WLT - 15

5.7K 324 0
                                    


"Elo..." ucap Flo agak kaget melihat sosok itu.

"Kenapa?" Tanya cowok itu santai menaikkan alisnya

"Lo ngerokok, Van?" Tanya Flo  lalu duduk di lantai rooftop dan disampingnya ada Devan.

"Terserah gue"

"Ya itu memang terserah lo. Tapi dari kapan lo ngerokok?"

"Gue ngerokok kalo ada masalah" ucap Devan. Flo mengangguk mengerti.

"Tapi lo tau kan akibat ngerokok? Badan lo bisa rusak" ucap Flo menatap Devan. Devan menatap Flo balik

"Gue tahu"

"Lantas kenapa lo tetep ngerokok?" Tanya Flo tak habis pikir dengan jawaban Devan

"Gue cuma ada beban. Gue nggak perokok yang tiap hari ngerokok. Jadi nggak terlalu berbahaya buat gue" Devan menghembuskan asap rokok dari mulutnya ke udara.

Flo mengambil rokok itu dari tangan Devan. Flo lalu menghisap rokok itu.

"Uhhuukk....uuhuukkk" Flo terbatuk saat ia menghisap rokok itu. Devan membulatkan matanya tak percaya

"Lo kenapa hisap rokok gue!!!? Lo mau kesehatan lo hancur karena benda itu?" Tanya Devan setengah teriak

"Gue juga nggak mau benda ini ngerusak kesehatan lo. Lo harus sayang sama badan lo" ucap Flo lalu membuang putung rokok itu

"Lo nggak usah ikut campur urusan gue. Lo nggak tahu apa apa tentang gue" Devan memandang Flo tajam dan sinis

"Gue tahu, gue ikut campur urusan lo. Tapi mau gimana? Gue udah terlanjur masuk kedalam kehidupan lo"

Devan terdiam mendengarkan ucapan Flo. Dia juga tak menyadari bahwa Flo mengetahui banyak juga tentang dirinya selain dua sahabatnya.

"Gue cuma mau lo nggak sia siain hidup lo. Hidup harus dijalani walaupun sekuat kejadian buruk menghampiri kita. Lo harus kuat" Flo menatap Devan dengan tatapan yang begitu dalam. Devan membalas tatapan itu dengan pandangan penuh arti.

"Banyak orang yang sayang sama lo. Bahkan ibu lo juga sayang sama lo. Ibu lo yang ada diatas terus mengawasi lo. Dia nggak mau anaknya jadi lemah. Ibu lo terus mengawasi lo Devan" 

Flo menarik badan Devan. Flo memeluk Devan dengan erat. Dia tahu Devan banyak masalah yang menimpanya. Walaupun wajahnya selalu datar dan dingin, dia menyimpan kelukaan.

Flo memeluk Devan erat. Dia mengelus kepala Devan dengan pelan. Devan perlahan membalas pelukkan Flo yang sangat nyaman buatnya. Devan merasa dipeluk ibunya sekarang. Hangat dan nyaman.

Flo mengelus kepala Devan. Devan meneteskan airmatanya. Dia menangis dalam diam. Flo merasakan pundaknya merasa ada tetesan air, Flo menatap punggung dengan yang tengah ia peluk. Bahu itu bergetar kecil. Flo tahu, Devan menagis.

Flo membiarkan Devan menangis dipelukkannya dan Flo setia mengelus kepala Devan. Flo ingin beban dan luka yang ditanggung Devan.

"Hari ini kita free. Nggak belajar" ucap Flo. Devan menengok kesamping menatap Flo meminta penjelasan

"Gue capek aja. Lo juga pasti. Jadi kita libur aja"

"Oke. Gue ikut aja. Tapi kayaknya gue banyak ngebolos deh" gumam Devan

"Menurut lo? Lo baru bolos dua kali sih. Tapi lo nggak kabarin gue" ucap Flo kesal. Devan terkekeh kecil

"Maaf"

When LOVE TalkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang