33. Terkuak

117 10 0
                                        

Mobil jaz berwarna merah memasuki area parkiran disebuah pusat perbelanjaan ditengah-tengah kota. Kemudian Melda dan Alia berjalan memasuki mall mencari toko aksesoris. Melda yang masih dengan menggunakan seragam sekolahnya serta Alia dengan sweeter dan celana jeans.

"Maaf ya Mel kakak gak bisa lama-lama, abisnya ada kuliah setengah jam lagi,"

Melda menoleh kesamping kanannya sambil mengangguk. "Iya kak, nggak apa-apa kok. Abis aku nggak tau nih mau ngasih dia apa,"

"Iyaa kakak juga selalu bingung kalo dia ulang tahun mau ngasih kadonya apa," Alia mengangguk setuju sambil terus berjalan beriringan dengan Melda.

Dua gadis ini pun memasuki sebuah toko aksesoris yang bernuansa hitam putih. Mereka langsung disambut oleh mbak-mbak yang berdiri didepan toko itu. Mempersilahkan dua gadis ini melihat-lihat toko yang sedang dijaganya. Melda dan Alia pun mulai berpencar saat melihat semua aksesoris yang memanjakan mata itu. Namun mata Melda terhenti saat melihat sebuah jam tangan kulit agak berukuran besar –yang sudah pasti untuk laki-laki –dibalik kaca panjang yang dimana tersusun banyak jam. Talinya yang tampak mengkilat berwarna hitam pekat.

Melda antusias langsung memanggil Alia yang tengah asik melihat-lihat kalung dibagian toko paling depan. Melda meminta pendapat kepada gadis yang mungkin saja lebih tau dari padanya. Alia mengangguk setuju sambil tersenyum.

"Iya bagus banget nih yang ini,"

Melda bergumam, "Tapi coba liat yang lain dulu mana tau masih ada yang lebih bagus kan Kak,"

Setelah 15 menit mengelilingi toko itu, akhirnya pilihan Melda tetap jatuh pada jam tangan yang awal tadi ia pilih. Setelah mencocokkan harga dan membayar mereka pergi untuk mencari cemilan untuk sekedar mengganjal perut.

Entah kenapa rasanya sangat senang membeli hadiah itu.

"Makasih ya kak udah ditemenin segala, hehehh." Ucap Melda sambil terkekeh saat ia sudah berdiri didepan rumahnya.

Alia yang berada didalam mobil mengangguk sambil tersenyum masam. "Perasaan sih ada yang emang minta ditemenin,"

Kemudian terdengar gelak tawa dari keduanya.

Setelah pamit pada Melda, Alia melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Melda menuju kampusnya. Sementara Melda masuk kedalam rumahnya. Ia ingin segera cepat-cepat mandi karena badannya sudah terasa lengket.

***

Entah kenapa pagi ini Azka sangat malas untuk berangkat kesekolah. Pikirannya sangat kacau sejak semalam. Bahkan ia baru bisa tidur pukul 3 pagi, maka dari itu ia masih mengantuk sekarang. Alarmnya yang sudah berisik dari pukul 5 pagi pun ia matikan total lalu menyambung tidur. Hingga ia terbangun pukul setengah 9. Akhirnya ia memilih untuk berjalan kedapur guna membasahi tenggorokannya yang kering. Pagi ini rumahnya sangat sepi, ralat maksudnya sepertinya Ayahnya semalaman tidak pulang, karena rumah ini memang akan selalu sepi.

Azka memang harus sudah terbiasa dengan keadannya sekarang, rumah yang selalu sepi, tidak ada yang mengurusi pola makannya, apalagi mengurusi hidupnya. Ayahnya selalu saja bekerja, bekerja dan bekerja tanpa tau apa yang Azka rasakan selama ini. Memendam semuanya sendiri memang sulit.

Dan hari ini Azka memutuskan untuk tidak sekolah lagi.

Gelas kaca yang ia pegang mendadak terjatuh saat ia sedang melamun. Sekarang pikirannya benar-benar sangat kacau. Kepalanya terus saja berdenyut hingga terasa pusing. Semua diluar dugaannya. Ia tak menyangka semua ini terjadi dihidupnya. Kenapa semuanya seolah mengerjainya atau mungkin tak memperdulikannya. Ia menatap nanar pada serpihan kaca yang berserakan dilantai kemudian menggenggam serpihan itu hingga keluar darah segar dari genaggamannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang