Azka memperhatikan wajah Melda yang serius saat memangku dan mencoba memasukkan kunci gitar. Berulang kali Melda menggerutu kesal saat jari tangannya keliru dan sesekali terbelit. Membuat Azka menahan senyumnya.
Azka yang sebelumnya duduk dihadapan Melda, pindah duduk disebelah Melda karena melihat cewek berambut dibawah bahu ini kesulitan. "Sini gue ajarin,"
Melda mengelap peluh keringatnya yang mengucur dari tepi wajahnya. "Dari tadi kek! Kan emang tugas lo ngajarin gue sih," Melda kembali menggerutu kesal sambil memajukan bibirnya.
Azka terkekeh. "Yaelah sabar kali,"
Azka mulai mengajari Melda tentang berbagai macam kunci gitar, sebelumnya Melda menggunakan buku panduan belajar gitar milik Azka.
Setelah setengah jam dirasa hapal kunci-kunci gitar, Melda mencoba sendiri dan mulai memangku gitar coklat milik cowok berwajah manis disebelahnya.
"C, D, E, F, eh ini G susah banget sih,"
Azka bergerak maju dan menuntun jari-jari tangan Melda. Ia menaruh jari Melda pada kunci tersebut menggunakan tangannya. Kemudian membentuk kunci G dan tangan Melda yang lainnya mencoba menggenjreng sang gitar.
Ini tak biasa, saat kulit mereka bersentuh darah Azka terasa berdesir. Jangan lupakan detak jantungnya yang sudah berdetak lebih cepat dari biasanya.
Saat mata mereka tak sengaja bertemu, Azka reflek melepaskan tangannya dan langsung berdiri salah tingkah. Ia mengibas-ngibaskan area lehernya yang tiba-tiba terasa panas menggunakan tangan kanan.
"Ee..eum..eh kok tiba-tiba disini panas sih? Lo nggak ngerasa panas apa? Pa-pake jaket gitu," ucap Azka terbata-bata. Entah mengapa ia mendadak gugup dan salah tingkah didepan Melda.Melda melihat Azka sambil mengernyit bingung.
"Eh iya ini jaketnya Kevin tadi," Melda melepaskan jaket biru dongker milik Kevin saat teringat jaket itu masih menempel dibadannya.
Azka hanya ber-oh kemudian bahunya sedikit menurun. Azka sampai sekarang tak mengerti rasa apa yang tumbuh dalam dirinya terutama dalam hatinya. Yang jelas setiap ia berada didekat Melda, ia merasa nyaman dan senang.
Apa mungkin ia jatuh cinta?
Apa mungkin rasa bencinya terhadap perempuan hilang begitu saja karena Melda, satu-satunya cewek yang peduli padanya.
Cewek yang mirip dengan mamanya.
Cewek yang akhir-akhir ini mengisi hari-harinya yang awalnya kosong.***
Melda merebahkan badannya yang letih dikasur empuk dikamarnya. Beberapa menit lalu, Azka mengantarkannya pulang setelah dirasa lelah hampir 2 jam lebih belajar memainkan gitar. Sungguh tak seperti yang Melda kira dan lihat. Memainkan gitar tak segampang yang ia kira. Apalagi bagi pemula seperti dirinya. Bisa hafal kunci-kuncinya saja sudah bersyukur.
Setelah bersih-bersih, mandi dan mengganti seragam sekolahnya dengan baju santai, Melda turun kebawah karena mendengar suara moodboosternya. Tadi sore, Indah memberitahu Melda bahwa kakaknya akan datang bersama Deni dan juga Revan tentunya. Walaupun Melda sering kesal terhadal sikap Revan, tetap saja tantenya ini sangat menyayangi keponakannya itu.
"Epaaann sayangnya ontii," dengan sedikit berlari Melda menuruni satu persatu anak tangga.
"Melda ya ampun pelan-pelan ntar kamu jatuh," Indah yang sedang duduk diruang tv melihat Melda sambil bergidik ngeri.
Melda menghambur kepelukan Revan dan membawa anak laki-laki itu dalam gendongannya. "Ihh onti bauu," Revan langsung menutup hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Ficção Adolescente(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...