"Mel mel mel..." Nabila berlari dengan tergesa-gesa menuju meja Melda. Sementara gadis ini tengah sibuk berkutat dengan novel yang ia pinjam milik Resti.
Melda mengangkat wajahnya sedikit kaget dengan Nabila yang tiba-tiba datang sambil berlarian kearah mejanya, sampai-sampai Resti yang tengah tertidur dengan alas lipatan tangannya terbangun.
"Apaan sih Nab, ganggu gue tidur sumpah." Gerutu Resti sambil mengucek-ucek matanya.
"Ini penting, tadi malam tuh Megan ngechat gue. Dia cerita semuanya, kalau dia itu masih sayang sama Kevin. Dia juga sedih ngeliat story wa-nya Kevin, foto lo Mel." Nabila mulai menjelaskan setelah menaruh tasnya dikursinya.
Pagi ini Melda dan Resti memang sengaja berangkat sekolah bareng dan mereka datang pagi-pagi sekali. Sampai-sampai Resti masih mengantuk akibat Melda terlalu pagi menjemputnya, karena Resti itu kalau sudah tidur seperti kebo. Valdo yang setiap pagi menjemputnya saja harus datang lebih awal agar tidak telat kesekolah.
Melda membenarkan posisi duduknya dan menutup novel yang ia baca. Gadis ini sedikit terkejut dengan penuturan Nabila barusan. Pantas saja cewek itu lari-larian takut Megan bisa saja tiba-tiba datang.
"Udah gue duga. Gue juga udah suruh Kevin hapus tapi dianya nggak mau. Megan masih aja nutupin diri, seakan baik-baik aja waktu ngeliat Kevin ngedeketin atau ngejailin gue. Kenapa dia harus ngebohongin perasaan dia sendiri? Padahal gue nggak ada perasaan apa-apa sama Kevin," Melda menunduk sedih. Ia sangat merasa bersalah. Kenapa Megan tidak jujur saja pada mereka bahwa ia masih menyukai Kevin? toh Melda kan tidak menyukai cowok itu, buat apa seakan menjaga perasaan Melda?
Resti yang masih dengan rasa kantuknya, menjentikkan jari. "Nah gimana kalo kita buat rencana supaya mereka bisa deket?"
Nabila mengangguk setuju. "Tapi gimana caranya?"
"Mainstream sih. Cuma kali aja bisa, kita kunci mereka diruang osis pas nanti pulang sekolah. Pokoknya kita buat rencana apa aja supaya mereka bisa masuk kesana. Gue yakin dengan keadaan itu Megan bisa jujur sama perasaannya, selama ini kan dia nggak pernah ada waktu berdua sama Kevin,"
Melda bertepuk tangan sekali. "Gue setuju!" serunya semangat. Nabila ikut mengangguk.
Untung saja pembicaraan mereka selesai, pasalnya didetik setelahnya Megan muncul dari bingkai pintu kemudian masuk kekelas dengan wajah cerianya. Berjalan sambil sesekali merapikan rambutnya. Seakan tak ada masalah didalam hidupnya.
Satu persatu teman-teman sekelas Melda mulai berdatangan termasuk guru yang mengajar saat bel jam pelajaran pertama berbunyi.
***
Melda terus mengecek jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Hampir berjalan menuju angka 12 yang artinya sebentar lagi tepat jam 8 dan Azka belum juga tampak akan datang. Memang wajar jika anak itu telat saat datang kesekolah, tetapi akhir-akhir ini Azka sudah tidak pernah telat hingga membuat Melda bingung sekarang.
Diam-diam tanpa sepengetahuan guru, Melda mengambil ponselnya dari dalam tas dan mencoba mengirim pesan pada Azka dengan tangannya bersembunyi dikolong meja. Sesekali matanya berpindah-pindah antara Pak Zen –guru fisika –dengan ponselnya.
Ka kenapa gak sekolah?
Lama Melda menunggu pesan itu untuk dibalas Azka. Namun tak tampak tanda-tanda pesan itu akan dibalas. Melda mengedikkan bahunya pasrah, mungkin saja Azka belum bangun.
"Mel kenapa sih gelisah gitu?" tanya Resti yang sadar dengan tingkah Melda. Melda kaget lalu menoleh sambil menggelengkan kepalanya.
"Azka ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Novela Juvenil(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...