Vote komen jangan lupa !
Spam-spam !!16 Juni’20
-
-
-Menjadi pengacara adalah impian Lisa sedari kecil, mula nya. Lisa merasa geram ketika mengetahui fakta bahwa Ayah nya telah tertipu jutaan rupiah oleh teman nya sendiri. Lisa yang baru beranjak dewasa sangat marah, dia meminta ayah nya untuk membawa kasus itu ke ranah hukum walau nyatanya Lisa remaja benar-benar tidak mengerti jalan hukum itu sendiri bagaimana.
Lisa ingat ketika Teddy hanya mengatakan, "Rejeki tidak akan kemana, boleh kita hilang jutaan rupiah hari ini. Ikhlaskan saja, siapa tau tuhan sudah menyiapkan lebih banyak lagi untuk kita dimasa depan."
Tapi, perkataan bijak itu tidak bisa Lisa terima. Lisa tetap kekeh ingin menyusul mantan teman ayah nya itu. Namun perkataan Dara benar-benar menampar telak emosi Lisa.
"Sudah lah, kita hanya orang kecil. Membawa kasus ini ke hukum tidak mudah, kita tertipu uang 5 juta. Jika dibawa ke ranah hukum, uang 5 juta tidak tentu akan kembali tetapi kita malah harus membayar lebih dari 5 juta hanya untuk memperkarakan ini. Lisa, ketimbang harus membayar pengacara lebih baik sisa uang Bunda tabung untuk sekolah mu nanti."
Dan Lisa sadar, begitu minim keadilan untuk rakyat kecil sepertinya. Dari situlah Lisa remaja bertekad untuk menjadi seorang pengacara dan mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) miliknya sendiri. Namun keinginan itu sekarang sudah sangat sulit dia gapai mengingat kondisinya yang sekarang tidak sama lagi.
Lisa harus menunda kembali kuliahnya dan menjadi istri seorang CEO muda yang baru saja diangkat. Juga merawat kandungan nya yang sudah berusia dua bulan.
"Tumben kamu nengokin mami, Bin." sindir Mami Amirta.
Lisa dan Hanbin sudah duduk dengan nyaman di sofa, sesekali Lisa menarik kemeja nya menutupi perut yang sudah sedikit membesar walau tidak begitu kentara, Lisa grogi. Ada banyak pertanyaan dibenaknya sekarang, apakah orang tua Hanbin akan marah? Apakah orang tua Hanbin akan menerima anaknya?
Sebenarnya, jika-pun Lisa tidak diterima disini dia akan sangat berlapang dada namun jika itu tentang anak nya Lisa tidak bisa menerima. Tidak munafik, hal yang menjadi momok paling menakutkan untuk saat ini adalah reaksi keluarga Hanbin terhadap anak didalam kandungan Lisa.
"Papi mana?" suara Hanbin terdengar tegas namun ada sedikit kecemasan disana.
Amirta menoleh ke sebuah ruangan, "Didalem, papi mu lagi banyak kerjaan. Sebelum dia pensiun dia mau kerjaan nya beres bulan ini."
Hanbin termenung, jika dia memberitahukan fakta yang dia sedang tutupi sekarang apa tidak apa-apa? Mendengar perkataan Mami Amirta Hanbin jadi tidak tega.
"Kenapa mau ngobrol sama Papi?" tanya Amirta.
Hanbin mengangguk ragu-ragu, Amirta menyuruh Hanbin untuk menunggu sebelum dia beranjak ke sebuah pintu yang tadi dia tunjukan pada Hanbin. Berbicara sebentar hingga kini Amirta kembali bersama Anggoro yang berjalan dibelakangnya.
"Lis, Hanbin mau ngobrol sama Papi nya dulu. Ayok kita melipir aja, bikin jus seger nih jam segini." ajak Amirta.
Lisa baru saja membuka mulutnya namun sebuah genggaman ditanganya membatalkan niat Lisa. Gadis itu melirik Hanbin yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Lisa disini, Mam. Mami juga duduk, Hanbin mau bicara sama Mami Papi."
Amirta walau bingung dia mengikuti peermintaan Hanbin, wanita yang berusia mau menginjak 50 itu duduk disamping suaminya. Menatap Lisa dan Hanbin bergantian.
Sementara Lisa, ditempatnya gadis itu sudah berkeringat dingin. Tanganya sedikiy tremor jika saja tidak Hanbin genggam mungkin itu akan sangat terlihat oleh kedua orang tua Hanbin dihadapanya. Lisa takut, dia tidak siap menerima respon apa yang akan dia terima. Dia takut, orang tua Hanbib menganggap Lisa wanita nakal atau lebih parah murahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/103807284-288-k389443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔
Novela JuvenilCover Fanart cr.by Pinterest. ---- Lisa fikir Lelaki itu adalah penyelamatnya namun kenyataan mengatakan lain, dia hanya menjadikannya sebuah alat untuk berbalas dendam. ©Copyright - pjy1106 2019 #6 in kimhanbin #225 in teen #67 in ikon #53 in june ...