WLT - 16

5.8K 352 8
                                    


Devan memberhentikan motornya di lapangan yang sepi. Flo bingung dan dia mengikuti Devan yang berjalan menuju lapangan yang seperti nggak pernah dikunjungi siapapun. Lapangan ini kotor dan banyak pohon bertumbuhan.

"Kita mau ngapain disini?" Tanya Flo sambil berjalan mengikuti Devan yang berjalan di depannya

"Ntar lo tahu"

Flo hanya memandang kesal Devan. Devan berjalan dan berhenti. Flo menabrak punggung Devan karena Devan berhenti mendadak

"Lo kalo berhenti jangan mendadak dong. Kena kan gue" protes Flo mengusap hidungnya yang kebentur

"Bawel lo. Liat depan"

Flo berjalan kesamping Devan. Dia melihat kearah depan seperti suruhan Devan. Dan ia terkejut.

Didepannya ada seperti danau yang jernih dan lumayan luas. Ada kursi disamping danau itu. Flo melangkah mendekati danau itu tanpa sadar karena keindahan danau itu.

Flo berjongkok dan ia mencelupkan tangan dia ke danau itu. Dingin, itu yang dirasakan Flo saat air danau itu menyentuh permukaan kulit tangannya

"Lo tahu darimana tempat ini? Bagus banget"

"Gue nggak sengaja jalan jalan naik motor dan ketemu lapangan ini. Gue berjalan masuk ke lapangan dan menemukan danau ini. Gue pindahin kursi ini kesini" jelas Devan sambil duduk disamping Flo yang masih berjongkok

"Bagus tempatnya. Gue suka" Flo mengeluarkan senyum manisnya. Devan terpaku melihat senyum itu yang tak pernah dikeluarkan Flo semenjak dia mengenalnya.

"Kapan kapan ajak gue kesini" ucap Flo sambil mengubah posisi jongkoknya menjadi duduk.

"Lo bilang aja"

Mereka duduk sambil memerhatikan danau itu yang terkena sinar matahari. Mereka berdiam diri dan Flo memecahkan keheningan itu

"Nih" Flo menyodorkan sekaleng minuman coffe. Devan mengernyit bingung

"Gue beli dikantin. Ambil gih" Devan menerima itu dan menggumamkan terima kasih dan dijawab senyuman oleh Flo.

Flo mengeluarkan kotak kecil susu putih. Dirinya meminum susu itu dan Devan menikmati minumannya.

"Lo pernah ajak orang kesini? Temen temen lo juga pernah lo ajak?" Tanya Flo

"Nggak. Lo pertama yang tahu"

**************

Flo turun dari motor besar Devan yang sudah berhenti di depan rumah Flo.

"Makasih tumpangannya dan jalan jalannya. Lo mau mampir?"

"Nggak usah. Gue langsung pulang" jawab Devan dengan wajah datar yang setia menghiasi wajahnya

"Oke. Hati hati" Devan mengangguk. Devan langsung memakai helmnya dan bergegas menuju rumahnya.

Flo menatap kepergian Devan. Dirinya masih diam di depan gerbang rumahnya. Dirinya mengingat percakapannya terakhir dengan Devan.

Dadanya merasa gemuruh dengan jawaban Devan lontarkan saat ia menjawab bahwa Flo orang pertama yang dia ajak ketempat itu.

Didalam perutnya merasa tergelitik, jantungnya berdetak cepat, dia menahan nafas saat jawaban itu keluar.

Dia tak tahu kenapa dia bisa begitu. Jujur, Flo belum pernah merasakan jatuh cinta selama dia hidup. Dirinya hanya dihadapkan dengan buku pelajaran, novel, laptop, dan HP.
Flo juga tak ada niat untuk menjalin kisah romantis dengan lelaki. Dia hanya fokus ke pelajaran dan juga dia cuek sehingga cowok yang mendekatinya mengurungkan niatnya untuk mendekati Flo.

Dia jarang bepergian keluar bersama teman teman. Karena Flo cuma mempunyai satu sahabat, yaitu Laila.

Flo berjalan memasuki rumah dan rumah masih sepi. Flo menghela nafas dan berjalan menuju kamarnya.
Dia mengganti bajunya dengan cepat dan menuju dapur karena dirinya yang sudah sangat lapar.

Dia melihat tak ada makanan satu pun, Flo langsung memasak mie instant dua bungkus. Dia memasak sambil mendengarkan lagu dan ikut bernyanyi.

"Happy banget kayaknya lo"

Flo menoleh ke belakang dan kaget. Devan berada di belakangnya dengan senyum sinisnya yang entah mengapa menjadi senyuman kesukaan Flo.

"Lo ngapain kerumah gue? Masuk nggak bilang bilang lagi. Kayak maling lo" protes Flo

"Gue udah ketuk pintu dan lo nggak nyahut. Gue denger suara lo dan gue masuk kesini"

"Huft... terus lo mau ngapain kesini?"

"Gue mau makan" Flo melotot kaget. Hanya itu dia datang kerumah Flo

"Oh jesus, memang dirumah lo nggak ada orang?" Tanya Flo frustasi

"Nggak. Papa gue masih kerja. Pembantu gue cuti"

"Lo nggak bisa masak? Apa kek gitu"

"Malas. Cepetan elah masakkin doang. Mie instant juga" jawab enteng Devan

"Enak banget kayak hidup lo. Ya sudah duduk sana lo. Ntar gue masakkin. Dasar" cibir Flo kesal

"Jangan lama lama" teriak Devan menjauh berjalan menuju ruang keluarga

"Bawel lo"

Flo asik berkutat di dapur dan Devan asik menonton TV sambil tertawa geli melihat kartun di TV

"Berasa pembantu gue"

"Eh mbok Flo. Udah jadi makanannya?" Ejek Devan. Flo melototkan matanya marah ke Devan

"Nggak usah makan lo"

"Eh eh, jangan gitu dong. Jahat banget sama muridnya" ucap Devan memelas

"Peduli apa gue? Lo murid kek, papa gue kek, om gue kek. Gue nggak peduli"

"Jahat amat lo. Gue cuma minta makan kok. Nggak minta yang lain"

"Iya iya bawel. Ini gue udah masakkin tiga bungkus mie. Kalo lo mau ambil nasi, ada di dapur"

"Oke"

Devan dan Flo menyantap mie dengan nikmat bersama nasi. Flo dan Devan telah menghabiskan nasinya, mereka beralih ke mie yang sisanya masih banyak.

Mereka memakan dengan mangkuk besar yang sama tanpa canggung.

Flo menyuapkan mie dan Devan juga. Mereka memakan mie dan mie antara mereka terhubung. Wajah mereka hanya berjarak lima centi.

Mereka saling berpandang tanpa mau memalingkan wajah ke arah lainnya.

Devan memakan mie itu dengan gerakan kepala makin maju. Flo kaget saat bibir Devan menyentuh bibirnya.

Flo merasa jantungnya bekerja dua kali lipat saat bibir mereka bersentuhan.

Devan mencoba menggerakkan bibirnya melumat bibir Flo. Flo diam tak membalas. Devan agak kecewa. Namun Devan tersenyum kembali.

Flo membalas ciumannya. Mereka pun hanyut dalan ciuman tersebut dengan gerakan pelan dan penuh perasaan tersebut.

Jadi baper deh sama Devan
Mau juga dong digituin...

Gimana bagus nggak ceritanya?
Bagus, vote yaa...
Or comment too

SEE YOU NEXT CHAPTER

When LOVE TalkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang