Azka duduk disamping laki-laki yang tak ia kenal yang Miss Heni sebut namanya, Riko. Sebenarnya, Azka sangat-sangat enggan untuk pindah jurusan keIPA seperti ini. Pasalnya, saat mendaftar dulu Papanya memaksa untuk masuk jurusan IPA dan ia tolak mentah-mentah. Papanya tetap memaksa, hingga Azka berancang-ancang tidak akan mau sekolah jika ia disuruh masuk jurusan IPA. Masalahnya, ia sangat benci dalam pelajaran hitung menghitung. Dari SD, nilai matematikanya pasti selalu pas-passan. Ditambah lagi saat ia masuk SMP ada pelajaran fisika. Otaknya benar-benar ingin meledak setiap dua pelajaran itu.
Sebenarnya Azka tidak sepenuhnya mendengar materi kesenian yang tengah Miss Heni jelaskan didepan. Secara diam-diam Azka memainkan ponselnya dengan tas yang menganga lebar yang ia taruh diatas meja, dan tangannya dengan telaten memainkkan game slither.io didalam tas. game yang mendadak booming saat-saat itu. teman-temannya pada minta kirim lewat share.it dengan alasan untuk menghemat paket kuotanya. Bahkan mereka kompak satu kelas membuat sayembara skors siapa yang paling tinggi bakalan dapat hadiah. Dan setiap satu orang dipalak sebesar lima ribu rupiah untuk hadiah sipemenang. Dan Azka salah satu dari sipemalak, karena teman-temannya tidak akan berani menolak.
Dan alhasil, Azka juga yang memenangkannya. Itulah asiknya kelas Azka, yakni kelas IPS. Teman-temannya pada seru, jail bukan jaim, kompak, baik bukan munafik, semua pada muka satu gak ada yang muka dua, pokoknya Azka sudah tidak bisa dipisahkan lagi dengan teman-teman sekelasnya. Dan kini ia terperangkap oleh kelas pintar dengan anak lugu yang mainannya buku.
"Baik anak-anak, mengerti semuanya?" perkataan Miss Heni menginterupsi permainan diponsel Azka. Ia mengunci layar ponselnya dan fokus pada guru muda didepan papan tulis itu.
"Mengerti Miss!"
"Yasudah, sekarang kalian bagi kelompok untuk dramanya ya. Atau Miss yang bagiin?" pertanyaan Miss membuat semuanya langsung berkata "Pilih sendiri aja Miss," dengan begitu mereka akan lebih mudah karena sekelompok dengan teman-teman sepermainan mereka sendiri. Semua murid jika diberikan pertanyaan seperti itu, sudah diyakini mereka akan menjawab dengan jawaban yang sama dengan murid-murid disebelas IPA 1 ini.
Yang lain sibuk mengajak teman-teman mereka untuk sekelompok, berbeda dengan Azka. ia hanya duduk sambil melihat teman sekelas barunya ini yang asik berjalan kesana kemari mencari kelompok. Hingga ia mendengar suara seseorang memanggilnya.
"Azka, mau sekelompok gak?" Azka menoleh. Azka mengerutkan bibirnya seolah ia berpikir akan menerima ajakan cowok yang menawarkan ini atau tidak. "Gue Valdo,ketua kelas." Azka mengangguk. "Anggota kelompoknya siapa aja?"
"Ada gue, Kevin, Melda, Resty, Megan, sama Nabila."
Azka memelototkan matanya nyaris kedua bola mata itu keluar dari tempatnya. Bagaimana tidak, disaat ia ingin menjauh dari cewek, dan setengah bahkan lebih anggota kelompoknya itu terdiri dari cewek. "Gila, ceweknya banyak banget. Kurangin kek, cari anak cowok lainnya. Gak seru banget banyak anak ceweknya,"
Megan berdecak, "Gak pa-pa kali Ka, emang kenapa sih." Azka mengusap wajahnya. Menghela napas berat. "Tapi kebanyakan kali Gan," Azka memang lumayan dekat dengan Megan sejak SMP ya walau tidak terlalu dekat. Tapi Azka juga tidak terlalu cuek dengannya, karena ia menganggap Megan temannya sendiri.
"Yaudah sih, kalau gak mau gak pa-pa." Mungkin salah karena Melda berkata seperti itu. Azka menatapnya tepat dimanik matanya. Menatap dingin seolah Melda adalah mangsanya. Melda menelan ludahnya kemudian memutuskan kontak mata mereka. Pura-pura mencatat sesuatu dibuku tulisnya.
"Yaudah b aja sih, oke gue mau." Kemudian Azka membenarkan posisi duduknya menghadap kedepan tidak menghadap keteman-temannya lagi. Mungkin jika ia masih dikelas IPS dengan senang hati ia pasti sekelompok dengan Frans dan Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Teen Fiction(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...