5. Tired

229 35 13
                                    

Ponsel Melda yang ia genggam, bergetar. Spontan membuatnya menggeser layar ponselnya yang tipis itu. Tertera nama Fahri dinotificationnya. 7 panggilan yang tidak terjawab. 12 pesan yang belum dibaca. Serta notif dari line atas nama Fahri pun memenuhi notificationnya.

Melda mengerutkan dahinya kemudian membuka line dari Fahri.

Mel, dimana?

Mel kok gak ada disekolah?

Lo dijemput ya?

Bales dong,

Lo kenapa?

Dijemput Papa? Mama? Atau kak Mila?

MEL BALES, JANGAN BUAT GUE KHAWATIR.

Melda? :'(

Melda menepuk pundak Azka berkali-kali membuat cowok itu menoleh lewat spion. "Berhenti." Ucap Melda datar. Dan Azka pun menepikan motornya.

Azka berdecak. "Kenapa sih?"

Melda menyodorkan ponselnya tepat didepan wajah Azka, bahkan hanya berjarak satu jengkal. Azka mendorong ponsel Melda, lalu menaikkan satu alisnya. "Trus?"

"Ihh lo bilang ke gue, lo udah izin ke Fahri. Gimana sih?!"

Azka membuka kaca helmnya, kemudian memajukan wajahnya kehadapan Melda. Hingga Azka menghapus jarak diantara mereka. "Tapi bohong," ucapnya datar dengan wajah menyebalkan kemudian menjauhkan wajahnya dari cewek didepannya ini.

Melda menggertakkan giginya. Tangannya sudah terkepal. "Maksud lo tu apa sih?! Lo modus ya?!" suara Melda meninggi membuat orang-orang yang berlalu lalang menoleh kearah mereka.

"Apa? Gue? modus? Sama lo? Mimpi lo!"

Azka segera naik kemotornya dan bergegas untuk pergi. "E..-eh eh... Azka, yakali gue ditinggal. Woy AZKAA!!," teriak Melda saat melihat Azka sudah menjalankan motornya. Azka mengerem mendadak lalu motornya berhenti.

"Naik. Cepet. Pulang."

Melda kicep jika sudah melihat wajah sangarnya Azka. Ia menelan ludahnya dan naik kemotor Azka. Azka pun melajukan motornya membuat Melda menjerit ketakutan sambil menarik-narik jaket bomber yang Azka kenakan. Azka menatapnya dari spion.

"Robek woy jaket gue,"

"Ya elo sih ngebut banget, pliss pelaninn!!" mohon Melda sambil setengah berteriak melawan suara hiruk-pikuk kendaraan yang mulai padat.

Azka hanya diam tak menjawab. "Rumah lo lewat mana?"

"Itu yang ada restaurant, belok kiri. Rumah gue warna putih,"

Melda turun dengan wajah kesalnya. Azka benar-benar membuatnya kesal hari ini. Melda masih berdiri didepan Azka yang duduk dimotornya.

"Kenapa lo? ditekuk gitu muka lo," Tanya Azka datar.

Melda hanya diam sambil mengerucutkan bibirnya. "Tadi gue sengaja bohong, bilangnya udah izin ke cowok lo. ntar kalau gue izin gue yakin gak bakalan dikasih sama cowok lo. ditambah lagi tadi pagi diparkiran, cowok lo dengan seenak jidatnya ngambil tempat parkir gue biasanya," jelas Azka panjang lebar. Ini kalimat terpanjang yang diucap Azka didepan Melda.

"Ha? Apa? Tempat parkir lo? bahkan disitu gak ada tulisannya 'disini tempat parkir Azka'."

"Eh lo lama-lama jadi bikin kesel ya. Siapa yang gak tau, kalau selama setahun ini gue emang markir motor disitu. Lagian itu kan pembatas antara parkiran mobil sama motor."

Melda menggaruk-garuk kepalanya dengan gusar. Tidak tahan jika berlama-lama didepan cowok ini. Melda segera berlari masuk kerumahnya.

"BAHKAN GUE GAK TAU COWOK LO ANAK KELAS MANA," teriak Azka diselingi tertawa diujungnya. Kemudian ia segera pergi dari rumah Melda.

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang