39. Dahyuni.

1.1K 166 38
                                    

09 Mei’20------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09 Mei’20
-
-
-
-
-
-

Suara bising yang pertama kali menyambut keempat gadis itu. Bising yang disebabkan oleh alat-alat musik yang sengaja dibunyikan bercampur dengan suara ribut dari mulut-mulut manusia yang tak henti nya memekik kegirangan tidak sabar akan menyaksikan band-band indie terkenal.

Lisa mengedarkan pandanganya, hingga sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Itu dari Hanbin yang menyuruh mereka untuk segera melesat kebelakang panggung. Tetapi gadis itu meringis ketika melihat manusia yang berdesak, dia tidak mungkin bisa sampai kesana, disini begitu penuh.

"Hanbin nyuruh kebelakang, tapi gue nggak ngerti caranya gimana. Serius ini manusia banyak banget." seru Lisa dengan suara yang sedikit ditinggikan agar ketiga temannya itu mendengar.

"Lo telpon aja, Lis. Bilang kita ketahan nggak bisa kesana." pekik Jennie. Gadis itu sesekali mendorong wanita-wanita yang menyeretnya, suasana disini benar- benar tidak kondusif.

"Gue udah kasih tau June, tunggu aja disini. Nanti mereka dateng." kata Rose membuat Lisa mengurungkan niatnya yang akan menghubungi Hanbin.

Mereka berempat menatap ngeri kesekeliling, ratusan bahkan mungkin ribuan orang ini rela berdesak-desakan hanya untuk menonton sebuah Band yang tidak pernah masuk ke dalam TV.

Luar biasa.

"Kalau gini caranya gue lebih baik pergi bareng sama Bobby deh." Jisya sedikit risih dengan suasana ini. "Gue nggak nyangka festival sekarang sepecah ini, pantes aja tuh para biji semangka sibuk banget."

"Jen, gunain nama Anggoro dong elah biar kita nggak desek-desekan begini." rengek Rose yang semakin terkurung oleh manusia yang berusaha maju demi mendekat pada panggung.

Jennie berdecak, "Mana bisa gue, ini bukan acara bokap gue. Hanbin aja dibayar."

Tidak harus menunggu lama lagi, mata Lisa menangkap sesosok pria dengan baju tanpa lengan berwarna abu yang membuat tattoo di dada nya mengintip keluar. Gadis itu mendengus sesaat, kebiasaan Hanbin jika akan perfome. Dia akan menggunakan baju-baju tanpa lengan yang memamerkan otot-otot lengan nya juga koleksi tattoo yang terletak di punggung, bahu juga perut pria itu.

"Disini." pekik Lisa dengan melambaikan tanganya. Tapi pekikan itu tidak terdengar, Hanbin masih mengedarkan pandanganya mencari, sadar dengan kehadiran Hanbin para wanita disana semakin menggila. Lisa terpekik ketika badanya didorong kasar oleh salah satu wanita yang meringsek masuk ke barisan depan.

Gadis itu mengaduh, "Aduh, kaki gue."

"Lo nggak apa-apa?" tanya Jennie khawatir.

"Sini deh, kita ke pinggir dulu." Jisya menarik ketiga temanya itu, gadis itu merebut ponsel yang berada di genggaman Lisa dan menekan tombol hijau ada kontak Hanbin. Memberitahukan posisinya dengan melambai-lambaikan tangan kearah pria itu.

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang