14. Renggang

168 24 1
                                    

Hari ini Melda tidak masuk. Azka semakin dihantui rasa bersalah karena sudah berkelahi dengan pacarnya Melda bernama Fahri itu. Tetapi, demi apapun ini semua ulah Fahri. Dia yang memancing amarah Azka hingga meluap-luap. Bahkan dirinya tak sedikitpun salah, malahan dialah yang menolong Melda. Azka tidak habis pikir dengan isi pikiran Melda yang entah kenapa mau berpacaran dengan cowok seperti Fahri. Ya, walaupun secara fisik dia hampir sempurna dimata cewek. Ah bodo amat bagi Azka.

"Eh Ka, semalem Melda kan terakhir sama lo. gimana keadaan dia?" Megan mengunyah snack yang ia beli dikantin tadi. Azka membalikkan tubuhnya agar menghadap kearah lawan bicaranya.

"Dia udah mendingan sih, Cuma pipinya bonyok gitu,"

Resty berdehem, "Lo juga tuh bonyok gitu. Gimana sih ceritanya kok lo bisa berantem sama Fahri? Ngerebutin Melda ya kalian?" tebak Resty. Bola mata Azka nyaris lompat keluar. pertanyaan macam apa itu?.

Azka menggeleng cepat, "gile lo. gue? sama Fahri ngerebutin Melda? Yakali. Lo kira gue suka sama dia apa?"

"Trus gara-gara apa?" Nabila mengeluarkan suaranya setelah ia siap membaca buku biologi.

"Ck, pokoknya salah paham gitu lah. Mending kalian jengukin Melda dan minta penjelasannya sama dia aja, udah males gue ngejelasinnya." Azka bangkit dan berjalan menuju kebingkai pintu kelas. Setelah lima menit berdiri disana, ia memutuskan untuk kekelas lamanya untuk menemui Gilang dan Frans karena kebetulan sekarang sedang jam istirahat.

"Sombong kali kalian ku tengok,"

"Eh setan,monyet, anj- buat kaget saja kau Ka," Frans mengucapkan sumpah serapahnya saat terkejut tiba-tiba Azka duduk didepan mereka yang sedang menonton youtube lewat ponsel Gilang.

Gilang menoyor kepala sahabatnya itu, "Sombong pala lu peyang nyet! Lo tuh kemana aja? Udah semalem berantem sama si siapa tuh anak Ipa du-."

"Fahri." Sahut Azka datar.ia benar-benar frustasi dibuatnya. Tidak dikelasnya, tidak disini semua membicarakan tentang perkelahiannya semalam yang mendadak booming diSMA Nusa Bangsa.

"Hanjeerr, gue kesini buat ngindarin pertanyaan anak-anak dikelas tentang semalem. Eh disini malah kalian berdua yang nanya-nanya. Udah ah gue neg dengernya." Azka memasang wajah masamnya sambil membuka ponselnya.

"Yaelah Ka, biasa aja kali. Lagian kenapa kau berantem terus aku liat, kurang-kurangin lah. Kan sebentar lagi kita mau ujian, kalau kau tak naik kelas macam mana?" Frans menggeleng-geleng kan kepalanya seraya menepuk bahu Azka. "Asal kalian tau dia yang mancing gue,"

"Yaudah lah nyet, gak usah dipikirin lagi. Seenggaknya kalo lo yang bener lo harus lawan, kita gak boleh diinjek-injek seenaknya sama dia, mentang-mentang pinter jadi sok,"

"Iya betul kata Gilang, setuju aku."

Gilang mempause filmnya yang sedang ia tonton itu. lalu mengunci layar ponselnya. "Tapi kalau gue liat-liat si Melda itu cantik juga ya,"

Frans mengangguk cepat, "Iya Ka, tak tertarik kah kau sama dia?"

Azka yang semula fokus pada ponselnya yang sedang membuka aplikasi instagram langsung menoleh. "Gila lo berdua, dia udah punya pacar bego."

"Berarti kalau belum punya, lo mau dong?"

***

Resty, Megan, dan Nabila mengemas alat-alat tulis mereka karena bel pulang sudah berbunyi lima menit lalu. Guru yang mengajar pun sudah keluar dan kelas mereka hampir sepi. Valdo dan Kevin menghampiri mereka dan akan mengajak pulang bersama seperti biasanya.

"Eh kita jenguk Melda yuk?" ajak Resty sambil menggendong tas ranselnya dipundak. Senyum Kevin seketika merekah mendengar nama itu. ia kini menjadi lebih semangat setelah seharian tidak melihat Melda disekolah. Hanya suratnya yang datang tadi pagi. "Ayuk, setuju banget gue dah,"

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang