Part 38

2.6K 165 11
                                    

"Kamu diem aja kenapa sih?"
Aku terkejut karena sejak tadi melamunkan hal yang tidak tidak tentang Ari dan Arin. Ya nama boleh hampir sama tapi bukan berarti mereka saudara beneran kan?

"Oh sudah sampai" aku baru sadar kalau kini sudah tepat berada di depan gerbang rumahku. Aku turun dari jok motor Ari lalu menatap Ari dengan senyum.

"Kamu kenapa?"

"Apanya? Nggak papa gue" Jawabku sambil tertawa untuk menutupi perasaan dibenak ku.

"Kamu ada sesuatu yang mau ditanya?" Kenapa selalu tepat sekali kalau bicara?
Aku jadi gemas sendiri.

"Tanyalah" Tiba tiba Ari menuruni motornya dan duduk di kursi yang disediakan didepan untuk santai saja. Aku yang melihat itu mengikuti nya duduk di samping nya.

"Gapapa anggep rumah sendiri"

"Emang rumah gue"

"Oh iyaa" aku tertawa sekilas sekedar menghargai Ari yang susah payah mencairkan suasana.
"Kenapa?
Tanya nya kini membuatku mau tak mau harus menjawabnya.

"Hmmm.. Arin beneran saudara loe?" Tanyaku hati hati dihadiahi cengiran khas Ari.

"Iyalah. Kamu pikir aku ngumpetin gebetan atas nama saudara gitu?"

"Iya nggak juga kan gue nanya aja"

"Arin tuh saudara aku di Kalimantan, ya namanya saudara apalagi rumah tetanggaan aku udah kayak saudara banget sama dia. Kakak aku cewek juga mainya sama dia pasti, lah aku? Ya ikutan lah"
Jelasnya sambil memainkan kunci motor yang bergantungkan namaku. Entah sejak kapan itu disana. Aku baru mengetahuinya beberapa waktu lalu saat dia sakit. Tingkah nya memang ada ada saja.

"Ohh"

"Segitu cemburunya kamu?"

"Ihh nggak lah, gue kan nanya. Aneh aja tadi tiba tiba bisa disana kan dia juga baru disini"

"Iya baru bukan berarti dia nggak punya temen disini. Emang kamu temennya aku doang?"

"Sialan" aku melempar gabus bunga yang kebetulan dari tadi aku mainkan saat mendengar penjelasan Ari.
"Elo tadi ngapain aja?"

"Ha? Dirumah sakit?" Aku mengangguk sambil menanti penjelasan nya lagi.

"Iya urus admin. Kan aku udah bilang. Ehh aku pulang ya mau ujan tau, kamu nggak kasihan sama aku"

"Ohh pulang aja" Jawabku enteng malah dihadiahi pelototan manja ala Ari.

"Iya anterin kek"

"Kan motor loe disitu"

"Iya berdiri anterin. Nggak sopan amat sama tamu"
Kini Ari menarik tanganku dan aku hanya menurut saja dengan ikut dia berdiri didepan motornya.

"Eh besok libur latihan kan kamu?"

"Iya"

"Besok aku nggak masuk deh"
Aku menyergitkan dahiku, kenapa dia?

"Kenapa?"

"Ijin ada acara keluarga. Atau gini besok malem jam 7 an kamu kerumah pohon nanti aku jemput disana"

Aku mengangguk sambil berfikir "emang mau kemana?"

"Nanti aku ada kejutan spesial buat kamu"

"Masak?"

"Iya dibilangin"
Daritadi Ari sudah diatas motor tapi baru memakai helm nya untuk berbicara hal tadi padaku.

"Jangan telat sama jangan awal yaa"

"Iyaa"

"Bye" Kini Ari menghidupkan motornya dan melaju meninggalkan aku, Aku melambaikan tanganku sambil tersenyum.
Besok Ari akan membawaku kemana? Atau jangan jangan besok Ari mau nembak aku?
Ya ampun aku harus jawab apa?

Tak sadar daritadi aku tersenyum sendiri dan pak sopirku melihat ku dengan tatapan aneh. Aku yang menyadari itu hanya diam, sudah berapa kali aku dilihat pak Munir ketika sedang gila seperti ini?

"Mbak ai teh kenapa lagi? Kemaren boneka dimarahin. Sekarang malah senyum senyum sendiri"

"Nggak papa kok pakk, saya permisi masuk. Itu pak mobilnya kotor bersihin pakk mumpung belom ujan hehe"
Aku langsung be lari karena malu dilihat oleh pak Munir kedua kalinya.

Mengelus dada karna sudah berhasil lari dari penglihatan pak Munir. Kenapa bapak itu selalu ada disaat tidak tepat batinku.

"Aisyah" panggil seseorang saat aku menaiki tangga, aku tahu ini siapa. Lalu aku menoleh dengan malas.
Yahh.
Om yang kini sudah menjadi ayah tiri ku. Hampir 1th serumah baru kali ini dia memanggil namaku.

Aku melipat tanganku didepan dada sambil menatapnya dingin. Dia terlihat gugup saat berbicara denganku, kenapa? Merasa bersalah? Terlambat om.

"Kamu sudah makan? Mama kamu lagi nggak ada dirumah. Tadi bibi sudah masak kamu makan ya"

"Bukan urusan om"
Jawabku singkat lalu melanjutkan menaiki tangga menghiraukan om itu lagi, melihat wajahnya saja membuat moodku kembali buruk.

Aku memasuki kamarku. Menutup pintunya rapat, berharap tidak ada yang menggangguku, sejenak ingatanku kembali ke masa kelam. Aku kembali membayangkan betapa jahatnya orang tuaku yang berlomba saling menyakiti tanpa memikirkan anak semata wayannya ini. Aku melirik foto kecil yang berada di rak buku. Terdapat fotoku , papa dan mama dengan wajah bahagia. Kira kira saat itu usiaku masih 3 tahun. Sangat kecil. Bahkan aku tidak mengingat lagi memori apa yang aku lalui saat foto itu diambil.
Yang aku ingat hanya masa persidangan mama dan papa yang resmi bercerai dihadapan ku lalu aku yang dibesarkan papa juga harus lari ke mama saat dewasa ini.

Ah sudah. Mengingat saja membuatku mual.
Tuhan memang adil , ketika didalam keluarga aku tidak diberi anugerah kebahagiaan apapun tapi diluar ada sahabat yang selalu memberikan aku kebahagian. Terimakasih Tuhan atas semua kebaikanmu.

Setelah bermelow beberapa waktu aku langsung bergegas membersihkan diri. Dari latihan membuat badanku hampir hancur saja. Belum lagi yang terjadi hari ini, semua harus ekstra berfikir, ya namanya juga hidup.

Pukul 19.00 aku sedang asik bergulat dengan buku belajarku, aku memang bukan siswa yang rajin tapi setiap malam selalu kusempatkan untuk melihat buku.

Tok.. tok... Tok...
Kutoleh pintu saat pintu itu berbunyi seperti terketuk. Dengan malas kulangkahkan kaki untuk membuka pintu.
Setelah kubuka terlihat laki laki memakai kaos oblong abu dengan celana selutut tersenyum padaku.

"Aisyah makan yuk, om udah suruh bibi siapin makanan buat kita. Mama kamu belom pulang jadi kita makan berdua yuk"

Kutapap matanya dengan tajam membuat om itu menjadi tak enak dengan ku.
"Gausah repot repot. Aku mau mati pun itu bukan urusan om. Urusi aja rumah tangga om"
Kututup pintu dengan keras tanpa memperdulikan dia lagi. Mengingat wajahnya saja membuatku marah.
Kenapa harus ada dia? Kenapa juga dia sok baik padaku. Padahal kehancuranku adalah kebahagiaan nya bukaan?

Setelah kejadian itu membuat aku malas untuk melanjutkan belajar. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil melupakan wajah menyebalkan itu dan mungkin melupakan hari ini.
-------------------------------------------------

Have fun!
Jangan lupa like comment and share yaa 💋

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang