Flo berjalan menuju perpustakaan. Hari ini hari Rabu, dia akan mengajar Devan.
Flo menyadari mungkin Devan tidak akan datang karena mereka tak pernah berbicara sama sekali semenjak kejadian di taman itu.
Tapi Flo sudah bertanggung jawab akan mengajar Devan hingga dia bisa naik kelas, maka dia tetap berjalan ke perpustakaan.
"Eh nak Flo, mau ngajar Devan lagi ya?" Tanya Bu Vani saat melihat Flo masuk kawasan perpustakaan.
"Eh iya bu. Tadi ibu liat Devan datang nggak?"
"Nggak nak. Ibu daritadi diam disini dan ibu nggak liat Devan kesini"
"Ohh gitu.." ucap Flo menghela nafas panjang dan lesu
"Mungkin dia lagi bentar datang nak. Nak Flo tunggu aja" ucap Bu Vani sambil tersenyum kepada Flo
"Iya deh bu. Saya masuk dulu" Flo melangkahkan kakinya setelah diangguki oleh Bu Vani.
Flo duduk ditempat biasa dia duduk bersama Devan. Flo memandang bangku disampingnya dengan helaan nafas lesu. Flo memilih mendengarkan lagu agar waktu berjalan lebih cepat menurutnya.
Sudah satu jam dia disini dan tidak ada tanda tanda Devan datang. Flo frustasi.
"Dia kemana sih?"
"Kalo nggak bisa datang ya kabarin. Gue kan yang capek tungguin dia" ucap Flo lalu dia mengambil tasnya bergegas pulang.
"Eh nak Flo mau pulang?" Tanya Bu Vani
"Iya bu. Devan kayaknya nggak datang deh. Flo duluan ya bu"
"Hati hati nak"
Flo mengangguk tersenyum lalu berjalan keluar perpustakaan. Moodnya sekarang buruk karena Devan.
Flo keluar dari pintu gerbang sekolah. Dia melihat banyak murid di seberang sekolah yang lumayan jauh dari sekolah.
Flo berjalan kesana, rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Dirinya juga lumayan pintar dalam bela diri sehingga dia bisa menjaga dirinya.
Dia melihat seseorang dikeroyok oleh lima orang. Flo membulatkan matanya. Disana, Devan tengah dikeroyok oleh Bara dan gengnya.
Flo berlari. Kakinya berlari dengan sendirinya. Flo melihat Devan dikeroyok tanpa ampun oleh mereka. Flo mengambil batu agak besar sebanyak enam biji.
Flo melempar batu itu kearah lima orang itu tepat sasaran di punggungnya.
TUKK
TUKK
TUKK
TUKK
TUKK
BUGGHSemua yang mengeroyok Devan langsung menatap dirinya.
Bara memincingkan matanya menatap cewek yang dengan beraninya melempar batu kepadanya. Bara melangkah mendekati cewek itu dengan tatapan tajamnya. Bara melihat seksama wajah cewek itu. Dia seperti pernah melihatnya dan juga dia menggunakan seragam yang sama dengannya.
"Kenapa lo lempar batu, hah!?" Tanya Bara sambil meninggikan suaranya.
"Karena lo ngeroyok orang. Lo udah melanggar peraturan sekolah. Walaupun sudah jam pulang, lo seharusnya tahu kalo lo masih pakek seragam, lo jangan berkelahi kayak gini. Bikin jelek nama sekolah" ucap Flo datar dan cuek
"Gue inget. Lo Flo kan? Orang yang nyelamatin Devan waktu berkelahi sama gue" ucap Bara mengingat sosok cewek yang berani itu di depannya.
"Bagus kalo lo inget. Gue saranin lo pergi sekarang. Kalo nggak, gue bisa bilang ke pihak sekolah karena lo berkelahi dan mencoreng nama sekolah"
"Lapor aja sana!! Gue nggak peduli. Lo juga nggak punya bukti" ucap Bara enteng
Flo bingung. Dia harus mempunyai bukti kalau Bara berkelahi. Tiba tiba, ide muncul di otaknya.
Flo melempar batu yang sisa satu di genggamannya. Lima orang itu mengikuti arah batu itu dilempar. Saat semua fokus kesana, Flo mengambil HPnya.
Dia membuka aplikasi kamera dan mulai membidiknya di depan lima kakak kelasnya itu
Saat batu jatuh, semua menatap Flo dan...CEKLEKK
Bunyi kamera terdengar. Semua kaget dan mereka baru sadar bahwa Flo memfoto mereka.
"Hapus nggak tu foto!!" Geram Bara melihat Flo dengan beraninya memfotonya
"Nggak. Sekarang gue punya bukti buat aduin lo ke guru kalo lo berantem. Kalo lo nggak mau gue beritahu, lo pergi bawa sama temen temen lo itu" ucap Flo sinis dan membuat teman Bara yang dibilang kacung pun geram
"LO!! Jangan ikut campur. Kita nggak mandang gender sekarang. Kita bisa habisin lo" Teriak keras salah satu teman Bara
"Silahkan, gue nggak takut" ucap Flo menantang
"Lo--" teman Bara mulai maju mau memukul Flo. Namun, Bara menahannya.
"Nggak usah dilawan. Kita banci kalo mukul cewek. Ayo kita pergi aja" ucap final Bara.
Mereka semua pergi dengan menaiki motor mereka. Flo yang tahu mereka sudah menghilang jauh, berjalan mendekati Devan yang tertidur lemah di trotoar dengan darah di kedua sudut bibirnya.
"Lo pulang sekarang. Gue anterin" ucap Flo membopoh badan Devan
"Lo nggak usah sok baik sama gue. Gue nggak butuh" ucap Devan sinis menatap Flo yang membopongnya
"Lo diem. Lo masih syukur di tolongin. Kalo lo nggak perlu, nggak usah anggap kalo lo ditolongin. Dasar" cibir Flo kesal.
Flo melihat motor Devan. Flo langsung membawa Devan ke deket motor itu.
"Kunci motor mana?" Tanya Flo sambil mengadahkan tangannya
"Lo mau naik motor gue? Nggak salah? Ini motor besar. Lo bisa kendarain?" Tanya Devan dengan ejekan sinisnya
"Lo ngeremehin gue? Lo liat aja ntar. Lo tinggal duduk tenang di belakang dan gue yang nyetir. Mana cepetan kuncinya" desak Flo. Devan mendecak sinis lalu memberikan kunci motornya.
Devan sebenernya tidak ingin Flo mengendarai motornya, tapi dirinya sudah nggak sanggup karena dirinya yang dikeroyok Bara dan Gengnya.
Flo lalu duduk diatas motor itu. Syukur saja kakinya sampai karena Flo mempunyai badan tinggi. Flo menancapkan kunci motor itu lalu menstater motor besar itu. Motor sudah hidup, Flo lalu mengambil helm dan memakainya.
"Naik" ucap Flo lalu Devan naik ke atas motor. Saat Flo tahu Devan sudah duduk aman, dia mengegas motor Devan dan pergi membelah jalanan.
"Si Devan di tolongin sama perempuan? Impossible" ucap seorang laki dengan senyum sinis mengejekkam itu yang bertengger diatas motor besarnya. Laki laki itu daritadi menyaksikan hal itu.
Flo mengendarai motor dengan tenang dan juga kecepatan yang lumayan. Devan berdecak kagum karena Flo bisa mengendarai motor besar milik Ka*as**i
Flo sudah memasuki kawasan BTN tempat dia tinggal. Dia memberhentikan motornya di depan rumah Devan. Flo membuka helmnya.
"Nih helm lo. Gue mau pulang sekarang" ucap Flo menyerahkan helmnya ke Devan yang berdiri di depannya.
"Emm-- Makasih udah nolongin gue" ucap Devan
"Sama-sama. Dan gue mau omongin sesuatu sama lo" ucap Flo lalu Devan mengernyitkan dahinya
"Apa?"
"Lo kalo nggak bisa datang ke perpustakaan buat belajar, kabarin gue. Gue capek tungguin lo terus. Kejadian ini udah dua kali keulang dan gue nggak mau keulang lagi. Lo kira enak apa tungguin orang yang nggak pasti datang?" Tanya Flo dengan nada tajamnya
"Maaf. Gue tiba tiba dihadang Bara tadi. Gue nggak ngulangin lagi"
"Oke. Gue pegang omongan lo. Gue pulang" Flo lalu berbalik badan dan berjalan meninggalkan Devan disana.
Devan tersenyum saat Flo berbalik badan. Entah mengapa, dirinya sangat senang sekarang.
SEE YOU NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
When LOVE Talked
Teen Fiction{Cerita di PRIVATE. Jika mau membaca cerita ini, FOLLOW aku. Untuk menghindari PLAGIAT} (Beberapa kali dalam Rank kategori Teenfiction) Flowsia Anastasia, cewek pintar namun bersikap dingin dan cuek. Devandra Johnathan, cowok nakal, suka tawuran, da...