19. Kecelakaan

152 20 0
                                    

Senyum gadis berambut panjang yang dicepol asal ini terbit saat melihat kekasihnya tengah duduk diteras rumahnya. Ia ikut duduk dikursi sebelah meja diterasnya sambil memasang sepatunya. Fahri yang baru saja sadar, langsung tersenyum sambil mencubit pipi Melda gemas.

Melda memukul tangan Fahri yang mencubit pipinya. "Ihh Ri, kebiasaan deh nyubit-nyubit, sakit tau!"

"Iihh, pagi-pagi aja udah marah,"

"Biarin,"

"Mel? Kok lama amat gue nungguin belumut nih,"

Melda hanya cengengesan seperti menyengir kuda sambil mengikat tali sepatunya. Setelah selesai ia menggendong ransel hijau lumut kesayangannya lalu beranjak meninggalkan Fahri. "Biasa juga jam segini kali, lo kenapa gak masuk?"

Fahri yang ditinggal langsung berlari kecil masuk kemobilnya karena ceweknya ini sudah duduk anteng disana. "Gak ada sih, enakan duduk diteras banyak angin."

"Serah lu dah,"

"Ada pr gak Mel hari ini?" Tanya Fahri ketika mobilnya sudah berjalan keluar perkarangan rumah Melda. Melda menoleh sambil bergumam. "Nngg, gak ada sih. Kenapa?"

Fahri masik fokus menyetir hingga membawa mobilnya kepadatnya jalan raya ibu kota seperti biasanya. "Gak ada, biasanya kan lo sering nanya-nanya yang susah. Sekarang udah jarang,"

Melda terkekeh, "Kangen ya gue tanyain? Hm?" goda Melda sambil menusuk-nusuk bahu Fahri. "Dihh kegr-an sekali kamu,"

"Yeeh trus kenapa nanyain? Lagian sekarang udah jarang banget dikasih pr,"

Fahri menangguk. "Iya juga sih,"

Lampu lalu lintas menyala berwarna merah mengisyaratkan siapapun yang melewati jalan itu harus berhenti termasuk Fahri. Cowok ini sibuk melihat-lihat sekitar sambil sesekali mengikuti alunan lagu One Direction yang terputar dari radio. Sedangkan Melda tengah asik bergulat dengan sosmednya.

Tuk.. tuk.. tuk!!

Refleks Melda dan Fahri menoleh kesumber suara. Kaca mobil tepat disebelah Melda diketuk oleh seseorang diluar. Melda pun membuka kaca mobilnya dan memperlihatkan seseorang cowok dengan motor besarnya dan kepalanya yang terbalut helm full face-nya.

"Azka?"

Azka tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Hai Mel,"

"Hai Ka,"

"Hai Fahri.." ucapnya sambil menekankan nama Fahri lalu tersenyum lebar yang dibuat-buat. Fahri hanya mendengus sambil memutarkan kedua bola matanya.

"Apa lo?" ucap Fahri dengan matanya yang membesar dan setajam elang. Melda menyentuh bahu Fahri menenangkan amarahnya yang bisa saja akan meluap. "Sabar Ri, masa' lo belum baikan sama Azka?"

"Ck, Meeel.."

"Hhh, iyadeh iyaa.." Melda menutup habis kaca mobilnya setelah tersenyum pada Azka.Azka hanya mendengus kesal sambil mencibirkan mulutnya.

"Udah kali Ri marahannya sama Azka,"

Fahri melajukan mobilnya saat lampu berwarna hijau menyala, meninggalkan Azka jauh dibelakang. "Mel, gue Cuma minta buat jauhin Azka. udah itu aja, apa susah?"

"Ya nggak gitu Ri. Masalahnya Azka itu temen sekelas gue, temen sekelompok drama gue, dan sekarang gue jadi guru pelajaran tambahannya dia. Gimana gue mau jauhin dia?"

Fahri menghembuskan napas beratnya. "Yaudah, selain hal itu lo gak boleh deket-deket sama dia. Gue cemburu, karena gue sayang Mel,"

Melda tersenyum sambil mencubit pipi Fahri dengan gemas. "Iyadeh, makin sayang deh gue."

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang