Melda mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kemata. Sekujur tubuhnya terasa pegal saat ia sadar ia tertidur disofa ruang inap Mila. Objek pertama yang ia tangkap saat pertama kali matanya terbuka jelas adalah seorang cowok yang masih tertidur. Ya, kini Melda tidur diatas kedua paha cowok itu. Dari bawah Melda bisa melihat wajah tenang Azka. Lebam-lebam akibat berantem bersama Fahri semalam masih tercetak jelas dikedua sudut bibir Azka.
Tiba-tiba saja Azka menguap, mengucek-ucek kedua matanya, lalu setelah matanya terbuka ia langsung melihat Melda yang kini tengah melihatnya. "Eh udah bangun?"
Melda yang sadar bahwa Azka sudah terbangun buru-buru ia duduk kemudian mengangguk. "Iya, lo kenapa gak pulang tadi malem?"
Azka mengusap wajahnya sekali lalu mengacak-acak rambutnya sendiri hingga sedikit berantakan. "Hmm, gapapa sih mau nemenin lo. Abis dirumah pun gue sendirian,"
Melda mengangguk lagi. "Gak pegel gitu tidur duduk begitu?"
"Gak sih, biasa aja."
Tiba-tiba Melda teringat akan satu hal sampai ia menepuk jidatnya. Azka hanya menaikkan kedua alisnya mengisyaratkan 'ada apa?'. "Kita telat, ini udah jam tujuh lewat dua puluh menit,"
Azka memutarkan kedua bola matanya. "Yaelah gue kirain apaan. Udah biarin sekali-kali lo gak usah sekolah, gak capek apa sekolah mulu?"
Melda berdecak, "Iih, gue gak pernah ya absen dengan keterangan alfa, plis jangan ajak gue kejalan yang sesat, lo mah sering kan gue gak,"
"Apaan deh, sekali alfa gak bikin lo tinggal kelas kan? gak bikin lo bodoh kan?"
"Yaa, bukan gitu... ta-"
"Lo gak mau jagain kakak lo emang?"
Melda baru tersadar, ia langsung melompat dari sofa dan berlari menghampiri brankar Mila. Kakaknya itu tengah tertidur dengan perban yang terbalut sekeliling kepalanya. Melda menggenggam tangan kakaknya sambil terus berdoa dalam hati agar kakaknya itu bisa cepat sembuh.
Pintu terbuka dan menampilkan Deni dengan kemeja kotak-kotak dan celana jeans panjang bersama Revan yang tengah membawa sekantong belanjaan. Revan yang menyadari ada Melda disana langsung menghambur kepelukan tantenya itu. Melda tersenyum kemudian menyeka air matanya yang entah sejak kapan turun.
"Loh, kalian udah bangun?"
Melda menoleh kearah kakak iparnya itu yang tengah menaruh kantong belanjaan diatas nakas disamping brankar Mila. "Eh, iya bang."
"Evaan,"
"Iyaa onti. Onti kenapa nangis?"
Melda menggeleng sambil mengucek-ucek matanya. "Gak kok, aunti gak nangis kok,"
Melda menggendong Revan kemudian mengecupnya pipinya berkali-kali. Lalu memeluknya erat dan mengacak-acak rambutnya. "Keponakan aunti kok makin ganteng dan ucul aja ya?"
"Onti juga cantik," Melda terkekeh lalu menurunkan Revan.
Azka langsung bangkit dari sofa dan menyalami Deni dan langsung disambut oleh kakak ipar Melda itu. "Pagi bang,"
"Eh iya,"
"Saya Azka, temen sekolahnya Melda bang,"
Mulut Deni membulat. "Ooh, iya yang nolong Revan kemarin kan? sekarang nolongin Mamanya, makasih banyak ya Azka. Kamu baik banget," Deni menepuk dua kali pundak Azka sambil tersenyum ramah.
"Ee, oh..iya bang," Azka terkekeh sopan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hai Van!" sapa Azka kemudian berjongkok didipan Revan sambil tangannya diacungkan keudara mengisyaratkan agar bertos-an dengan bocah laki-laki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Genç Kurgu(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...