Part 33

3K 197 24
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Ari dirumah sakit. Sudah 3 hari juga aku bolak balik sekolah , tempat latihan dan rumah sakit.
Kini saatnya Ari meninggalkan rumah sakit. Dan hari juga aku tidak bisa ikut menjemput Ari karna aku yang harus giat latihan untuk acara Porseni yang akan datang.
Kebetulan akulah yang ditunjuk untuk mewakili perguruan taekwondo ku ini.

"Ari gimana syah?" Tanya Steffi yang saat ini juga giat latihan untuk mewakili perguruan juga di Porseni.

"Hari ini dia pulang"

"Syukur deh, salam aja ke dia gue nggak bisa ikutan jenguk tau sendirilah tugas banyak belom juga latihan ini"

"Iya steppie" Kataku dengan gaya cadel dan mencubit pipinya tanda gemas. Ia pun hanya tersenyum.

"Gue duluan deh ya, mau nugas lagi. Elo ati ati okee"

"Iyaah"
Aku kembali duduk dan meminum air putih untuk sekedar istirahat karena setelah ini aku akan pergi ke rumah Ari untuk melihat dia. Apakah masih sakit atau sudah baik baik saja.

Menempuh beberapa menit perjalanan dengan tukang ojek langganan akhirnya aku sampai pada rumah Ari , rumahnya terlihat sepi seperti biasa namun ada mobil asing yang terparkir didepan rumahnya. Melihat keadaan rumah Ari aku juga mengeluarkan makanan yang tadi sempat aku beli untuk Ari. Tidak mungkin kan aku datang tanpa membawa apapun.

Kutekan bel berulang kali namun tidak ada sahutan. Bel keempat baju saja kutekan namun seseorang yang asing datang membukakan pintu untukku.

"Cari siapa mbak?"

"Emmm. Anu ari nya?"
Aku tiba tiba gugup karena beliau belum pernah kutemui.

"Oh mas Ari. Ada mbak dilamarnya barusan aja pulang dari rumah sakit"

"Iya bu" Sepertinya ini pembantu Ari yang kemarin disebutkan oleh kak Riri.

"Masuk mbak"
Aku pun memasuki rumah Ari yang sepi. Entah kemana semua penghuni rumah ini.
Aku berjalan pelan menunggu ibu tadi untuk mendahuluiku karena ibu tersebut sedang menutup pintunya kembali.

"Aisyah" Dari atas terlihat mama Ari yang turun langsung memanggilku, aku tersenyum saat mama Ari berjalan kearahku.

"Kamu udah pulang sekolah sayang"

"Sudah Tante barusan"
Ibu tadi tiba tiba menuju kesamping mama Ari sambil menunduk tanda menghormati mama Ari selaku majikan.

"Oh iya bik, ini sahabat nya Ari kalau disini"

"Oh iya nya"
Ibu itu tersenyum padaku dan kubalas senyumnya.

"Yaudah ayo Syah keatas, Ari lagi istirahat dikamar"

"Iya Tante"

Aku dan mama Ari berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamar Ari diperjalanan aku dan mama Ari berbicara tentang Ari yang lumayan membaik dari kemarin. Tubuhnya yang energik sudah kembali kata mama Ari sudah tidak lemas lagi.
Aku memiliki rasa lega ketika mama Ari hanyut dalam cerita Ari yang membaik, setidaknya aku tidak perlu khawatir lagi bukan.

Sampai dikamar Ari, mama Ari langsung membuka kamar Ari. Terlihat seorang laki laki bertubuh tegap dan kak Riri disana. Siapa laki laki ini. Aku juga baru mengetahui nya.
Aku digiring masuk oleh mama ari, saat kak Riri dan laki laki itu melihat ku dengan ramah hanya kubalas senyuman.

"Oh iya, Aisyah kenalin ini papa nya Ari" Mama Ari sambil menunjukan papa Ari padaku. "dan pa iniloh Aisyah yang sering mama ceritain"

"Hallo om" aku mencium tangan papa Ari dan beliau hanya tersenyum sambil memegang kepalaku.

"Cantik ma"

"Iyadong pa, mama kan cantik jadi selera Ari nggak bakal jauh dari papa lah, kan papa seleranya kayak mama gini"

"Narsis banget ma" Celetuk kak Riri membuat kami semua tertawa. Aku ikut tertawa walaupun pandangan ku sedang menuju Ari yang lemas. Mungkin dia tidur jadi terlihat lemas. Tadi kan mama Ari sudah bilang kalau ari baik baik saja.

"Sini Syah duduk aja" Kata kak Riri mengagetkan ku mungkin kak Riri tau kalau aku sedang khawatir dengan Ari.

"Nggak papa kak disini aja udah kelihatan" Tolakku malu, bagaimana lagi ini didepan papa dan mama Ari asal kalian tau saja.

"Nggak papa syah duduk sana Deket Ari"
Kata papa Ari sambil memegang pundakku.
Aku melihat kearah mama Ari dibalas dengan anggukan. Merasa sudah diberi izin aku duduk di kursi yang tadi diduduki oleh kak Riri.
Kini mama , papa dan kakak Ari berdiri sambil melihat ku yang mendekati kearah Ari.

"Kita tinggal deh ya syah"

"Tapi Tante-"

"Udah nggak papa kamu disini aja. Temenin Ari nanti kalau dia nggak lihat kamu pas bangun dia bakal ngambek"
Aku hanya menunduk malu.

"Titip Ari syah, kami turun dulu"
Papa Ari menambahkan membuat aku makin malu.

"Iya om , Tante , kak. Selamat istirahat"

Meraka pun meninggalkan aku sendirian dikamar Ari. Kuletakan makanan yang dari tadi kubawa untuk Ari, aku tidak tahu jika Ari sedang tertidur kini.
Kuletakan makanan itu dekat meja disebelah kasur Ari. Saat meletakkan pandanganku langsung menuju satu foto yang berfigura seperti nya aku mengenali wajah itu.

Akhirnya kuputuskan mendekati foto tersebut sedikit kaget ternyata digambar itu adalah foto ku yang diam diam Ari ambil saat dirumah pohon. Digambar terlihat aku menulis sesuatu dengan senyum tipis. Bahkan aku tidak tahu bagaimana bisa dia mengambil gambarku saat aku tidak sadar begitu.
Aku menoleh sedikit ke kiri , tepatnya di rak yang dipenuhi foto masa kecil Ari dan kak Riri. Mereka terlihat bahagia dengan mama dan papa yang ada disampingnya.
Seketika aku mengingat nasibku, saat seumur Ari difoto ini aku malah harus menelan pahit pahit perceraian mama dan papaku. Bisa hidup dengan cukup begini saja aku sudah bersyukur. Dan juga kini aku sudah mulai memaafkan mama dan sedikit terobati masa kecil haus kasih sayang dulu.

"Ganteng kan gue"
Suara serak khas orang bangun tidur mengagetkan aku. Seketika aku menoleh kearah Ari yang menopang kepalanya dengan tangan kanannya.

Aku yang melihatnya hanya membulatkan mata lalu buru buru kembali tempat duduk yang ada tadi.

"Ganteng kan gue?"
Ari kembali menanyakan hal itu saat aku kembali duduk dengan sedikit menunduk karena malu ketahuan melihat foto Ari masa kecil.

"B aja"

"Masa"

"Bodo"

"Kamu udah makan?" Tanya Ari sambil berusaha untuk duduk dengan sigap aku membantunya.

"Udah gue dapet konsumsi dari latihan tadi"

"Gimana latihan nya? Udah jago belom?"

"Mau coba tanding sama gue" kataku sambil menyiapkan kuda kuda untuk menantang Ari.

"Nanti pas gue baikan bolehlah"

"Rese"
Kami langsung larut dalam diam sebelum aku mencairkan suasana kembali.
"Itu kok foto gue yang di pajang paling gede ukurannya"

"Mana?" Ari melihat kearah yang dimana fotoku menempel. "Ini mah bukan foto kamu"

Aku hanya menyergit dahi, apa maksutnya? Sudah jelas jelas itu wajahku yang sedang diambil diam diam oleh Ari.

"Terus siapa?"

"Ituuuuuu"
Ari menatapku sambil mengangkat angkat alisnya.

"Apa?!" Sentakku takut karna Ari mulai berulah.

"Foto dari calon ibu anak anakku kelak lah"
Yang kurasakan saat ini hanya ingin muntah karena tiba tiba banyak sekali kupu kupu yang terbang diperut ku.

"RESE" kataku.

-------------------------------------------------------
Assalamualaikum.
Selamat malam.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang