Part 52

1.8K 140 25
                                    

"Mama kenapa tega banget ngelakuin itu?"
Tanya Aisyah yang saat ini sedang mengintrogasi mamanya. Pasalnya dia sudah tau dan ingat kalau Aisyah bertemu dengan ayah kandung nya. Aisyah sedikit terpukul ketika tahu mama nya mengusir ayah kandung nya dan tidak boleh melihat nya lagi.

Setelah kemarin malam dia siuman , dia mulai kembali menjadi perempuan yang dingin. Disana ada Ari yang diam mematung di depan pintu kamar tak berani masuk. Ari memang pulang subuh tadi dia sudah berjanji pada mamanya.

"Ma, dia papa aku. Kenapa mama nggak bolehin dia lihat aku?"
Kata Aisyah yang masih berusaha tidak menangis karna Aisyah yang dingin kini kembali masuk kedalam tubuhnya.

"Tapi mama lakuin ini buat kamu syah"

"Dia memang mantan suami mama. Tapi dia masih tetep papa aku!"
Teriak Aisyah yang sudah tak tahan dengan sikap mama nya. Dari awal pernikahan kedua mama nya Aisyah mengakui dia sudah tidak pernah satu pemikiran lagi dengan mama nya.
Aisyah bahkan beberapa kali di bentak oleh mama nya dulu. Itu juga faktor kenapa Aisyah menjadi galak kepada seseorang yang baru saja datang kedalam hidupnya.

"Biar aja mama sama papa musuhan. Tapi aku tetep mau papa"
Kata Aisyah pelan membuat mama Aisyah tak kuasa menahan tangis. Dia baru sadar, ini memang salah.
Seharusnya dia mengutamakan keluarga nya agar tidak hancur seperti ini.

"Nakk..."
Kata mama Aisyah pelan sambil mengelus puncuk kepala aisyah. Namun dengan cepat Aisyah menyingkirkan tangan mama nya.

"Aku gak mau ngomong sama Mama. Mama pulang aja, urus kerjaan mama sama keluarga baru mama. Aku yakin sebentar lagi papa kesini jemput aku"

"Ai..."

"Pulang maa!"
Mama Aisyah yang awalnya kaget pun langsung menjauh dari Aisyah. Dia tau kalau anaknya ini memiliki sifat seperti dirinya yaitu tidak suka dibantah.
Mama Aisyah memutuskan until pergi dari kamar agar tidak membuat Aisyah makin menjadi. Saat keluar mama Aisyah bertemu dengan Ari yang duduk sambil membawa beberapa kantong plastik.

"Ari, kenapa nggak langsung masuk?" Tanya mama Aisyah sudah lebih dulu menghapus air mata nya.

"Tadi, Ari denger tante ngobrol sama Aisyah. Ari gak mau ganggu jadi Ari tunggi didepan"
Ari memamerkan senyum polosnya tanda kalau dia tidak mengetahui apapun yang ada di dalam tadi.

"Yasudah. Kamu masuk aja. Tante mau pulang urus adik Aisyah dirumah. Tadi Aisyah juga nggak tidur kok"
Ari menganguk lalu masuk kedalam kamar rawat Aisyah. Sebenarnya Ari tahu kalau Aisyah habis membentak mama nya.
Tapi Ari tidak bisa seutuhnya menyalahkan Aisyah karna mama nya sendiri mau memisahkan dengan ayah nya. Jika Ari jadi Aisyah mungkin Ari akan melakukan hal sejenis namun berbeda cara.

Ari berusaha memasang senyum saat Aisyah duduk sambil menatap arah depan lurus dengan pandangan kosong. Sahabatnya kini telah kembali dia harus berusaha bersikap biasa saja.

"Hallo. Gimana masih ada yang sakit? Aku bawain makanan nih buat kamu. Kamu mau makan apa?"
Tanya Ari sambil meletakkan belanjaan nya di meja tak jauh dari Aisyah.

Aisyah masih diam saja saat Ari menata satu persatu makanan yang ada dalam kantung plastik putih itu. Hal ini membuat Ari bingung apa yang harus dia lakukan? Melucu di depan dia? Atau pura pura jatuh supaya lucu?
Itu hal gila pikirnya.

"Syah?"
Kata Ari lagi masih dengan posisi menata makanan ringan itu.

"Loe tau kan?"
Deg! Ari mematung. Suara dingin nya berhasil membuat Ari tidak rindu lagi pada Aisyah nya. Dia sudah benar benar kembali.

"Tau apa?" Ucapnya santai lalu duduk di sebelah ranjang Aisyah.

"Tau kalo bokap gue kesini"
Aisyah langsung menatap wajah Ari yang juga sedang menatapnya.

"Iya tau, kemarin malem. Tapi dia diajak mama kamu pergi. Ya aku diem aja sambil nungguin kamu"
Aisyah tersenyum tapi Ari tau kalau dia ingin menangis. Terlihat dari pelupuk mata nya yang sudah penuh dengan air.

"Gue ketemu dirumah. Tapi bahkan dengan bodohnya gue lupain dia. Dia gak bakal kesini lagi buat gue ri, dia pergi beneran"
Aisyah menunduk menutupi wajahnya dengan tangan. Terdengar suara isakan didalam tangan itu. Aisyah menangis.
Baru kali ini dia menangis saat menjadi Aisyah yang sesungguhnya.

Ari bangkit dari duduknya menepuk pelan pundak Aisyah untuk menenangkan nya.
"Udah gapapa" katanya.

"Gue kangen banget sama dia. Tapi mama malah ngusir dia. Gue mau ketemu dia ri"

"Pasti ketemu" Lanjut Ari lalu memeluk Aisyah dengan kedua tangan nya. Menyandarkan kepalany Aisyah pada dadanya.

"Kamu nggak usah khawatir. Seorang ayah akan mengorbankan apapun demi anaknya. Walaupun mama kamu bilang dia gak boleh kesini. Aku yakin papa kamu pasti masih usaha ketemu sama kamu. Kamu harus kuat!"
Kata Ari membuat suara isakan Aisyah berangsur menghilang. Dia sudah tenang rupanya.
Ari dan Aisyah melepakan pelukan nya dan Ari langsung menghapus air mata Aisyah.

"Setelah kamu inget , aku pernah janji buat gak bikin kamu nangis. Bantuin yaa"
Aisyah tersenyum lalu menghapus air matanya.

"Bantuin apaan?" Lanjutnya.

"Bantuin ngewujudin lah"
Aisyah tertawa lagi sambil memukul pelan pundak Ari.

"Kenapa gak sama Marsha? Bukan nya loe ninggalin gue buat dia?"
Kata Aisyah setelah berhasil dibaut Ari diam dari tangisan nya.

"Apaan sih kamu. Nggak tau. Kamu aja salah paham"

"Males banget salah paham sama elo!"
Katanya lalu mengambil posisi tidur karna punggung nya capek dibuat kelamaan duduk.

"Kamu udah inget semua?"
Tanya Ari kepo.

"Nggak sih. Ada beberapa yang kayak ilang dipikiran gue. Semoga aja gue bisa tanding taekwondo dengan baik"
Kata Aisyah membuat Ari bingung.

"Taekwondo?"

"Iya, gue ada turnament bulan Februari"

"Februari?" Tanya Ari masih bingung membuat Aisyah menganguk pasti.

"Kan ini bulan April syah"

"Ya terus?"

"Kok ya terus. Lah kan udah lewat jauh syah"
Perkataan dari mulut Ari membuat Aisyah syok sesaat. Selama itu ya dia lupa ingatan? Batin nya.
Aisyah komat kamit menghitung nama nama bulan untuk menemukan jarak bulan ini dan bulan April.

"Ha? Jauh banget" Kata Aisyah karna telah menemukan jarak yang ia anggap jauh dari feeling nya.
Ari menganguk pasti sambil tersenyum melihat muka syok Aisyah.

"Terus gue siapa yang gantiin turnament itu?" Tanya Aisyah.

"Sahabat kamu. Si Steffi"

"Dia?"
Ari menganguk pasti kembali.

"Ah syukur deh. Setidaknya kalau menang gue masih bisa bangga karna yang menangin sahabat gue bukan yang lain"
Ari tersenyum lagi lalu mengambil makanan yang berasal dari rumah sakit.

"Kamu makan ya"

"Gak ah bubur gitu males gue"

"Biar cepet sembuh tau"

"Gak ahhh"
Aisyah menutup mulutnya.

"Oke aku kasih pilihan. Mau aku suapin atau jadi pacar aku"
Aisyah mendelik. Dia memang laki laki penggoda batin nya.

"Enak di elu semua"
Tawa Aisyah pecah sambil mendorong pelan tubuh Ari yang sedang berdiri menyiapkan makanan until sahabat nya.

"Dua dua nya menguntungkan buat kamu tau"

"Apa?" Tantang Aisyah dengan senyum nya yang melebar.

"Iya yang satu kamu bisa cepet sembuh dan keluar dari sini, yang kedua bisa buat kamu gak jomblo"
Mereka pun tertawa lepas mendengar kerecehan yang Ari buat untuk membuat Aisyah tertawa.

"Sialan!!!"
-----------------------------------------------------
Mau next kalau vote nya udah 100++ ajalahh..
Jadi kuserahkan ini padamu mau next apa nggak HEHEHE :)

See you next chapter!!!

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang