Gak pada bisa mudik ya? Huhu sama, mudiknya ke wattpad aja. Dont forget, vote dulu 😳
25 Mei'20
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brak!
Hanbin berlari ke arah toilet memuntahkan segala isi dalam perutnya, pria itu terkulai lemas menumpukan beban badanya pada pinggiran wastafel sembari menyeka mulutnya.
Sudah beberapa hari ini pria itu tidak pulang, entah kenapa menapakan kaki di apartment nya justru malah mengingat kembali moment nya dengan Lisa. Hanbin akui, dia begitu lemah sekarang. Dirinya sendiri yang memutuskan keputusan bodoh itu, tetapi dirinya sendiri pula yang merasakan akibatnya.
Hanbin merindukan Lisa, dan itu faktanya.
Lucu, ketika seharusnya dia yang terlihat biasa saja tak terpengaruh oleh kata break sialan yang dia ucapkan beberapa minggu lalu. Tapi lihat sekarang, justru kondisinya yang paling mengenaskan, sementara Lisa yang seharusnya meraung menangis tidak terima dengan keputusan bodohnya dengan tanpa beban gadis itu melanjutkan hidupnya tanpa keberatan sama sekali perihal intensitas pertemuan mereka yang benar-benar sudah terpangkas habis.
"Oke nggak Bin?" tanya Jay sembari menepuk pundak Hanbin berkali-kali, sekilas dia memijit tengkuk pria itu. Meringis melihat Hanbin yang terlihat kacau seperti ini.
"Ke dokter deh, gue anter. Abis itu lo balik istirahat dulu." lanjutnya.
Jay menuntun Hanbin hingga tubuh ringkih pria itu terduduk bersandar di sofa. Tangan Hanbin terulur memijat pangkal hidungnya, pening dikepalanya benar-benar menyiksa sekali.
"Males, ditidurin juga nanti baikan." gumam Hanbin.
"Lo udah nggak pernah balik, tidur cuma satu jam dua jam. Makan junkfood, mie instan. Minum kopi atau cola, nggak sehat lo, udah kaya dipersiapin mau nyiksa badan sendiri aja." kata Jay sarkatis.
June masuk kedalam studio, menatap Hanbin kasihan. Pria itu melempar keresek putih berisikan obat yang dia beli di apotik. Lalu membuka keresek satunya berisikan satu porsi bubur juga teh hangat, lalu mendorong bubur itu ke hadapan nya.
"Makan dulu, abis itu minum obat. Gue bawain tolak angin juga, badan lo masuk angin itu semaleman disembur AC."
Hanbin terkekeh, dia meraih sendok lalu mengaduk sebentar bubur polosnya. Menyuapi satu sendok pada mulutnya, meringis sekilas lalu menyimpan kembali sendok itu sejurus kemudian Hanbin meringkuk diatas sofa, memeluk kedua lututnya.
"Pahit, June. Gue tidur aja, perut gue ini melilit banget."
"Eh simonyet, perut lo kram itu karena lo nggak isi makanan. Abisin elah Bin apa perlu gue suapin?" omel June yang kini sudah bersiap mengarahkan sendok berisikan bubur pada mulut Hanbin.
Mau tidak mau Hanbin membuka mulutnya, menelan bubur itu tanpa dia kunyah. Jay yang melihat itu terkikik geli, terlebih dia menangkap basah mimik wajah khawatir dari June teman bangsatnya.