Azka berjalan gontai menghampiri sepasang kekasih yang ada didepan pintu café itu. baru saja yang laki-laki ingin membuka pintu, Azka dengan cepat menahan lengan yang cewek. Membuat pergerakan mereka terhenti. Yang cowok menatap tidak suka padanya dan membuat Azka melepaskan tangannya.
"Mel latihan drama-nya dimana?" Azka hanya ingin menanyakan tentang hal itu. tidak lebih, karena ia tau bagaimana sikap Fahri yang sangat sensitif dan sok cemburuan padahal Azka tidak sama sekali dekat dengan ceweknya itu. bahkan bersikap manis didepan Melda saja Azka enggan.
Yang ditanya seolah membisu. Terkunci oleh gembok beriris coklat itu. Bisa Azka lihat bahwa Fahri menyenggol siku Melda dan Melda terkejut disana. "Hah? Mm, g-gue gak tau. Tanya Valdo aja." Kemudian meninggalkan Azka yang hanya bisa mengangguk lalu melanjutkan bermain uno bersama Gilang dan Frans.
"Ka, move on-nya gak ke cewek yang udah punya pacar juga kali," sindir Gilang dengan tampang jahilnya. Azka mendelik menatap Gilang dengan tatapan jijik karena kata-kata "move on". "siapa yang suka sama tuh cewek. Kerjaannya ngurusin idup orang mulu, najis."
Frans menaruh satu kartu uno dimeja kemudian disusul oleh Gilang setelah beberapa detiknya. "Alah pandai lah kau ngelak, najis najis nanti suka juga kau," Frans terkekeh kemudian diam melihat ekspresi datarnya Azka.
Azka memutarkan bola mata malas. Bisa-bisanya teman-temannya menyangkan ia naksir dengan Melda si cewek rese yang kerjaannya ngurusin hidup orang melulu. Azka tidak habis pikir apa tidak ada kegiatan berguna yang bisa cewek itu lakukan selain mengurusinya. Lagian ada hubungan apa dia dengan dirinya sehingga menyibukkan diri untuk mengikuti Azka hingga keclub, hingga melarangnya untuk merokok.
"Gue sama sekali gak suka sama dia. Gue malah benci sama dia, tapi udah dua kali gue nolongin dia. Males banget sebenarnya kalau gue gak punya rasa kemanusiaan," Azka menatap enggan pada kartu uno yang ada ditangannya kemudian setelahnya menaruhnya dimeja. Frans dan Gilang mengerutkan dahi mereka hingga menimbulkan gelombang disana. "Azka lagi badmood." Tutur Gilang.
"Jijik." Kedua temannya hanya bisa tertawa melihat sikap Azka. mungkin mood Azka kurang baik hari ini ditambah lagi Melda yang dengan seenaknya pergi saat Azka yang kali ini bertanya baik-baik dengan cewek itu.
"Tak boleh lah kau terlalu benci, nanti cinta kau." Azka menoleh sekilas kearah Frans setelahnya ia bergidik ngeri.
"Ka gimana kelas baru?" Tanya Gilang setelahnya tertawa ngakak hingga membuat beberapa pengunjung café sempat menoleh kearah sipemilik ini. Azka tersenyum kecut mengingat bahwa sudah seminggu ini ia tak lagi sekelas dengan kedua sahabatnya yang ia sudah anggap saudara ini. "males banget gue masuk kelas ipa. Gila bisa-bisa botak kepala gue belajar fisika sama kek gurunya yang botak tengah tuh,"
Frans menyeruput jus jeruknya dan hampir tersedak karena ucapan Azka. "Hahah mampus lo makanya jangan nakal-nakal," Azka dan Gilang dengan serentak tanpa janjian membesarkan kedua kelopak mata mereka saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Frans. Frans yang menyadari kenapa teman-temannya begitu langsung menjelaskan, "Hahah aku mau belajar bahasa Jakarta njing. Ngapa gitu kali liatnya,"
Azka terkekeh, "Yaudah sini kita ajarin, tapi menurut gue bagusan lo pake logat lo ajadeh Frans, cintailah kampung mu jangan lupakan dia walau kau telah merantau," ucap Azka dramatis.
"Biarlah Ka, biar Frans gak diejek lagi sama Riko. Kasian gue liatnya, hahah." Riko itu anak kelas dua belas yang sering mengejek Frans dengan kata-kata "Horas!" sambil melayangkan kepalan tangannya diudara. Sebenarnya tidak mengejek, hanya saja seperti mengolok dan Frans hanya diam dan pura-pura tidak mendengar.
"Eh btw, yang tadi lo tanyain sama si Melda Melda itu tugas apaan?"
"Drama, males banget gue ada drama-drama gitu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Novela Juvenil(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...