Sore hari, pukul 05.00 p.m. Jessie masuk ke dalam mobilnya yang terpakir di parkiran apartemennya. Dengan rambut ikalnya yang sengaja tidak diikat.
Pakaiannya yaitu mini dress tanpa lengan yang panjangnya sekitar 5 cm di atas lutut, dipadu dengan rompi levis.
Ia berniat untuk menuju ke basecamp Justin dkk, setelah itu ke club.
Karena telah terjadi kecelakaan di jalan, Jessie terpaksa harus melewati jalan lainnya agar bisa sampai ke tempat tujuan. Tentunya jalan yang tidak terlalu ia hapal, untungnya dengan bantuan GPS.
Saat mobilnya berada di kawasan yang cukup sepi, hanya ada pepohonan dan jarang sekali Jessie melihat mobil atau motor yang berlalu lalang, mobilnya tiba-tiba berhenti.
Gadis itu turun dengan emosinya yang mulai tersulut. Ia membanting kasar pintu mobilnya.
"Sial!" Umpat Jessie "Mobil gue sering banget deh bocor, PMS apa ya" Jessie menendang ban depannya lalu matanya menyapu sekitar
Tatapannya jatuh pada sebuah bengkel.
"Pas banget tuh ada bengkel" gadis itu menyeringai sambil menjentikkan jarinya
Bengkel yang Jessie maksud itu bisa dibilang terpencil karena jauh dari tempat lainnya. Terlebih di sana terlihat banyak lelaki yang jumlahnya kurang lebih 10 orang.
Meski begitu, gadis itu tidak merasa takut atau khawatir sama sekali, ia tidak menghiraukan keberadaan para lelaki itu. Dengan santainya ia berjalan menghampiri mereka, di bengkel yang berjarak sekitar 20 meter dari mobil Jessie berada.
Terbesit sedikit rasa heran pada diri Jessie. Bagaimana bisa sebuah bengkel yang cukup besar dan pastinya bukan bengkel abal-abal, berada di tempat yang sepi seperti ini.
Tapi entah lah, itu satu-satunya cara agar ia bisa terus melanjutkan perjalanannya. Mau tidak mau, bengkel itu jalan keluar satu-satunya. Tujuannya ke bengkel hanya satu, untuk mengganti ban yang bocor.
"Sorry ganggu, gue mau ganti ban mobil gue yang bocor bisa?" Tanya Jessie setelah tiba di bengkel tersebut
Seketika mereka yang berada di sana menghentikkan gelak tawa dan menatap Jessie heran. Namun detik berikutnya, raut mereka berubah yang awalnya heran kini menjadi terlihat jahil, lebih tepatnya licik.
"Oh iya sangat bisa" jawab lelaki bernama Beto dengan ramah
"Apa sih yang ngga buat kamu" timpal temannya sambil mengedipkan sebelah matanya, namanya Gilang
"Mobilnya mana?" Seorang lelaki yang berpakaian montir celingukkan
"Jangan-jangan lo modus doang ya ke sini buat nyamperin gue?" Goda lelaki yang satunya lagi, Dika
"Dia jatah gue setan!" Umpat temannya tadi yang bernama Gilang
"Bodo amat lo kalah start" ejek Dika pada Gilang
"Udah ngomongnya?" Tanya salah satu lelaki yang sedari tadi hanya diam "Sekarang giliran gue" ucapnya sinis
"Iya-iya, sinis amat" cibir temannya
"Mobil lo mana?" Tanya nya dengan nada dingin, mungkin agar terkesan cool tapi tetap biasa saja di mata Jessie
Seakan mereka diberi kesempatan untuk berbicara secara bergantian. Dan Jessie hanya bisa menyimak sambil mendengus napas jengahnya.
"Oh iya itu mobil gue di sana, bisa kan dorong sampe sini?" Dari nada bicaranya, Jessie masih terdengar normal meski diganggu dengan berbagai godaan receh
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Ficção Adolescente"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...