Ting tong...
Bella memencet bel di depan gerbang rumah Jessie. Sampai akhirnya seorang satpam membukakan gerbang kemudian mempersilahkannya masuk.
"Temannya non Jessie ya? Sebentar ya," ujar asisten rumah tangga keluarga Villincia yang membukakan pintu.
Wanita setengah paruh baya itu pun balik lagi dan menghampiri Bella di depan pintu, "Non Jessie nya belum pulang." ucapnya dengan sedikit keluhan.
"Belum pulang?" tanya Bella tak menyangka.
Karena dirinya juga sempat nongkrong terlebih dahulu ke cafe dekat sekolah sebelum pulang ke rumah.
"Iya." jawabnya.
"Mm, yauda Bi, aku mau titip ini aja." ujarnya sambil menyodorkan sebuah amplop, "Buat Tante Chealse."
"Iya baik, nanti Bibi sampaikan." ucapnya dengan ramah dan santun.
"Aku pamit ya." pamit Bella dengan sopan.
"Iya, makasih Non." ujar wanita itu lalu menutup pintu.
Tidak lama setelah Bella pergi dengan mobilnya, sebuah mobil datang lagi dan satpam langsung membukakan gerbang karena hapal betul siapa pemiliknya.
Danu, Carla, Chealse, dan juga Celine turun dari mobil. Celine memapah Carla berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara Danu dan Chealse dibantu supir menurunkan barang-barangnya.
Asisten rumah tangga yang tadi langsung menghampiri Chealse yang memegang sebuah tas di tangannya.
"Nyonya, tadi temannya Non Jessie ke sini, titip ini katanya untuk Nyonya." ujarnya sembari memberi amplop tadi.
"Oh iya, makasih." ucap Chealse sembari mengambil alih amplop dari tangan art nya. "Tolong ini bawa ke dalam." pintanya pada art itu untuk membawa tasnya.
Baru saja wanita tadi hendak masuk ke dalam rumah, Chealse kembali memanggilnya, "Bi, Jessie nya mana?" tanya Chealse dengan setengah teriak karena wanita itu sudah beberapa meter di depannya.
"Belum pulang." jawabnya lalu berlanjut pergi setelah diijinkan oleh Chealse.
Carla yang mendengar bahwa cucunya belum pulang pun langsung menatap wajah Celine dengan khawatir. "Maklumin Jessie." ucap Celine anak pertama di keluarga ini.
Meskipun Celine di luar negeri, ia tetap mendapat informasi mengenai apa yang terjadi di sini. Termasuk Jessie yang berubah drastis belakangan ini.
¤¤¤
"Arghhh!" pekik seorang gadis.
"Tamparan ini pas buat lo yang berani ngejatohin harga diri gue!" ucap seorang lelaki dengan penuh penekanan.
"Brengsek lo Rey!" umpat Jessie dengan mata yang masih tertutup dan tangan yang diikat ke belakang.
Rey tersenyum miring, "Bagus kalo lo inget sama gue." ucap Rey lagi, ia pun melangkah maju dan berlutut di dekat Jessie yang duduk bersandar di tembok usang.
Tangan kekar Rey menjambak rambut Jessie, membuat kepala Jessie mendongak dengan begitu sadis, "Gue akan buat lo ga pernah lupain kejadian ini." ucap Rey terdengar pelan namun begitu menyeramkan.
Jessie tak henti-henti menahan ringisannya, menahan rasa sakit yang dirasakannya. Sering kali giginya menggigit bibir bawah untuk menahan jeritan agar tidak terlontar dari mulutnya.
"Lo ga lebih dari seorang banci!" cacian Jessie pada Rey.
Plak!
Satu kali lagi tamparan ia terima, menyisakan bekas merah di pipi mulusnya. Bahkan wajah Jessie sampai menoleh ke samping akibat tamparan yang diterima. Tak tertinggal, suara yang begitu nyaring terdengar kala telapak tangan itu menyentuh pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Teen Fiction"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...