17. Baper

149 22 4
                                    

"SEMBILAN-SEMBILAN!"

"SERATUS!"

Ucap Azka beserta teman-temannya dengan napas yang terengah-engah. Keringat bercucuran dari segala penjuru tubuhnya terutama wajahnya. Buliran itu turun dari rambutnya dan mengalir membasahi wajahnya. Gilang, Frans dan juga komplotan GGR lainnya juga ikut serta dalam penghukuman siswa-siswa yang ikut tawuran semalam melawan anak STM. Kepala sekolah sampai-sampai harus turun tangan dan memberi hukuman langsung kepada mereka dengan hukuman push up seratus kali dilapangan dengan panas yang terik.

"Kalian itu sudah kelas sebelas! Seharusnya kalian beri contoh yang baik buat adik-adik kelas kalian. Bukan malah ikut tawuran seperti ini! Memalukan nama baik sekolah, tau kalian?! Sudah cukup kalian buat tingkah disekolah, merokok, cabut, kalian lawan guru, kalian cabut satu kelas, kalian kerjai guru-guru yang masuk. Sudah cukup!! Jangan buat malu lagi nama sekolah ini!"

"Ya tapikan pak, anak STM yang cari gara-ga-"

"DIAM KAMU AZKA!" Azka mendengus kesal diikuti dengan bola matanya yang berputar. Gilang dan Frans yang berdiri diselah kiri dan kanan Azka dengan serentak memijak kaki Azka satu persatu membuat cowok bersepatu adidas ini meringis kesakitan. "Anjay lu berdua,"

"Lagian, lo berani banget ngejawab. Kepala sekolah tu Ka," sahut Eja yang baris didepan Azka sambil melirik sebentar kebelakang.

"Kalian jawab, siapa yang mengajak kalian untuk tawuran semalam?! Ayo jawab!!" Pak Wahid sang kepala sekolah dengan tubuh tinggi dan tegap ini sudah benar-benar kehabisan kesabaran menghadapi murid-murid nakal disekolah ini.

"Ayo jawab! Kalau kalian tidak berani memberitau saya, hukuman kalian saya tambah!" suara pak Wahid menggelegar seisi lapangan membuat beberapa murid yang lewat melirik dan bergidik ngeri. Ada juga murid-murid yang kalau kata Melda kepo kayak dora yang mengintip dari balik jendela kelas mereka.

"Plis jangan bilang g-"

"Azka pak!" hembusan napas Azka yang tadi sempat tertahan akhirnya terhembuskan mendengar jawaban Ciko yang menyebutkan dirinya. Semua pasang mata teman-temannya menuju kearah Ciko dan menggeram kesal. Apalagi Azka, ia melotot tajam kearah Ciko yang kini sudah mati ketakutan akibat mulutnya yang memang terkenal suka keceplosan.

"Azka? sini kamu Azka!" Azka menepuk jidatnya sambil berusaha tetap cool dan keren walaupun nyatanya ia akan berhadapan dengan malaikat maut itu.

"Kamu lagi kamu lagi!! Muak saya liat kamu terus!"

"Kalo bapak muak, gak usah diliat atuh pak. Orang cewek-cewek aja kelepek-kelepek liat saya," sahut Azka anteng sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Ia tersenyum pada teman-temannya sambil menaik turunkam kedua alisnya. Sedangkan teman-temannya hanya geleng-geleng kepala.

"Sudah cukup! Kamu buat darah tinggi saya naik saja! Saya akan membuat pembinaan khusus buat kalian-kalian yang akan diadakan setiap hari dari jam pulang sekolah hingga jam empat sore."

"HAH?!"

"Dan buat kamu Azka, kamu akan ada jam pelajaran tambahan!" tambah pak Wahid sambil menunjuk Azka yang sudah berdiri disampingnya.

Azka tersenyum manis sampai-sampai matanya menyipit saat Melda dan seorang temannya yang saat itu Azka lupa namanya lewat dipinggir lapangan. Melda yang bingung kenapa Azka tiba-tiba melemparkan senyumnya hanya membalas dengan senyum tipis.

***

Fahri Apriyano: Mel gue tunggu diparkiran

Bibir Melda tertarik mengukir senyuman. Sedetik setelahnya hatinya merasa cemas. Resty yang saat itu tengah sibuk memasukkan alat-alat tulisnya kedalam tas ransel hijau lumut miliknya menoleh sekilas kearah Melda saat sadar bahwa hati sahabatnya mendadak tidak enak.

Tell Me WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang