"Bin, bantuin gue."
"Enggak."
"Ayolaaaah..."
"Males, Jen. Lagian gue gak kenal juga sama temen lo."
"Yauda nanti kenalan."
Hanbin mengacak rambutnya seraya menghela nafas kasar, susah memang jika sudah menghadapi Jennie. Apapun keinginannya pasti wajib harus dituruti, jika tidak urusannya berabe. Dia akan menelpon Anggoro dan mengada-ngada tentang Hanbin lalu berakhir dengan semua fasilitas Hanbin disita selama sebulan.
"Dia kan ada pacarnya, kenapa gak rencanain sama pacarnya aja sih?"
"Males gue, lagian si Mino gak ada manfaatnya juga jadi pacar...." Jennie menghempaskan tubuhnya pada sofa lalu menatap Hanbin kembali. "...gue fikir yah setelah Lisa pacaran sama Mino semuanya bakalan lebih baik, eh taunya si Mino jadi diemin Lisa gitu. Terus yang lebih parah, pas lagi PDKT aja gercap banget anter jemput udah pacaran ditelantarin gitu aja. Kan taik."
"Masa sih?" Tanya Hanbin tak percaya, Jennie hanya mengangguk.
"Jadi, bantuin gue yah?"
"Yauda..." Hanbin membuang muka, "...lagian kalo gue tolak juga, nasib gue jadi taruhannya."
Jennie tertawa dan mengacak-acak rambut Hanbin kasar seraya sedikit menariknya membuat Hanbin memekik kesakitan. "Kepala gue di fitrahin, goblok. Pake dua kambing lagi gak kaya lo cuman satu." Teriak Hanbin.
Jennie mendorong kepala Hanbin sehingga membentur pinggiran sofa, "gue cewe, ya kambingnya satu lah. Udah deh, yuuu kita susulin Yoyo sama June. Lumayan kan kalo ada duo cacing kremi pekerjaan kita jadi ringan."
"Mereka temen gue ya."
"Oh dikira babu."
"Bangs----"
"Paaaaah, Hanbin ngatain aku bangsaa-----"
Mulut Jennie dibekap cepat oleh tangan Hanbin, Jennie hanya terkikik dan memukul lengan Hanbin yang membekap mulutnya seraya mendelikan matanya dan berdiri.
"Jangan macem-macem sama anaknya Anggoro.!"
"Stress, gue juga anaknya, Bego."
============
Lisa Pov
Sedari tadi aku hanya terdiam diperpustakan, menunggu kabar dari Mino yang tak kunjung mengabariku. Ah, sudah sebulan hubungan kami berjalan namun selama itu pula aku merasakan ada perubahan darinya.
Yang biasanya selalu mengirimiku pesan setiap menit kini membalas pesanku saja sangat sulit.
Yang selalu setia mengantar dan menjemputku kini selalu banyak alasan dan tak bisa melakukan itu.
Bahkan ketika berpapasan dilorong pun dia hanya melempar senyum tanpa menyapaku, aku tidak mengerti ada apa dengannya. Jika dia menyesal memacariku lebih baik dia berkata jujur, akupun takan melarangnya untuk pergi, karna aku tidak bisa menahan dia untuk tetap bersamaku jika dia tak bahagia.
"Hey, temen Jennie kan?"
Aku menatap dua lelaki yang tiba-tiba duduk didepanku, mereka temannya Kak Hanbin Kakak kandung Jennie.
"Iya, kak."
"Jennie telpon tadi, nyuruh jemput kamu. Katanya dia sakit pengen ditengok."
Jennie sakit? Perasaan tadi pagi dia baik-baik saja. Bahkan dia masih bisa tertawa bersama Pak Tejo security sekolah sampai-sampai perutnya sakit dan meminta ampun agar Pak Tejo berhenti menceritakan hal-hal bodohnya. Ah apa mungkin sakit karna telalu banyak tertawa? Bisa saja kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔
Teen FictionCover Fanart cr.by Pinterest. ---- Lisa fikir Lelaki itu adalah penyelamatnya namun kenyataan mengatakan lain, dia hanya menjadikannya sebuah alat untuk berbalas dendam. ©Copyright - pjy1106 2019 #6 in kimhanbin #225 in teen #67 in ikon #53 in june ...