3. Forget

306 38 16
                                    

Tok tok tok!!

"Permisi buk,"

"Azka! Kamu selalu telat! Kapan sih kamu berubah? kapan kamu bisa dateng pagi. Emang dirumah kamu tidak ada jam apa!!" Bu Leli -guru matematika yang terkenal killer sudah sangat bosan melihat Azka terlambat. Apalagi, pelajaran matematika adalah pelajaran jam pertama dihari selasa. Dari awal masuk, hanya 3 kali Azka datang tepat waktu dipelajaran Bu Leli. Itupun yang 1 kalinya Bu Leli tidak masuk. Yang 3 kalipun, datangnya pas-passan saat pagar akan ditutup oleh pak satpam.

"Jam banyak sih bu dirumah. Dikamar saya ada, diruang tamu ada, diruang keluarga jugak ada, kalau perlu ditoilet buk saya kasih jam,"

Sontak satu kelas dibuatnya tertawa. Saat Bu Leli menatap tajam kearah satu kelas, mereka langsung diam membisu.

"Sudah! Duduk kamu!."

"Makasih ndoro, udah kasih saya duduk. Kebetulan saya capek banget," Bu Leli hanya geleng-geleng. Azka memang sudah biasa memanggil Bu Leli dengan sebutan 'ndoro'.

Azka duduk dikursinya sambil mengipas-ngipas tubuhnya menggunakan buku. Tubuhnya kini dibasahi keringat karena hampir satu jam membersihkan ruang musik yang pengap itu.

"Bro, lama kali kau masuk. Dari mana saja kau?" Tanya Frans dengan logat bataknya. Frans adalah sahabat baik Azka dari SMP. Mereka juga teman sebangku.

"Ahh aku telat lagi. Susah kali aku bangun, lain kali tolong lah kau misscall aku jam 5 kalau perlu sampai ku bangun," jawab Azka dengan menirukan gaya bicara Frans. Frans tidak marah. Memang sejak dulu, tiap kali Azka berbicara dengannya, selalu memakai logat batak. Karena, menurut Azka sangat unik, meski Azka tidak ada keturunan yang berdarah medan.

"Ah yalah, nanti ku telpon kau 10 kali, kalau perlu ku datangi kau,"

"Hhaha bisa saja kau Frans,"

"Telat mulu lo," ucap Gilang yang duduk dibelakang Azka bersama Sinta -pacarnya. Gilang juga salah satu sahabat Azka. Sejak masuk kelas X, Frans dan Gilang menjabat sebagai sahabat Azka. Dan kini, saat mereka kelas XI mereka bertiga kembali dipertemukan lagi dalam satu kelas, kelas XI IPS-2.

"Hahah, gak bisa gue. gak sah kalau gak telat, abis gimana tadi malam kita pulang jam 3. Tapi keren banget bro, mereka balapnya jago banget. Boleh juga tuh gue nyusul kek mereka,"

Gilang berdecih. "Cihh, gaya banget lu Ka. Motor lo yang sekarang aja, belajarnya nyampe berbulan-bulan, hahahh."

"Anjay, jangan kaget kalau gue jadi pembalap."

"Azkaa!! Jangan ajak temen-temen kamu ngobrol! Tadi saat kamu tidak ada, kelas aman-aman saja. Memang kamu biang keroknya!." Suara Bu Leli melengking meneriaki Azka yang duduk disudut dekat jendela. Karena disanalah ia bisa tidur, main hp, dan mencontekpun tidak akan ketahuan.

Azka cengengesan. "Heheheh, maap ndoro. Ntar kalau saya gak ada pada kangen lagi."

***

"Serius demi apa?!" Megan kaget saat mendengar cerita Melda.

Melda menyeruput es teh manisnya sambil mengangguk. Ia menggigit ujung pipet sambil menceritakan bagaimana kejadian kecelakaan Revan semalam. Kini mereka berempat sedang makan dikantin sekolah. Setelah menyimpan beribu pertanyaan mengenai Melda, akhirnya ketiga temannya bisa mengeluarkan semua pertanyaan itu. Karena tadi saat jam pelajaran mereka tidak bisa menanyakannya. Belum lagi pasal kenapa Melda bisa telat. Biasanya, Melda paling awal datang dari teman-temannya.

"Iya, jadi yang bawa Revan itu Azka. Emang kenapa sih? Kok kaget gitu?" Melda heran kenapa sebegitu terkejutnya Megan saat Melda jelaskan bahwa Azka yang membawa Revan semalam.

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang