Part 56

1.6K 111 29
                                    

Semenjak Ari menemuiku kemaren, hari hariku kembali diisi oleh Ari. Dia juga sudah mulai bersekolah. Kegiatanku juga monoton, dari sekolah lalu pergi ke tempat latihan dan pulang. Itu saja apalagi aku akan mengikuti kompetisi Taekwondo setelah UN nanti.
Hari ini adalah hari ke 9 Ari bersekolah, aku berniat mengajaknya makan diluar beserta dengan Arin. Seperti akhir akhir ini Ari selalu saja memakao supir. Alasan nya supaya melindungi dia karna ayahnya terkena masalah serius yang berimbas banyak musuh. Kurang logis bagiku tapi aku tak mau ambil pusing. Kita makan disalah satu tempat makanan cepat saji yang juga dilengkapi perpustakaan mini, sehingga bisa digunakan kami untuk makan sekaligus belajar. Setelah kupesankan mereka kami duduk di kursi paling pojok menghindari keramaian kali ini request ku, aku tidak suka ramai.

"Nah, makan yuk. Nih makanan kalian"
Aku membawakan mereka makanan yang aku pesankan di hadapan mereka. Arin dan Ari tersenyum dan mengambil bagian nya masing masing. Namun ada yang aneh adalah pandangan Ari yang sedikit panik walaupun dihiasi senyuman.

"Elo kenapa Ri?" Ari nampak menutup mulut dan hidungnya tapi secara sembunyi sembunyi.

"Ngg... Nggak kok gapapa" Dia menoleh kearah Arin yang mulai menguliti ayam nya untuk dia makan.

"Sebenernya Ari gasuka ayam syah" Kata Arin menimpali, membuat aku menyergit tak paham.

"Oh iya? Tapi gue lihat, elo pernah makan ayam dirumah gue Ri. Jadi gue pikir elo mau aja. Yaudah biar gue pesenin yang baru. Elo mau apa?" Kataku akan berdiri namun dihadang oleh Ari.

"Nggak kok. Nggak suka bukan berarti nggak mau. Lagian nanti mubajir, aku makan ini aja yaa"
Aku menganguk namun wajah Arin makin panik membuat aku seperti tak tahu apa apa dengan mereka. Ari tetap memakan ayamnya. Dan kami larut dalam diam untuk makan, sesekali Ari juga melucu untuk mencairkan suasana yang bagiku tegang. Entah kenapa, aku jadi ikutan tegang saja.

Setelah makan aku dan Arin menuju ke perpustakaan sedangkan Ari ijin ke kamar mandi dan akan menyusul. Aku diam saja , namun aku dan Arin malah terlihat kaku semenjak kejadian tadi aku juga tidak mengerti.

"Elo kaku banget sih Rin" Kataku sambil membuka buku tidak tahan dengan semua.

"Ah masak sih biasa aja kok aku, aku lagi kenyang aja jadi males ngobrol" Katanya dan aku hanya menganguk. Beberapa menit kemudian Ari datang masuk dengan wajah pucat pasi. Aku terkejut karna perubahan wajahnya yang sangay cepat.
Dan bukan nya dia dari toilet kenapa bisa jadi malah pucat bukannya segar? Aku hanya menatap gerak gerik Ari yang aneh diiringi Arin yang sok cuek dan terlihat kaku. Aku takut mereka ternyata zombie.

"Kalian beneran Ari sama Arin kan?" Sontak mereka langsung menatap aku dan tertawa pelan. Karna kami berada di dalam perpustakaan.

"Terus kalau bukan Arin sama Ari kita apa?" Jawab Ari dengan nada pelan, entah suara nya dipelankan atau memang pelan.

"Lagian, kalian kaku banget. Gak biasanya. Biasa kan kalian rame dan gabisa akur"

"Kan aku bilang lagi kenyang syah, jadi males berantem. Apalagi sama Ari ihh males banget" Kata Arin sambil membuka halaman buku selanjutnya.

"Ini kamu ngajak berantem namanya"

"Ih mana mana, wleee" Ari langsung menjitak kepala Arin pelan membuat dia makin murka dan membalas Ari dengan memukulnya juga. Aku tersenyum, inilah pemandangan yang biasa aku lihat mereka berantem karna Ari yang selalu menjaili Arin. Ari memang paling bisa membuat suasana makin hangat dengan hitungan detik.
Mereka masih berantem saling memukul hingga aku memergoki air mata jatuh di pelupuk mata Arin. Dia kenapa?

"Eh stop! Elo kira kira dong Ri, si Arin sampek nangis tuh" Aku melihat Arin sudah tidak membendung tangisnya lagi. Dia terisak walaupun pelan.

"Iya nih sakit ." Katanya sambil menunduk. Ari memang keterlaluan.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang