Jam pelajaran di kelas menjadi jam kosong. Rafael sang ketua kelas pun ragu jika harus menghadap pada bu Neni. Siswa yang lainnya membuat Rafael semakin ragu, lebih tepatnya takut.
Sedangkan gadis yang satu ini santai-santai saja. Ia tidak merasa telah terjadi apapun di sekitarnya. Ketegangan, ketakutan dan hal lainnya tidak terlihat dari diri seorang Jessie.
Tak terasa, bel istirahat berbunyi. Rafael, Jessie, dan yang lainnya memilih untuk mengisi perut mereka yang sejak tadi telah membunyikan alarm waktu makan.
Setelah dari kantin, Jessie dkk berjalan melewati koridor. Alis cukup tebal buat kadar seorang cewek, bibir mungil, hidung mungil dan mancung, sorot matanya tajam, cara jalannya yang penuh percaya diri, ditambah wajahnya yang selalu agak mendongak.
Bella, Grace, Karin, dan Rafael dibuat heran oleh Jessie. Karena ia tiba-tiba menghentikkan langkahnya di depan koridor kelas XII Sosial 3. Dari kantin, jika ingin sampai di kelasnya XII Sains 1, melewati kelas XII Sosial agar lebih cepat sampai. Oh iya, Glen tidak ikut karena ada kumpulan bersama tim futsal sekolah.
"Lho Jes, kok berhenti sih?" Tanya Bella dengan alis yang saling menaut
Jessie tidak menjawab, melainkan melipat kedua tangannya di bawah dada.
"Yeh, ditanya juga" cibir Grace
"Jes oi, lo kesambet setan kantin?" Rafael mengibaskan tangannya di depan wajah Jessie
Jessie menepis tangan Rafael dengan malas.
"Emang di kantin ada setannya ya?" Tanya Karin dengan polosnya
"Ish, Karin, suka sok polos deh" ujar Jessie dengan sok imut, tidak seperti biasanya
Tangan Grace tergerak untuk memegang dahi temannya itu "Wah Jes, beneran lo kesambet"
"Au ah" Jessie menerobos sahabat-sahabatnya itu yang tadi mengerumuninya hanya karena ia berhenti di tempat yang bukan kelasnya
Bersamaan dengan Jessie pergi, seorang gadis keluar dari kelas tersebut. Jessie berjalan menghampirinya, berdiri di hadapannya, dan menghalangi jalannya.
Sontak mata Ecca membulat, napasnya tercekat saat berhadapan dengan gadis yang tidak pernah membiarkan Ecca bersekolah dengan tenang.
Sedangkan Jessie, melihat ekspresi gadis di hadapannya seperti itu, ia menyunggingkan senyumnya, senyuman iblisnya.
Kaki Ecca bergerak ke kanan, berusaha agar mendapat jalan untuk melewati seseorang yang menjadi penghalangnya selama ini.
Jessie ikut melangkahkan kakinya ke kanan. Saat Ecca mencoba melewati samping kiri Jessie, Jessie kembali menghalanginya. Beberapa pasang mata mulai tertarik kepada kedua orang yang saling berhadapan itu.
Satu dari mereka memandang dengan penuh kebencian secara terang-terangan, dan satu laginya membenci dengan diam-diam.
Ecca mulai merasa panas karena merasa Jessie sedang ingin bermain-main dengannya.
"Mau apa lo?" Ecca akhirnya berani bersuara setelah sebelumnya selalu menundukkan kepala saat berhadapan dengan Jessie, bad girl SMA Pelita Harapan
Lagi-lagi Jessie tersenyum sinis "Gue benci sama pengecut dan pecundang kayak lo" jari tangan Jessie menyentuh pundak Ecca dengan pelan namun bertenaga sampai membuat Ecca mundur selangkah
"Maksud lo?" Keningnya mengkerut, alisnya pun saling menaut, wajahnya menggambarkan seseorang yang tidak tahu apa-apa, itu salah satu yang dibenci oleh Jessie dari seorang Rebecca
"Buat ngakuin kesalahan aja lo ga berani, sok-sokan mau lawan gue" sindir Jessie yang membuat Ecca menelan salivanya dengan kasar
"Itu bukan urusan lo" ujarnya sarkastik, dengan suara yang pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Teen Fiction"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...