Azka berjalan menyusuri koridor yang masih terbilang sepi. Ia mulai membiasakan datang awal agar tidak selalu terlambat dan dihukum. Ia memasuki pintu kelas dan melihat hanya ada beberapa orang disana. Ada Doni yang datang kesekolah hanya menyambung tidur, ada Nisa yang selalu membaca novel dimanapun, juga termasuk ada Melda disana. Senyum cowok berhidung mancung ini mengembang melihat sosok yang mungkin ia nantikan.
"Eh Melda, udah gak sakit perut lagi?"
Melda menjulingkan matanya seraya menjulurkan lidah kearah Azka yang berjalan masuk kekelas. "Idih sok cantik,"
"Kalo gitu aja gue cantik gimana gue senyum ya?" pikir Melda sambil terkekeh.
Azka duduk ditempat duduknya sambil meraba-raba kolong mejanya. Setelah mendapat apa yang ia tebak dan juga cari, ia berdiri dan hendak berjalan keluar.
"Eeh ehh.. mau kemana Ka?"
Azka menoleh mendengar suara Melda bertanya pada dirinya. Kemudian membulatkan mulutnya. "Ini bekal dari Karin pasti, gue mau ngasih ketemen-temen,"
Melda mengernyitkan dahinya. "Loh kenapa dikasih ke orang? Lo gak makan?"
Azka menggeleng dua kali. "Gak ah. Setiap hari dari kelas sepuluh Karin emang begini, ngasih gue sarapan tiap pagi. Tapi gue gak pernah makan, gue gak suka sama dia, gue juga gak mau berhubungan lebih deket sama cewek jadi gue terima aja biar cepet ," Jelas Azka seraya menaruh bekal tersebut dimeja paling depan dan ia mulai mengikat tali sepatunya yang lepas.
Melda mengangguk paham. "Ooh, sekali-kali ngehargain pemberian orang gak salah kan? siapa tau lo suka sama makanannya, udah susah-susah dimasakin masa' dikasih ke orang, kalau Karin tau pasti dia sedih banget,"
Azka mengambil bekal tersebut lalu berjalan menuju meja Melda. Kemudian memutar kursi didepan Melda dan ia duduk agar berhadapan dengan Melda. "Yaudah kita makan berdua, mau?"
Melda kaget sampai mulutnya sedikit terbuka. Lalu ia mengatup mulutnya dan meneguk salivanya guna membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mendadak kering.
"B-berdua?"
"Iya. Kenapa? Gak mau?"
"Hm, b-bukan gitu. Lo aja deh yang makan, gue temenin."
"Nggak. Lo harus makan,"
Azka membuka penutup bekal berwarna biru muda tersebut dan ia letakkan disampingnya. Setelah ia buka, ternyata isinya nasi putih lengkap dengan semur ayam kesukaannya. "Tumben kok warna biru. Dari dulu sih selalu sama tempat bekalnya, warna pink. Apa gue lupa kembaliin kali ya?"
"Udahh, makan. Entar lagi bel,"
"Iya iyaa. Lah dia tau dari mana makanan kesukaan gue semur ayam?" Azka jadi teringat pada masa itu. Pada masa semuanya masih baik-baik saja. Bahkan jika Mamanya memasak masakan kesukaannya, Azka akan meminta disuapkan. Katanya, masakan special buat orang special, dari orang yang special. Azka jadi rindu saat itu. Ia kangen mamanya. Ia kangen masakan mamanya. Ia kangen ocehan mamanya jika ia terlambat makan. Azka kangen semua itu.
"Ka? Kok bengong?"
"H-hah? Ee, nggak ada kok."
Azka mulai menyuapkan nasi dan potongan kecil semur ayam itu kemulutnya lalu mengunyahnya. Sedetik kemudian, ekspresi wajahnya berubah.
"Kangen Mama," Azka menunduk sambil menghela napas beratnya. "Kenapa Ka?" Melda menyentuh bahu Azka lalu mengusap-usapnya.
"Rasa masakannya familiar banget,"
"Mirip sama rasa masakan mama lo ya?" Tanya Melda.
Azka mengangguk.
Melda tersenyum. "Lo nggak seharusnya sedih Ka, bagus dong kalo masakan Karin rasanya persis sama kayak masakan nyokap lo. Artinya, lo bisa sedikit ngelepas rasa kangen dengan nyokap lo."
![](https://img.wattpad.com/cover/102034569-288-k183072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Teen Fiction(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...