Part 48

2.1K 134 8
                                    

Aisyah Pov.
Mama dan ayah memanggilku pagi sekali untuk hanya sekedar duduk di samping mereka, wajah mama terlihat penuh harap membuat aku makin penasaran.

"Kenapa ma?"
Tanyaku sambil menatap mereka penuh dengan perasaan kalau aku sangat senang memiliki mereka.

"Kamu kalau sekolah dirumah mau? Kamu mungkin lupa lupa ingat jadi butuh bagi kamu untuk sekolah dalam keadaan apapun. Kamu sudah kelas 12 SMA kamu setelah ini juga harus melanjutkan kuliah"
Aku melihat mama dan ayah yang berusaha membujukku. Padahal tanpa mereka bujuk saja aku mau karna aku sangat ingin melanjutkan sekolah.

"Emang Aisyah nggak bisa sekolah di sekolahan Aisyah yang lama ya ma?"

Mama kini menggenggam tanganku dengan erat seakan menguatkan.
"Sayang, kamu terlalu banyak tertinggal itu akan menganggu teman kamu satu kelas. Jadi untuk mengejar itu kamu homeschooling dulu yaa"

Aku hanya sanggup mengangguk, sebenernya aku ingin kembali bersekolah dengan teman temanku. Aku ingin tahu mereka, apakah mereka merindukan atau bahkan acuh padaku. Setidaknya biarkan aku tahu. Tapi sudahlah bukankan keinginan orang tua lebih utama dariku.

**
Aku duduk di teras sambil sesekali membolak balikkan buku yang mama berikan padaku, katanya ini buku ku dulu bahkan tak ada satu coretan pun yang membuat aku ingin bahwa ini bukuku. Apa aku memang tipikal orang yang tidak suka membuat buku banyak tulisan? Entahlah.
Karna asik aku tidak menyadari seseorang memperhatikan ku sambil tersenyum. Saat kulihat mata beliau, dia malah makin lebar senyum padaku.

"Halo, kamu Aisyah ya?"
Tanya wanita muda itu padaku. Aku mengangguk kecil lalu berdiri menghampiri dia yang sedikit jauh dariku.

"Iya, mbak mau cari siapa?"

"Aku guru homeschooling baru kamu. Hallo, salam kenal. Aku Rosalinda. Kamu bisa panggil aku ocha aja"
Aku mengangguk sambil menerima salaman dari tangan yang ia ulurkan padaku.
Dia cantik, muda, terlihat berpendidikan, sabar dan fashionable. Bahkan tadinya aku mengira kalau dia teman mamaku. Tapi ternyata.

"Kita masuk aja ya Bu"

"Muka saya tua banget nih? Panggil aku kak , mbak atau ocha aja kamu SMA kan, kita gak beda jauh"
Ucapnya sambil terkikik aku yang percaya dengan perkataan nya.

Ternyata guru yang dikirim mama memang sengaja tak jauh umurnya denganku , mama mau aku belajar sekaligus berinteraksi dengan orang baru yang mungkin juga baik untuk kesehatan aku kedepan.
Aku menatap gadis didepan ku ini yang sedang mengeluarkan beberapa buku yang akan digunakan untuk mengajar.

"Okay, kamu cobak lihat lihat aja. Bagian mana yang kamu ingat dan nggak nanti aku bantu ajarin ke kamu"
Aku mengangguk, aku menarik satu buku tebal yang berisi tentang banyak sekali angka angka rumit namun beberapa diantara nya aku mulai mengingat kalau aku pernah mempelajari ini. Tapi beberapa juga asing dikepalaku

"Kayak nya ini belum pernah tau deh kak aku"

"Oh okay, ternyata kamu mengingat banyak juga yaa. Kita mulai?"
Aku mengangguk sambil sedikit mendekat kearah kakak cantik ini, dia terlihat menjelaskan dengan sangat mudah membuat aku yang memang sudah pernah mempelajari ini mulai mengingat nya.

"Syah, aku ba-" Ari yang tanpa permisi sambil membawakan coklat beserta boneka ditangannya. Aku dan kak ocha spontan langsung menoleh kearah Ari.

"Eh sorry, aku kira nggak ada tamu. Maaf maaf"
Ari kembali menutup pintu utama rumahku membuat kak ocha melihat kearahku penuh tanya.

