Alunan music Stiches yang dibawakan oleh Shawn Mendes mengalun lembut mengisi kesunyian malam didalam mobil sedan hitam yang terisi seorang cowok dan seorang cewek. Mereka diam satu sama lain, tidak ada yang membuka pembicaraan satupun, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, memikirkan kebahagiaan sesaat yang mereka rasakan 30 menit yang lalu.
Yang cewek lebih memilih memandang keluar memerhatikan aktivitas kota pada malam hari. Malam ini jalanan tampak renggang. Lampu merah menyala, memaksakan siapapun yang ingin lewat diharuskan berhenti untuk sementara waktu. Melda menopang wajahnya sambil memperhatikan motor,bukan lebih tepatnya sipengendara motor, yang berhenti tepat disebelah kiri mobil yang ia tumpangi ini. Bahkan objek yang sedang ia perhatikanpun tak sadar bahwa sedang diperhatikan.
Selang 2 menit kemudian, lampu merah tersebut berganti dengan lampu hijau, sipengendara motor langsung melaju begitu saja. Meninggalkan Melda yang masih cengo, begitu sadar Melda langsung menyuruh Fahri mengikuti motor tersebut. Fahri hanya mengangguk 2 kali tanda setuju.
"Lo ikutin siapa sih Mel?" Fahri menoleh sebentar kearah Melda yang masih fokus kejalanan memperhatikan motor yang hanya berjarak beberapa meter didepan mereka.
"udah ikutin aja si," Melda melihat motor itu berhenti didepan sebuah club malam di tengah kota.
"itu Azka kan?, jadi kita jauh-jauh Cuma buat ngikutin si Azka gak jelas itu, ngapain cobak sampe ke-club gini," selagi Fahri mengoceh, Melda turun dari Mobil, dan mengikuti langkah si'pengendara' yang ternyata adalah Azka.
Lampu remang-remang dan suara yang memekakan telinga menyambutnya begitu Melda melangkahkan kaki memasuki club tersebut. Dia baru pertama kalinya melangkahkan kakinya menuju tempat ini, dia berharap ini yang pertama dan yang terakhir kalinya. Melda semakin masuk lebih dalam, suara itu semakin lama semakin kuat, gendang telinganya serasa ingin pecah. Dia melihat dengan tatapan tidak suka pada aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang ada didalam ruangan tersebut; berjoged-joged tidak jelas. Menurut Melda.
Sementara Fahri, dia keluar dari mobil dan berusaha mencari Melda diantara keramaian orang yang sedang berjoged-joged ini. Laki-laki ini berdecak kesal saat objek yang ia cari belum juga ia temukan. Sedangkan Melda, masih sibuk mengikuti langkah Azka yang terlihat sedang berjalan menuju segerombolan yang diyakini Melda adalah teman-temannya yang duduk berkumpul pada sofa disudut ruangan. Melda bersembunyi dibalik wanita berbaju kurang bahan bersama seorang pria, mereka berdua melakukan kegiatan yang sama dengan orang-orang lainnya. Hingga pelayang mengantarkan minuman pesanan Azka.
"Melda," Melda merasakan lengan tangan kanannya dicengkram oleh seseorang dengan suara yang sangat familier. Ia menoleh dan menaruh jari telunjuknya pada bibirnya sendiri.
"Ngapain sih Mel?" Fahri berusaha menarik Melda untuk segera keluar dari tempat ini. Yang ditarik masik sibuk memperhatikan objek yang sejak tadi ia ikuti.
"gue Cuma penasaran aja, ngapain Azka bisa ada di tempat kek gini," Melda memandang sekeliling ruangan tersebut. Fahri menghela napas kasar, dia bingung kenapa ceweknya ini sebegitunya kali dengan Azka.
"udah ayok gak usah diurusin anak gak jelas kayak Azka itu."
"dia bukan anak gak jelas Ri," Melda masih terus memantau dari kejauhan. Dan Fahri masih terus berusaha membawa Melda pulang.
"belain aja terus," Fahri memandang tidak suka kearah Azka yang masih tidak sadar, bahwa dialah objek permasalahan yang membuat Melda sampai ketempat ini.
Melda masih sibuk dengan Azka yang kini sudah meneguk gelas yang entah keberapa itu. Hingga objek itu menoleh dan menghampirinya.
Melda mendadak gugup saat Azka berjalan menuju ketempat ia berdiri. "A-azka?" bahkan sangat sulit baginya untuk menyebutkan nama itu. mendadak tenggorokannya terasa kering.
"Lo nng-ngapain disini?" Melda berusaha mengucapkan pertanyaan yang sangat mengganjal dipikirannya saat itu. sementara Fahri masih menggamit lengan Melda dan setia berdiri disampingnya.
Azka menaikkan satu alisnya, menatap cewek didepannya ini dengan tatapan remeh. "Seharusnya gue yang nanya. Lo ngapain disini? Lo ngikutin gue ya?!" suaranya meninggi diakhir kalimat membuat lidah Melda kelu seketika.
"Ehh jaga ya mulut lo, seenaknya aja bentak-bentak cewek," Fahri buka mulut saat melihat situasi mulai tidak enak.
"Trus kalau bukan mau ngikutin gue, kalian mau ngapain disini? Hah?!" suara Azka pecah membelah lagu yang dimainkan oleh DJ diclub ini. Beberapa pasang mata memandang mereka sebentar kemudian merasa tidak peduli.
"gue...,gue...," Melda tidak berani memandang kearah mata Azka, dia hanya bisa menundukkan kepalanya, sambil menatap ujung flatshoes yang ia kenakan.
"gue gue apa hah?!,ngapain sih lo pake acara ngikutin gue segala?!," Azka memandang nyalang kearah Melda, dia tidak suka ada orang lain yang ikut campur dengan urusannya.
"dan lo," Azka menunjuk Fahri, "sebaiknya cepetan bawa cewek lo ini pulang, dan bilang ke dia, urusin aja dulu hidup dia, jangan ngurusin hidup orang terus!."
"tanpa lo suruh pun, gue bakalan bawa cewek gue pulang, dan satu lagi, jangan pernah lo bentak Melda kayak gini," selanjutnya Fahri menggamit lengan Melda dengan paksa.
"lo Mel!, DON'T FOLLOW ME!," bentak Azka, yang ternyata membawa pengaruh bagi Melda. Bahkan hingga ia terbaring diatas kasurnya, cewek itu tidak habis pikir bahwa Azka akan membentaknya sedemikian rupa, dia berharap itu yang pertama dan terakhir kalinya ia dibentak Azka.
----------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why
Teen Fiction(Republish 2019) 3 hal yang Azka benci didunia ini; 1. Gelap 2. Permen karet 3. Cewek Melda tidak tau apa alasan yang pasti untuk Azka yang membenci dirinya. Bahkan mungkin semua cewek dimuka bumi ini? Yang Melda tau sikapnya selalu berubah-ubah. Te...