Part 58

1.4K 88 12
                                    

Ari masih saja sering tidak hadir disekolah, namun besok adalah waktu ujian nasional. Untung saja dia datang hari ini dia hadir.
Ari duduk diam saja dengan wajah yang semakin hari semakin pucat. Tulang nya juga mulai terlihat karna dia terlalu kurus. Aku yang makan disampingnya hanya mampu diam karna dia hanya memakan bekal dari rumah.
Tidak seperti biasa bukan?

"Elo kurusan banget" Kataku sambil menatapnya dalam.

"Iya, mungkin ku pusing mikirin UN, belom lagi masalah papa aku. Terus ujian masuk perguruan tinggi. Kayak mau mati mikirin nya"
Jawabnya sambil tersenyum paksa kearahku. Sebenarnya aku tahu jika dia sedang menutupi sesuatu, hanya saja aku kurang peka apa yang dia tutupi.

Aku hanya ber oh ria menjawab pertanyaan Ari. Kini aku memang sedang berdua dengan nya, benar benar berdua.
Hingga seseorang datang bergabung dengan kami membuat moodku semakin tidak baik.

"Boleh kan gue duduk disini?" Tanya nya dan aku hanya diam memakan , makanan yang tadi kupesan. Ari melirik ku sedikit lalu melihat kearah perempuan itu.

"Duduk aja sha" Katanya membuatku makin geram.

"Ck, kayak nggak ada tempat lain aja. Cabut yuk ri, atau elo mau disini sama dia?"
Aku berkata sambil berdiri memandang wajah Marsha yang menunduk, aku sedikit merasa bersalah. Tapi jika terus seperti itu aku akan diakal akali terus dengan dia. Di injak terus dengan dia.

"Nggak gitu, tapi makanan kamu"

"Yaudah kalo loe masih mau sama dia" Kataku lalu meninggalkan Marsha dan Ari. Aku mendengar Marsha mencoba memanggilku, aku masih terus berjalan. Hingga seseorang menarik tanganku. Dia terus menarik tanganku hingga sampai di belakang tepatnya di dekat kamar mandi perempuan.

"Apaan sih loe!" Aku menarik keras tanganku karna cengkraman nya.

"Loe bisa nggak sih nggak kayak anak kecil?"
Geramnya membuat aku semakin ingin memakan nya.

"Kecil? Terus elo bisa nggak? Cari teman sendiri tanpa harus menarik temen orang lain?"

"Itu salah paham!" Teriaknya.

"Salah paham apalagi? Loe udah ambil temen gue yang bahkan udah mulai gue sukai yang kedua kalinya. Gue juga nggak tahu apa motivasi loe! Loe pikir loe baik? Nggak!"
Aku hampir meninggalkan dia namun dia langsung menarik tanganku kembali.

"Oke, gue tau! Gue salah, gue minta maaf sama loe, emang kita nggak bisa temanan? Loe betah musuhan terus sama gue cuman gegara laki laki?" Aku diam saja.

"Aisyah, gue tau. Gue salah, nggak seharusnya gue iri sama loe.." Dia diam untuk mengambil nafas karna kulihat dia menitikkan air mata.

"Loe sama gue sama sama dari keluarga broken tapi kenapa loe banyak yang suka. Sedangkan gue? Semua anggep gue musuh, cowok yang gue suka bahkan suka sama loe, sampai pad akhirnya mereka ikutan miris sama gue karna gue ngemis kasihan dari mereka dengan ngorbanin elo. Seharusnya kita saling syah, kita ini sama!"
Dia menangis membuatku miris, ternyata ini alasan nya. Aku juga pernah merasakan apa yang dia rasakan, ketika semua orang menganggapku perempuan yang penuh dengan amarah.
Tanganku terangkat menepuk pundaknya.

"Gue juga minta maaf, gue nggak seharusnya kayak anak kecil yang marah karna cemburu sama elo"
Kataku membuat dia mendongak menatapku.

"Loe mau maafin gue syah?"
Aku menganguk lalu dia memelukku, kami berpelukan untuk awal yang baru. Aku fikir setelah keluar dari sekolah ini tidak seharusnya aku meninggalkan musuh. Aku akan belajar dari kata Ari. Hati kita memang belum ikhlas tapi semua itu bisa disugestikan dan aku akan mulai belajar memaafkan.

"Kalo aku lihat gini kan enak" Aku melepaskan pelukan Marsha dan melihat Ari yang dari tadi sepertinya menatapku dari jauh.
Ari berjalan kearahku dan Marsha dia merangkul ku dan Marsha bersamaan.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang