Part 11

3.8K 272 19
                                    

Aisyah Pov
Karna merasa bosan di kelas kuputuskan mencari Ari saja lah. Walaupun aku selalu berantem nggak jelas sama dia , dia satu satu nya orang yang masih mau baik sama aku.
Tanpa aku sadari mungkin aku juga telah menaruh hati padanya , tapi tidak aku tidak semudah itu , aku mempunyai kenangan pahit dan tidak boleh terulang.

Hampir 20 menit aku keliling sekolah ini mencarinya tapi dia tidak terlihat, aku enggan bertanya pada sekeliling ku aku bukan anak yang mau urusanku dicampuri dengan orang lain termasuk urusan sekecil ini.
Aku masih berkeliaran diluar kelas walaupun bel sudah berbunyi tak jarang aku bersembunyi menghindari para guru yang lewat kearah ku.

Hingga disaat aku lelah kuputuskan saja untuk ke danau itu, mungkin saja nanti jika Ari kembali ke kelas Ari akan dengan mudah mencariku. Ari sudah tau jika tempat itu adalah tempat ketiga yang suka aku datangi selain lapangan indoor dan rumah pohon.
Entah apa yang terjadi, ketika aku akan sampai ke arah danau ada sebagian rasa didalam diriku melarang aku untuk melangkah, Namun langkah tetap kulanjutkan sampai pada akhirnya aku melihat sepasang lelaki dan perempuan yang tengah larut dalam kesedihan, entah apa yang mereka bicarakan sang perempuan nampak sedih menangis di dekapan lelaki itu.
Tunggu.
Seperti aku mengenal siapa lelaki itu. Dia? Apa aku tidak salah lihat?
Bola mataku mengarah ke anak perempuan itu, dia? Biadab! Mau apa lagi dia?
Aku seharusnya tidak begini. Ari bukan siapa siapa ku tapi kenapa aku marah? Kueratkan genggaman tanganku sendiri hingga terasa perih. Dan pandangan ku mulai buram. Tidak! aku tidak boleh menangis!

"Ari" dengan nada bergetar kupanggil nama seseorang yang dengan mudah memporak-porandakan hidupku. Waktu itu membuatku bahagia dan saat ini dia membuat ku sangat amat kecewa.
Meraka tampak terusik dan melihat kearahku , Ari tampak membulatkan matanya dan melepaskan pelukan perempuan itu. Iya, Marsha! Perempuan itu tidak ada kapok nya.

"Aisyah"
Dia berlari kearahku namun aku malah memilih pergi darinya. Aku tidak mau dia tahu aku menangis.
Kuambil telpon dari sakuku dengan masih berlari dan terisak.

"Pak jemput saya ya, saya mohon sekarang ke sekolah saya!" Untuk pertama kalinya aku menelpon supir rumah. Tidak ada pilihan lain untuk aku sampai dirumah dengan cepat.
Tiba tiba tubuhku oleng saat seseorang menarik tanganku untuk menghadap kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Ari.

"Aku bisa jelasin"
Dia nampak takut dengan seluruh tubuh yang dipenuhi oleh keringat.
Kulepaskan tanganku dari genggaman nya.

"Kenapa!" Bentakku kearahnya , belum sempat ia akan menjelaskan aku sudah memotong perkataan nya.

"Kenapa? Emang gue siapa loe? Gue nggak butuh penjelasan loe! Mulai besok! Jangan pernah temui gue lagi. Jangan datengin gue lagi, muak sama loe!" Dengan jari telunjuk yang kuarahkan didepan wajahnya. Aku sangat kecewa!

Aku lari masuk ke kelas yang berada di sebelah saat aku membentak Ari tadi , semua anak yang berada di kelas melihat kami dengan muka tegang. Suasana makin tegang saat aku masuk mengambil tasku dengan kasar lalu keluar kembali. Kulirik sedikit Ari yang tengah tertunduk , aku tidak tahu dia menangis? Atau malu? Entah lah
Mulai saat ini. Apa yang menjadi urusan Ari bukan menjadi urusanku!

Aku menghampiri gerbang disana sudah ada supir rumah yang sedang mengijinkan aku dengan pak satpam. Aku yakin beliau berhasil buktinya sekarang aku bisa keluar dan masuk mobil itu dengan hati yang masih perih sepertinya.

"Non sakit ya, nggak papa kan non" Aku kaget saat supir itu bertanya padaku. Dan aku hanya mengangguk.
Keadaan mobil yang hening membuat aku kembali ingat kejadian tadi.
Aku tidak pernah mempermasalahkan Ari untuk dekat dengan siapapun bahkan berpacaran dengan siapapun. Tapi aku merasa dikhianati ketika dia terlihat akrab dengan orang yang dari aku masuk SMA sudah kubenci, aku benci anak itu. Apa artinya aku juga harus benci dengan Ari? Karna Ari akrab dengan dia?
Aku tidak siap. Dia sahabat ku. Bukan mungkin aku mulai menyimpan rasa untuk Ari. Tapi harus kuhapus semua kenangan itu, Ari sudah mengkhianatiku! Aku benci ari!

Sampai dirumah aku langsung naik keatas, menghiraukan mama yang nampak khawatir padaku.
Kututup keras pintu kamarku dan menangis sepuas yang aku mau. Hal yang aku khayalkan dengan Ari haru dihilangkan saat ini. Dia bukan lagi bagian dari khayalanku lagi , bukan lagi bagian dari harapan ku lagi. Bukan! Dia kini menjadi musuhku.
.
.
.
.
.
.
"Aisyah sayang" aku terusik saat ada elusan lembut dikepalaku, kulihat jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Pagi? Apa aku tidur selama itu? Menangis menguras tenaga juga rupanya.

"Kamu dari kemarin nggak makan siang , makan malam juga nggak. Pintu kamu kunci. Untung ada kunci cadangan pas papi kamu udah pulang, kamu kenapa?"
Tanya Mama pelan tapi membuat aku masih tetap bisu. Aku tidak mau bercerita, hatiku juga masih cukup sakit kepada mama. Kuputuskan untuk tetap pura pura tidur. Walaupun kutahu mama mengerti aku sudah bangun.

"Kamu nggak sekolah?" Tanya Mama lagi. Sekolah? Apa aku siap bertema ari hari ini? Sepertinya tidak.

"Kamu siap siap gih mama tunggu dibawah sarapan ya" Saat mama akan meninggalkan ku dari kamar aku bangun dan memanggil mama namun dengan tubuh yang masih membelakangi mama.

"Ma" setelah kuyakin mama berhenti dan melihat kearahku kulanjutkan kata kataku

"Aisyah nggak sekolah, tolong bilangin ke sekolah. Kalau nggak keberatan"
Aku melangkah kedalam kamar mandi tanpa melihat mama setelah menyampaikan kata kata itu. Aku tahu mama mendengar nya.

Setelah membersihkan badan dan makan makanan yang sengaja mama siapkan di kamarku tadi.
Saat ini aku sedang diam!
Memikirkan semua ini membuat aku sedikit frustasi.
Marsha itu bukan perempuan baik baik. Dia yang sudah merebut cinta pertamaku. Seseorang yang pernah membuat hatiku lunak. Tapi hilang ketika aku mengenal Marsha.
Bodoh!
Itulah kata kata yang tepat untuk aku saat itu, bodoh mau mempercayai seseorang yang hanya baik di depanku.
Bagaimana dengan Ari nanti? Dia baru disini. Bagaimana kalau dia merasakan seperti aku? Hancur seperti aku?
Ahhh!
Aisyah itu bukan urusan mu saat ini.
Bukan lagi menjadi masalah mu sekarang!

--------------------------------------------------
Hallo!!!
Terimakasih atas respon yang positif. Maafkan jika cerita ini ada kata kata yang kurang berkenan ya 😊
Jangan lupa vote , comment dan share yaaa!!!
See you next part ❤

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang