3. Just A Tool

3K 377 34
                                    


Hari Libur tiba dimana semua murid sekolah menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang dan menghamburkan uang hasil kerja orang tuanya. Berbeda dengan Lisa, dia hanya diam dirumah bergelut dengan buku-buku pelajaran, dia tak berniat sedikitpun untuk keluar rumah dan berjalan-jalan seperti remaja-remaja lain seumurannya.

Walaupun Jennie selalu datang memaksanya keluar tapi itu tak membuat Lisa mengubah fikirannya dan membuat Jennie mau tak mau mengalah lalu menghabiskan waktu liburnya bersama dengan keluarga Lisa.

Keluarga Manoban sudah mempunyai rutinitas memasak dan makan bersama dihari Libur, menurut mereka hari libur harus dipergaunakan sebaik mungkin untuk mempererat tali persaudaraan mereka. Dan kebiasaan itu membuat Jennie juga terbiasa dan akan ada yang kurang jika setiap weekend Jennie tak berkunjung kerumah Lisa.

"Mah, ini dipotong kaya gini?" Tanya Jennie pada Dara ibu dari Lisa. Jennie sudah terbiasa memanggil nama Dara dengan sebutan Mama, juga memanggil Teddy Ayah Lisa dengan sebutan Papa. Katanya mereka sudah seperti orang tua Jennie sendiri.

"Agak tipis sayang..." Jawab Dara, Dara melirik Lisa yang sedang membolak-bakik tempe gorengnya. "...jangan sampe gosong ya, Lis."

Lisa hanya mengangguk, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Lisa dengan malas merogoh ponselnya dan melihat satu pesan dari nomor yang tak dikenalnya. Kening Lisa berkerut ketika membaca isi pesan itu, bagaimana orang ini mengetahui nomor nya? Apa dari Jennie?

Lisa melirik Jennie yang sedang sibuk dengan pisau ditangannya sembari menggerutu karna potongan wortelnya tak setipis hasil dari potongan Dara. Lisa tersenyum simpul dan kembali fokus pada ponselnya.

Tau no gue dari mana?

Tanpa menjawab pertanyaan sipengirim pesan, Lisa malah bertanya balik. Tipikal Lisa yang terlalu cuek jika sudah menyangkut lelaki. Namun Lisa tidak munafik, ada sedikit rasa senang melihat pesan dari lelaki yang akhir-akhir ini sukses merebut perhatiannya.

"Lisa, Mama udah bilang awas gosong. Liat tempe nya kan." Pekik Dara seraya mematikan kompor gas nya. Lisa hanya tertawa dan memeluk Ibunya itu seraya meminta maaf berkali-kali.

"Lisa yang makan aja nanti, maafin Lisa yaaa." Rengek Lisa.

Jennie yang melihat itu tertawa dan mendekat kearah wajan yang berisi gorengan tempe yang hampir menghitam. Tawa Jennie semakin kencang dan mengelus punggung Lisa.

"Lo makan yah, gue sih gak mau. Pait."

"Nyebelin lo."

==============

"Dia anak baru ternyata, pindahan dari Bogor."

"Pantes mukanya asing."

Ketiga lelaki itu sedang berkumpul sekarang di sebuah tempat yang sudah menjadi hak milik ketiganya untuk menghabiskan waktu. Sebuah rumah minimalis dengan dua lantai dan mempunyai dua kamar tidur. Lantai atas biasa mereka pakai untuk membawa wanita-wanita nya yang selalu berganti setiap harinya. Dan lantai bawah selalu mereka pakai jika sudah mengobrol tak jelas seperti ini, ditemani rokok juga kopi kadang minuman yang berbau alkohol.

"Bin."

Hanbin, lelaki itu hanya tertidur tak menanggapi obrolan dari kedua temannya. Dia terlalu lelah karna semalam dia tak tidur sama sekali, malamnya dihabiskan hanya untuk menari dan bersenang-senang. Ketika matahari muncul mereka baru kembali dan tertidur.

"Dia anaknya keluarga Adilaga."

Seketika pendengaran Hanbin menajam, dia begitu sensitif dengan nama itu. Rahangnya mengeras, matanya perlahan terbuka dan melihat kedua temannya yang menatap Hanbin dengan pandangan yang sedikit khawatir, mungkin.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang