12. Latihan Drama

189 28 1
                                    

Azka menatap ponselnya yang sedari tadi mengganggu akstivitas tidurnya. Ia mereject panggilan dari Frans dan melempar ponselnya kesembarang arah. Ia bangkit kemudian menarik handuk lalu mandi.

Azka mendudukkan bokongnya dimotor besar kesayangannya dan melaju menuju sekolah setelah memastikan semua pintu rumah terkunci dengan aman. Akhir-akhir ini ia berangkat lebih awal, ya setidaknya tidak telat walaupun pas-passan akibat Frans yang selalu missed call setiap jam 6 pagi. Ditambah lagi ia memasang alaram. Masalahnya nada alaramnya itu ialah suara ia sendiri yang ia rekam dan dijadikan nada alaram. Jadi setiap pukul 6 pagi ponselnya akan meneriaki dirinya "WOY AZKA BANGUN UDAH JAM ENAM, ENTAR LO TELAT DIHUKUM SAMA PAK JENGLOT." Sebenarnya Azka agak eneg denger suaranya sendiri.

Ia memarkirkan motornya dihalaman parkiran yang sudah dipenuhi oleh mobi-mobil dan motor-motor murid-murid SMA Nusa Bangsa. Cowok beralis tebal ini melepaskan helmnya dan menaruhnya diatas kaca spion. Ia memasang kaca mata hitamnya dan berjalan bak pangeran seperti difilm-film bakalan ada angin sepoy-sepoy yang menerpanya.

Azka berjalan dikoridor yang menghubungkan langsung dengan kelasnya. Beberapa murid cewek sempat curi pandang kearahnya bahkan menyapanya secara terang-terangan tapi Azka hanya menaikkan alisnya sebentar. Ia sempat berpasan dengan Melda dan Fahri, tetapi ia pura-pura tidak lihat dan berjalan gontai hingga sampai dikelasnya.

Azka duduk dibangkunya dan menslide layar ponselnya yang tipis itu hingga suara seseorang menyadarkan dirinya. "Azka," seseorang itu menyentuh bahunya membuat Azka menoleh dan menautkan kedua alisnya. "kenapa?" tanyanya dengan datar seperti biasanya.

"Bukannya lo udah pindah kekelas ipa ya?" Tanya Karin sambil matanya menerawang mengingat teman sekelasnya itu seminggu lalu sudah berstatus sebagai murid ipa satu.

Azka menepuk jidatnya teringat bahwa ia sudah pindah kelas. Kenapa dengan bodohnya ia bisa lupa padahal telah seminggu ia duduk dikelas itu. Gilang dan Frans yang baru datang tertawa ngakak saat melihat wajah bodohnya Azka yang sedang memikul tasnya menuju pintu kelas.

"Bro, lupa kalo udah pindah kelas?" Frans tak kuasa menahan tawanya.

"Anjing, gue lupa monyet." Ucap Azka datar dengan tampang kesal karena ditertawakan teman-temannya. "Kasar ya kamu." Ucap Frans dramatis sambil memegangi dadanya.

"Zizigs tau gak," Azka berjalan meninggalkan kedua temannya itu. "Lo suka banget dalam satu kalimat menyebutkan dua kata serapah itu, pemborosan kata tau gak,"

"Bodo." Teriak Azka yang sudah menjauh. Frans dan Gilang hanya tertawa melihat punggung Azka yang kian menjauh ditelan koridor.

"Tumben lo dateng pagi," sindir Edo yang tengah merokok disudut kelas beserta komplotannya yang ikut mengisap benda yang ujungnya dibakar itu. Azka memutarkan bola matanya seraya ikut bergabung, mungkin ia lebih cocok bergabung dengan komplotan Edo dan Eja dibanding anak ipa satu lainnya yang terus-terusan membaca buku.

"Sebagai anak baik dan rajin menabung," ucap Azka seraya menghidupkan mancisnya dan menghembuskan asapnya dan mengepul keudara.

"Jijikin," Eja menoyor kepala Azka pelan tetapi Azka menjitak kepala kembaran Edo itu dengan rasa sakit 2 kali lipat lebih dibanding apa yang dilakukan Eja.

Tino yang telah menghabiskan satu batang rokok membuangnya lewat jendela kelas dan merencanakan sesuatu. "Bro ntar kita cabut kemana? Kan males banget ikut pelajaran fisika, seminggu nyampe dua kali gila bosen banget nying,"

Azka mengangguk mantap setuju dengan apa yang dikatakan oleh Tino salah satu genknya Edo itu. ia juga berencana akan ikut dengan GGR cabut pelajaran fisika. Paling mereka akan cabut kekantin atau rooftop yang selalu sepi karena disana tempat kursi-kursi atau meja yang tidak dipakai lagi. Jadi mereka tidak perlu takut ketahuan. Perlu kalian ketahui Azka, Gilang dan Frans sebenarnya masuk dalam komplotan GGR hanya saja karena mereka pisah dikelas 11.

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang