Part 62

1.6K 107 29
                                    

"Gimana keadaan putra saya dok?" Tanya mama Ari ketika seorang dokter baru saja keluar dari ICU dimana Ari sedang terbaring disana.

"Keadaan nya sangat tidak membaik, mungkin bisa dibilang dia bisa sadar dan kembali sehat. Tapi tidak dengan sel kanker yang bersarang di otaknya sekarang, saya menyarankan untuk operasi secepatnya. Selanjutnya bisa kita bicarakan lagi nanti, saya masih ada pasien. Permisi"
Tubuhku kembali lemas, sudah seminggu Ari berada di dalam ICU namun belum juga menunjukkan geragat dia akan sadar. Latihanku taekwondo ikut terbengkalai padahal ini kurang beberapa hari lagi.

Satu persatu keluarga Ari memasuki ICU untuk sekedar memberi semangat ditubuh Ari yang bahkan tidak ada daya apapun.
Aku melihat Kak Riri yang baru saja keluar dari sana.

"Ari sebentar lagi sadar, kamu nggak mau lihat dia?" Katanya sambil mengelus pundakku, aku tahu dia habis menangis didalam sana.

"Boleh?" Gumamku.

"Tentu saja" Aku pun berdiri dan masuk kedalam ruangan ICU itu, disana aku bahkan tidak boleh membawa ponsel, harus memakai baju rumah sakit berwarna biru, masker dan tak lupa penutup kepala.
Dengan langkah gontai aku berjalan menuju ranjang Ari, disana dia bahkan tidak merubah cara tidurnya benar benar mematung.
Air mataku sudah tidak dapat dikendalikan saat pertama kali masuk kedalam kamar ICU ini. Aku mendengar bunyi pendeteksi detak jantung saja rasanya nyeri.

Kupegang tanga Ari yang dingin dan lemas, dia benar benar tidak ada tenaga sama sekali.
"Ari, ini gue Aisyah. Loe nggak mau main sama gue" Kataku pelan sambil menatap wajah damai Ari dibalik beberapa selang yang dipasang dikepala nya.

"Gue kangen sama loe, gue kangen loe jahilin lagi. Gue kangen loe bikin kesel, Gue kangen loe nasehatin gue kayak orang tua. Gue kange Ari" Aku meletakkan kepalaku diperut Ari dan menangis dengan sepuasku, aku merindukan temanku.
Ari sakit memang sudah lama, tapi ini sangat terjadi tiba tiba bagiku. Tiba tiba saja dia sakit dan terbaring seperti ini.

"Gue janji, gue bakal minta maaf sama mama. Gue bakal menerima mama lagi, tapi loe juga harus disini sama gue"
Ucapku lalu menghapus air mataku dengan kasar.

"Gue janji, bakal jadi cewek yang bisa menerima semua orang tidak seperti apa yang gue harapkan. Tapi loe juga harus sama gue. Gue nggak bisa kalau elo ninggalin gue kayak gini, loe janji kalo loe nemenin gue selamanya, loe janji nggak hilang! Kenapa malah tidur kayak gini? Ari ini bukan elo! Bangun dan jahilin gue lagi, Ari bangun!"
Sentakku tegas walaupun nadanya sangat pelan, kulihat detak jantung Ari mulai berdetak dengan cepat, apa ini pertanda baik?

"Ari gue tau loe bisa dengerin gue, Ari loe harus lihat gue, dan keluarga loe disini. Mereka mau loe tetap disini buat nyusahin mereka. Ari loe denger gue kan?"
Aku berusaha untuk membangunkan dia, perlahan jarinya mulai bergerak sedikit. Aku tersenyum atas respon nya, langsung kuraih tangan nya untuk ku genggam.

"Terus ri, kamu bisa" Genggaman tangan Ari mulai terasa berusaha untuk membalas genggaman ku, aku senang dan akhirnya memencet tombol darurat untuk memanggil suster.
Tak perlu lama suster sudah datang bergerombol untuk bersiap memberi pertolongan pada Ari. Kuusap air mataku dan ingin pergi meninggalkan Ari.
Namun langkahku tertahan ketika tangan seseorang berusaha menahanku. Aku melihat itu tangan Ari, kulihat matanya yang masih menutup dan mulutnya komat kamit seakan berkata sesuatu.
Aku tahu, dia ingin aku bersamanya akhirnya kuputuskan untuk memegang tangannya balik, suster tahu akan itu membiarkan saja aku berada disamping Ari.

"Keadaan nya membaik, mungkin beberapa hari lagi bisa dilakukan operasi. Kita bilang ke dokter nanti" Kata salah satu suster lalu mereka meninggalkan aku berdua dengan Ari yang masih menutup matanya, tapi dia sudah sadar dari komanya.

"Sakit ya? Elo kuat kan" Kataku sambil menjabat tangannya erat. Dia sedikit menganguk tanpa berkata apapun.
Dia berusaha berbicara tapi bahkan satu katapun tidak bisa keluar dari mulutnya.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang