.
"Nggak kok barusan"
"Seharusnya loe nggak usah jemput gue gini, gue bisa kok kerumah Aisyah sendiri dianter sopir"
Kata Steffi sambil membereskan beberapa barang yang berantakkan di dalam tas nya."Nggak papa, aku kan udah janji sama Aisyah buat bawa kamu kesana. Jadi musti aku yang jemput"
"Terserah elo lahh"
"Yaudah berangkat sekarang?"
Steffi mengangguk lalu menaiki motor milik Ari, sebenarnya Steffi sedikit canggung seperti ini dengan Ari.
Apalagi setelah 1 Minggu sebelum Aisyah kecelakaan dia bercerita kalau dia benar sedang jatuh cinta, bukan Steffi takut karna dia juga menyimpan rasa. Tapi yang dia tau Aisyah sangatlah trauma dalam hal jatuh cinta, dia hanya takut jika seperti ini membuat Aisyah juga marah padanya.Lama dijalan dengan keadaan kaku seperti terasa lama bagi Steffi dan Ari, bagaimana tidak, mereka tidak terlalu dekat namun disuruh berbonceng seperti ini. Mereka sampai diperkarangan rumah Aisyah yang terlihat sepi. Ari maupun Steffi tidak kaget sama sekali, ini sudah biasa menjadi cerita bagi Aisyah.
Saat turun, yang membuat Aisyah terkejut dia melihat sosok remaja mirip dengan sahabatnya, bedanya dia kurus , pucat , rambut yang tergerai panjang, senyum yang tipis bahkan hampir tidak bisa disebut senyum. Terlihat dia sangat tertekan. Namun ada sedikit binar bahagia ketika melihat lelaki dibelakang Steffi yang membawakan sesuatu untuk nya mungkin?
"Ari, kamu kok lama"
"Iya, jemput Steffi dulu"
Ari menjawab sambil menunjuk Steffi yang masih saja kaget melihat pemandangan yang ditunjukkan sahabatnya ini. Kemana Aisyah yang kuat? Kenapa jadi seperti ini. Mungkin itu yang dipikirkan."Steffi?" Aisyah berusaha mengingat , dia seperti tak asing dengan nama itu. Tapi siapa?
"Sahabat kamu yang pernah aku ceritain ke kamu" Aisyah tersenyum.
Dengan spontan Steffi langsung memeluk tubuh rapuh Aisyah, tak disangka dia menangis dipelukan sahabatnya."Gue kangen bego! Loe kemana aja! Jahat banget loe gak ingat gue! Liat aja kalo loe udah sembuh gue abisin loe!"
Teriak Steffi sambil terus memeluk erat Aisyah, membuat Aisyah yang tadinya kaget langsung luluh membalas pelukan Steffi. Mereka seperti menyalurkan rindu yang selama ini lama mereka pendam."Aku janji, dalam waktu dekat aku bakalan inget kamu sama Ari. Tunggu aku yaa"
Perkataan Aisyah malah membuat Steffi makin menangis."Bego! Gimana loe mau pinter matematika kalau inget gue aja loe nggak bisa?!"
Teriak Steffi kembali membuat ari mau tak mau harus mengendalikan Steffi kalau mau Aisyah baik baik saja."Udah steff, aku kesini mau ajak kamu ketemu sama Aisyah. Bukan malah kasih tontonan aku drama gratis gini"
Steffi yang sadar, kalau tindakan nya bisa membuat fatal. Langsung melepaskan pelukan nya.
Ini bukan karena Steffi benci dan ingin Aisyah mati cepat. Ini kemarahan! Kenapa harus Aisyah yang merasakan ini? Kenapa? Dia sudah terlalu banyak beban. Dari orang tua , kisah cinta , konflik dengan sahabat nya. Apa itu kurang menyiksa?
Itu yang kini berputar dipikiran Steffi."Yaudah, masuk yuk. Aku bikinin minum. Aku sekarang udah bisa bikin minuman. Yukk!"
Aisyah mengandeng tangan Steffi diikuti Ari yang berjalan dibelakang nya.
Ari tersenyum, ketika Aisyah bisa mengeluarkan air matanya. Selama ini dia hanya tersenyum. Tersenyum untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Ari tidak suka itu, jika ingin menangis , menangis saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You. Friends!
Fanfiction"Jangan cari masalah sama gue, kalau muka loe gak mau bonyok" - Aisyah "Kamu itu satu satunya gadis yang paling manis yang aku temui" - Ari Ketika gadis jago taekwondo, jatuh cinta dengan sosok laki laki humoris nan romantis. -Ini hanya fiktif belak...