23. Sahabat Lama

149 20 0
                                        

"Mel coba liat foto ini," ucap Fahri dari seberang sana. Diponsel Melda terlihat Fahri yang tengah menunjukkan sebuah foto berukuran kecil. Mereka berdua kini tengah video call sejak beberapa menit lalu.

"Kok gue ngerasa familiar sama mukanya?" kening Melda berkerut saat melihat wajah kedua anak laki-laki yang Fahri perlihatkan.

Diseberang sana Fahri tersenyum. "Ayo tebak siapa?"

"Itu lo kan? nah yang itu siapa ya...."

"Oh iya, Azka! wait.... Azka?!" kening Melda bergelombang mengisyaratkan ia tengah bingung saat saar bahwa anak laki-laki disebelah Fahri adalah Azka. Bagamana bisa Azka dan Fahri berfoto bersama dengan menggunakan seragam SD?

"Sebenarnya gue sama Azka sahabatan dari SD Mel, SMP juga, tapi ada kejadian yang buat Azka terpuruk. Dia juga jadi benci sama gue,"

"Ri? Gue bener-bener gak ngerti?"

"Waktu itu, gue, Azka dan Zidan salah satu sahabat gue. kita bertiga udah sahabatan dari SD Mel. Nah waktu itu, pas pulang sekolah, waktu kami masih SMP, Azka ngajakin balap motor. Karena waktu itu pulangnya kita gak langsung kerumah, mau kelapangan bola. Dan pas itu gue ada dibelakang ketinggalan jauh. Tiba-tiba pas gue ketemu Azka, dia lagi nangis ditengah jalan, didepannya Zidan udah berlumuran darah.." Jelas Fahri dengan mata berkaca-kaca. Fahri menaruh ponselnya diatas meja dikamar tidurnya. Lalu menyeka air matanya yang hampir saja lolos.

"Udah Ri, yang sabar ya."

Fahri mengangguk tersenyum. "Jadi semenjak kejadian itu, Azka terpuruk. Dia nyalahin dirinya sendiri, karena dia yang ngajakin balapan waktu itu. sipenabrak pun lari, jadi kita gak tau siapa yang nabrak Zidan,semenjak itu juga hubungan persahabatn gue sama Azka rusak. Dia juga jadi brandal gitu, apalagi pas orang tuanya cerai."

Sekarang malah mata Melda berkaca-kaca. Ia tak menyangka kalau Azka dan Fahri dulunya sahabat. Bahkan jika dilihat sekarang mereka seperti orang musuhan. Setiap kali bertemu pasti saja berkelahi. Bahkan tak ada tanda-tanda bahwa mereka dulu sangat dekat.

Azka juga tak pernah bercerita apapun kepada dirinya semenjak akhir-akhir ini mereka dekat. Entah kenapa juga, Azka menjadi rajin datang kesekolah ya walapun kadang-kadang masih terlambat.

Kadang Melda berfikir kenapa Azka itu berbeda. Cenderung agak penutup. Jarang bergaul dengan cewek. Sangat susah ditebak.

"Jadi sampe sekarang kalian gak ada niatan mau baikan gitu?"

Fahri hanya mengedikkan bahunya.

"Atau kalian gak ada gitu pernah ngobrol lagi semenjak kejadian itu?"

Fahri menggeleng. "Boro-boro ngomong Mel. Ketemu aja berantem mulu. Gue sengaja gak ngasih tau lo."

Melda mengangguk. "Iya deh Ri. Eh btw, udah jam 9 malem lho. Udah dulu ya? Gue mau tidur nih," ucap Melda sambil terkekeh.

"Eh iya ya, disana udah jam segitu. Yaudah good night Mel, bye."

***

Melda mencoba menyoret-nyoret rumus diselembar kertas yang ia sobek dari bagian belakang bukunya. Kini ia tengah mengerjakan latihan kimia yang diberikan oleh pak Samsul. Hal ini juga dilakukan dengan semua murid kelas X1 IPA 1.

Kini tepat jam 08.30 Melda menoleh kearah bangku Azka. cowok itu belum juga datang. Entah terlambat atau bolos.

"Permisi pak," sapa seseorang dari daun pintu kelas setelah suara ketukan pintu.

Melda tersenyum miring, baru saja ia teringat cowo itu.

"Azka! selalu saja kamu terlambat! Keluar dulu, masukin baju kamu itu!" kata pak Samsul tegas. Pak Samsul sebenarnya tipe guru yang tidak galak menurut Melda. Hanya saja suaranya saja yang besar.

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang