Berulang kali Melda menstater mobilnya. Tetapi dari tadi usahanya ternyata nihil dan mobilnya pun tak juga hidup. Gadis 17 tahun ini juga tak terlalu mengerti mengenai mobil. Ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. 15 menit lagi bel sekolah berbunyi dan jika ia terlambat lagi, ia sudah pasti akan dihukum. Melda mengacak-acak rambutnya frustasi salah besar kenapa ia menolak ajakan Fahri tadi malam untuk berangkat bersama. Entahlah Melda lebih suka membawa mobil sendiri dan ternyata ia sadar keputusannya salah besar.
Tak sengaja mata Melda menangkap seorang pengendara motor yang telah melewati mobilnya sejauh kira-kira 5 meter, motor itu memutar balik dan menghampiri mobil Melda yang mogok dipinggir jalan. Ia mengetuk kaca mobil Melda. Melda membuka dan melihat wajah Azka setelah cowok itu membuka kaca helmnya.
"Kenapa?" tanyanya datar sambil menatap Melda serius. "Ini mobil gue mogok,"
Azka mengangguk. "gue juga kurang ngerti masalah mobil gini, mau bareng gak? Bentar lagi bel."
Melda menggigit bibir bawahnya disatu sisi ia sebentar lagi akan telat, disisi lain jika Fahri tau pasti hubungan mereka akan semakin rumit. "Mm, boleh deh."
"Bentar gue telpon bengkel langganan papa gue biar diurusin mobilnya," Melda memencet nomor bengkel langganan Papanya dan Azka menunggu dimotor.
Setelah Melda naik Azka melajukan motornya. Beberapa menit ia sudah masuk dikerubungan macetnya jalan raya. Ia berusaha ngebut agar bisa sampai ke-sekolah tepat waktu. "pegangan, gue mau ngebut." Suruh Azka datar sambil melirik Melda lewat kaca spion.
Dengan ragu-ragu Melda melingkarkan tangannya dipinggang Azka. entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat. Seakan jantungnya adalah bedug dimesjid dekat kompleknya dan dipukul oleh pak imam karena sudah adzan.
Melda menyentuh dadanya detak itu bahkan kian melaju seakan memburu .ia mengatur napasnya yang mulai tak stabil. Melda menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata terpejam. Tanpa sadar, ternyata Azka meliriknya dari spion. "kenapa lo?"
Melda kaget dengan cepat ia membuka matanya dan menangkap spion dan terlihat wajah Azka. kemudian ia menggeleng sambil menyengir kuda.
"Makasih ka?" ucap Melda lebih kepertanyaan. Ia tersenyum tulus sambil agak mendongak saat melihat Azka yang lebih tinggi darinya itu. Azka menoleh setelah meletakkan helmnya, ia mengangguk kemudian tersenyum tipis. Jarang sekali Melda melihat itu.
"G-gue, mm duluan ya?" Azka ragu-ragu mengangguk seraya menggaruk tengkuknya yang dijamin tidak gatal. Melda melenggang pergi setelah Azka mengangguk.
"Melda?" seseorang menyentuh bahunya. Melda mengalihkan pandangannya dari lantai koridor ke-orang disebelahnya. "Dino?" yang disebut namanya mengangguk. "lo? berangkat sama Azka?" tanyanya ragu.
Melda memelototkan matanya kemudian menggigit bibir bawahnya sambil salah tingkah. Ia berjalan lebih cepat dan meninggalkan Dino. Sementara Dino mempercepat langkahnya berusaha menyamai langkahnya dengan Melda. "Mel?"
Duh, ini pasti si Dino bakalan kasih tau Fahri.
"Ii-iya, kenapa emang?"
***
Melda berulang kali mengetuk jidatnya sambil mengucapkan kata 'bodoh'. Pasalnya ia takut Dino akan memberi tau Fahri bahwa berangkat bersama Azka tadi pagi. Dino itu salah satu temannya Fahri dan bisa dibilang suka memata-matai Melda. Entah kenapa Fahri sebegitu posesive dengan hubungan mereka. Bahkan bergaul dengan Azka pun Fahri melarangnya.
Melda melihat Azka melewati kelasnya dan mungkin akan menuju kantin. Sementara Kevin yang baru saja datang langsung menghampiri Melda sambil tersenyum konyol. "Hai memel,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Genç Kurgu(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...