"Dia sahabat aku kak, temen sekolah juga. Tapi karna aku nggak sekolah jadi dia sering main kesini"

Dia mengangguk lalu berdiri menuju pintu utama yang tadi sempat ditutup oleh Ari, aku yang masih ditempat hanya melihat gerak gerik kak ocha yang nampak berbicara dengan Ari. Lalu tak lama Ari mengikuti langkah kak ocha dibelakang

"Masuk aja nggak papa, nggak bakal ganggu juga. Kita belajar sama sama"
Ari yang membawa boneka lumayan besar dan coklat langsung duduk disebelah ku.
Aku yang melihat Ari sembil tersenyum senang dan membisikan kata 'terimakasih' dengan nada pelan bahkan tak terdengar. Namun Ari tau dia tersenyum sambil mengelus lenganku.

"Kamu disekolah sampai bab yang mana ri?"
Tanya kak ocha menarik perhatianku dan Ari.

"Hmmm, gak jauh dari bab ini sih, mungkin dua atau satu bab lagi setelah ini"
Kata Ari sambil membalikkan buku tebal yang tadi kugunakan belajar.

"Tuh kan aku, kalau kamu pesat nihh dan rajin belajar pasti kamu bisa kembali ke sekolah biasa. Apalagi sebentar lagi ujian Nasional kan?"
Kata kak ocha sambil menatap Ari dibalas dengan anggukan.

"Ujian Nasional tuh yang kayak apa?"

"Ujian akhir gitu, langkah terakhir kita mau lulus" Jawab Ari.

"Perasaan baru kemaren aku baru naik kelas 2"

"Ini mah udah naik kelas 3 syah" katanya membuat aku tertawa, seakan aku lupa kalau aku memang sudah kelas 3 SMA dimana sebentar lagi aku akan kuliah.

"Kamu belom ada pandangan kuliah mana Ari?" Tanya kak ocha padanya.

"Aku mah bisa kuliah aja Alhamdulillah kak"
Dibalas tertawa oleh kak ocha. Tapi bukankah ini aneh? Bukannya Ari dari keluarga mampu?

"Soalnya papa suruh aku ikut jadi tentara gitu, abis pendidikan terus kuliah kok aku rasa sedikit kemungkinan yaa?"
Oh seperti itu. Sekejap rasa anehku langsung terbalas oleh penjelasan Ari, dia itu seperti peramal yang bisa saja menjawab pertanyaan dalam hatiku walau tak pernah aku ucapkan. Sahabat ajaib bukan?
**
Hampir malam kak ocha memutuskan untuk pulang, sebenarnya tidak lama untuk belajar namun sharing tentang hal apapun yang membuat lama. Bahkan kak ocha terang terangan berkata kalau dia nyaman berteman dengan aku dan Ari. Kak ocha berkata kalau di serasa punya teman seumuran yang bisa mendengar , memberi solusi dan lainnya.
Sementara Ari masih tetap dirumahku sambil menunggu mama yang tadi pamit untuk membeli sesuatu, sebenarnya aku sudah bilang ke Ari kalau dia pulang saja aku bisa dirumah namun dia tetap ngotot untuk menemani aku.

"Syah"
Panggil Ari membuat aku yang tadi memakan coklat darinya berhenti dan menatap Ari.

"Kenapa?"
Tanyaku.

"Besok si Steffi mau kesini"

"Temen cewek yang kamu ceritain itu?" Ari mengangguk, sungguh ini adalah hal membahagiakan. Bagaimana tidak? Selain Ari tidak ada satupun temanku yang menjenguk kerumah atau rumah sakit. Yang membuatku berfikir kalau aku adalah wanita yang tak pantas mempunyai teman. Namun kata ari aku punya teman selain dia, yang juga sayang padaku seperti Ari. Aku tak sabar.

"Aku jadi nyesel , kenapa aku musti lupa sama dia. Cobak nggak mungkin aku bakal bisa main sama dia"

"Kamu tadi seneng , sekarang pasang muka gini sih. Semua itu sudah diatur sama Allah tinggal kita yang menjalani. Kamu kuat jadi kamu pasti bisa laluin ini semua"
Aku mengangguk kembali memakan coklat dari Ari.
Entahlah aku merasa cukup saja mempunyai teman seperti Ari, daripada mempunyai banyak teman tapi tak satupun peduli denganku tulus dan menemaniku seperti ini walaupun aku tak sepenuhnya mengingat ari sebagai teman lamaku. Aku hanya menerima dia yang mengaku ada dimasa aku masih mengingat nya.

----------------------------------------------
Sorry bgt baru next. Lagi banyak tugas :(
Hope you like it!

Jangan lupa like , comment and share ❤

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang