Lisa berjalan terburu-buru melewati lorong-lorong area kelas 10 dengan tangan yang penuh dengan buku. Gadis itu tak henti-hentinya bersungut karena kebodohannya yang terlalu asyik bergosip dengan tukang kebun yang bercerita tentang kejadian kemarin dimana si Pak Oding menemukan ular yang dimangsa tikus, kedengaran aneh sehingga Lisa dengan keponya terus bertanya bagaimana bisa ular berakhir mengenaskan ditangan seekor tikus yang bahkan bisa dilahap sekali gerakan oleh ular itu sendiri? Dan jawaban Pak Oding sukses membuat Lisa tercengang.Bisa aja atuh neng, mungkin si tikus teh lagi patah hati terus digangguin uler nah sitikus naek darah deh jadi dia ngabisin uler itu tanpa ampun gitu, kan orang yang lagi galau teh bukannya gitu kan neng? Bakalan jadi buas kalo diganggu acara ngegalau nya teh? Eneng gitu hente? Jika Pak Oding seumuran dengannya sumpah demi apapun Lisa ingin sekali berteriak didepan muka Pak Oding bahwa Tikus bukanlah manusia.
"Tumben telat? Kenapa?"
Jennie menghadang langkah Lisa yang akan masuk kedalam kelas, Lisa hanya terengah dan mendorong tubuh Jennie kesamping lalu masuk dan duduk dibangku kesayangannya. Untung Bu Melly guru Mat nya telat masuk jika tidak mungkin hari ini akan menjadi hari kesialan bagi Lisa karna harus berdiri ditengah lapangan dengan tangan hormat pada bendera. Mengingat keganasan dari guru mat nya itu Lisa sedikit bergidik ngeri.
"Pertanyaan gue gak dijawab." Rengek Jennie yang kemudian duduk disamping Lisa. Lisa sebenarnya heran, bagaimana mungkin murid dari anak pemilik sekolah selalu mengekorinya dan seakan-akan ingin sekali berteman dengannya yang jelas-jelas tak sederajat dengannya. Beberapa kali Lisa menghindari Jennie namun rencanya gagal hingga akhirnya Lisa menyerah dan menyetujui ajakan pertemanan itu hingga sekarang.
"Ketemu Pak Oding tadi dibelakang, dia ngajakin ngobrol terus kebablasan."
"Hahaha kali ini apa?"
Lisa sangat tau kenapa Jennie bertanya seperti itu, karna bukan satu kali saja Lisa dibuat telat seperti ini oleh Pak Oding. Sebenarnya bukan kesalahan Pak Oding juga, mungkin karna kadar kekepoan Lisa juga yang membuatnya terjerumus pada obrolan konyol Pak Oding.
"Masa ular mati digigit tikus."
"Hahahaha si Pak Oding emang daya khayalanya tinggi banget yah." Jennie terbahak, membuat semua murid menatap penasaran. "Lo juga sih bego, pake diladenin segala. Lo percaya?"
Lisa mengerucutkan bibirnya dan mencubit pipi Jennie. "Gue pinter inget...."
"...lagian gue kenapa penasaran juga sih." Gumam Lisa.
Tiba-tiba pintu kelas bergerak terbuka, munculah guru yang begitu ditakuti banyak Siswa Pelita. Dengan gaya angkuhnya namun berwibawa Bu Melly masuk dengan bukun dan tas ditangannya, jangan lupakan oenggatis panjang yang selalu dia bawa kemana-mana untuk mempermudahnya memukul siswa mana saja yang berani melanggar aturan sekolah.
Namun semua siswa terdengar berbisik dan membuat Lisa mengerutkan keningnya bingung, biasanya jika Bu Melly datang tak ada yang berani bersuara sama sekali, hal itu membuat Lisa mendongkakan kepalanya mencoba mencari tau alasan dibalik keributan teman-temannya.
Seorang lelaki dengan badan tegap dan kulit kecoklatan berdiri disamping Bu Melly, lelaki itu mencoba tersenyum walaupun terlihat kikuk. Hal itu membuat Lisa tanpa sadar ikut tersenyum. Lama Lisa memperhatikan lelaki itu sebelum kesadarannya kembali karna senggolan Jennie.
"Ganteng yah, type-type bad boy gitu."
Lisa hanya mengangguk, dia kembali melihat kedepan dan menunggu lelaki itu bersuara.
"Ada murid baru dikelas kalian, wali kelas kalian ada halangan jadi ibu yang bawa dia sekalian ngajar..." Bu Melly beralih menatap lelaki itu. "...perkenalkan nama kamu sekarang."
Lelaki itu mengangguk. "Saya Mino Adilaga, pindahan dari Bogor."
Lisa menaikan salah satu alisnya. "Hanya itu? Gak seru." Gumam Lisa yang didengar oleh Jennie. Dia tersenyum penuh arti dan mencolek dagu Lisa gemas.
"Sejak kapan lo penasaran sama cowo? Jangan bilang kalo ini love at the first sight?"
Perkataan Jennie sukses membuat Lisa terdiam, dia menatap Jennie datar mencoba berfikir atas apa yang dikatannya barusan itu benar atau salah.
Jika benar, Lisa tidak akan percaya begitu saja. Baginya cinta itu rumit dan akan sangat mustahil jika perasaan cinta bisa tumbuh secepat itu. Dan jika salah, kenapa fokus Lisa seakan tersedot pada karisma yang dipancarkan seorang Mino Dilaga, si anak baru yang bahkan dari segi penampilan saja jelas bukan type ideal Lisa.
"Gak, enggak mungkin. Kalo ngomong tuh yang bener, Jen."
Lisa menggelengkan kepalanya seraya mencoba kembali fokus pada papan tulis yang kini sudah terisi rumus-rumus yang menjadi favorit Lisa. Tapi tunggu, kemana perginya Mino? Jangan lupakan tentang kadar kekepoan Lisa yang sudah akut, karna sekarang Lisa sedang sibuk memutat bola matanya mencari sosok pangeran yang tiba-tiba hilang dari penglihatannya.
Lisa memutar badannya, dan tiba-tiba saja dia terpaku ah lebih tepatnya terpana ketika melihat Mino sedang menatapnya dan tersenyum manis kearahnya. Lama Lisa terdiam sampai suara berat Mino kembali menyadarkannya.
"Hay.."
Hanyan satu kata singkat itu mampu membuat jantung Lisa berdetak cepat bahkan kini darahnya berdesir dan hawa panas menyelimuti tubuh Lisa. Wajahnya memerah dan itu membuat Mino semakin tesenyum lebar.
"Muka kamu merah, kepanasan?.." Mino mendongkakan kepalanya melohat AC yang terdapat dikelas itu. "...AC nya padahal jalan." Gumamnya
Lisa gelagapan, tanoa menjawab sapaan dan juga pertanyaan Mino Lisa kembali berbalik dan mengatur tempo detak Jantungnya seraya menarik nafas dalam-dalam.
Tidak, ini gila. Hanya disapa seperti itu membuat Lisa sekacau ini bagaimana bisa? Ternyata berbicara atau berdekatan dengan seorang Mino membuat kadar kewarasannya terkikis.
==========
"Lapeeeeeer." Manja Jennie dan menarik-narik ujung seragam Lisa. Sedari tadi dia merengek lapar pada Lisa padahal Lisa sudah menyuruhnya untuk kekantin terlebih dahulu, namun dasar Jennie sepertinya dia benar-benar tidak bisa berlama-lama berpisah dengan Lisa.
"Gue ke perpustakaan dulu, Jen."
"Gue laper, Lis."
"Yauda sana makan duluan, gue nyusul."
"Ih gak temen ah, hayuuu barengan."
Lisa hanya menghela nafas panjang, susah memang jika dihadapkan dengan wanita manja dan berkuasa seperti Jennie. Dengan terpaksa, Lisa melupakan buku yang ingin dibaca terlebih dahulu dan menuruti kemauan Jennie untuk mengisi perutnya. Yah walaupun Lisa pun sama laparnya, namun baginya urusan perut bisa dinomor duakan berbeda dengan pelajaran tadi, sebelum Lisa mendapatkan jawaban dari tugas yang diberikan Bu Melly, Lisa akan rela menahan laparnya dan pergi ke perpus.
"Gue pesenin bakso yah, tunggu disini."
Lisa hanya mengangguk dan duduk disalah satu meja yang ada dikantin. Matanya sibuk memperhatikan siswa-siswa yanh lahap menyantap makanannya membuat Lisa tersenyum geli. Namun pandangannya tiba-tiba menangkap siluet lelaki yang telah membuat wajah Lisa memerah.
Lelaki itu tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju meja Lisa lalu duduk didepannya. Awalnya Lisa mengacuhkannya, namun ketika tangan Lelaki itu terulur dihadapannya mau tak mau Lisa mendongkakan wajahnya dan menatap tangan dan wajah lelaki itu bergantian.
"Belum kenalan kan? Gue Mino."
.
.
TbcHanlis ku jangan boseeeeen hahaha #kode
KAMU SEDANG MEMBACA
[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔
Novela JuvenilCover Fanart cr.by Pinterest. ---- Lisa fikir Lelaki itu adalah penyelamatnya namun kenyataan mengatakan lain, dia hanya menjadikannya sebuah alat untuk berbalas dendam. ©Copyright - pjy1106 2019 #6 in kimhanbin #225 in teen #67 in ikon #53 in june ...