(33) Jessie Pingsan

6.3K 294 3
                                    

Setelah selesai menjalani hukuman, Jessie berjalan menuju kantin sambil mengibas-ngibaskan tangannya berharap sedikit angin membuat peluhnya berkurang.

Sekilas pandangan melihat bayangan seseorang ketika ia hendak berbelok ke kantin. Tapi saat ia memundurkan lagi langkahnya untuk memastikan, bayangan itu seolah hilang terbawa angin ke arah lorong yang bersebelahan dengan lorong menuju kantin, hanya terhalang beberapa ruangan saja.

Postur tubuh yang tegap tinggi, kulit putih bersih, bentuk wajah yang sempurna dengan rahangnya yang lancip, dan jambulnya.

Menyadari semua ciri-ciri yang dilihatnya samar tadi, seketika napas Jessie tercekat.

"Leo."

Satu kata itupun terucap dengan raut wajah tak percaya, seolah kini Jessie sedang berada di alam bawah sadarnya.

"Jes," sebuah tepukkan mendarat di bahunya.

Jessie yang terkejut pun lantas menoleh dan mendapati Bella di sebelahnya.

"Lo sakit? Wajah lo mendadak pucet gitu? Atau lo kesambet?" tanya Bella berturut-turut karena khawatir dengan keadaan Jessie saat ini.

Jessie hanya menggelengkan kepalanya seolah tak percaya entah pada apa. "Leo." berulang kali Jessie menyebutkan nama itu dengan suara pelan.

"Siapa Jes?" tanya Bella semakin cemas.

"Gue harus kejar." ujar Jessie dengan bola matanya yang membulat dan bersemangat dalam keadaaan pucat seperti ini.

Gadis itu pun berlari, dengan langkah lebar ia menyusuri jalan kemana bayangan tadi pergi.

"JESSIE!" panggil Bella di koridor yang kosong karena memang daerah sini jarang dilalui.

Tempat menuju kantin ini memang jauh dari kelas, melainkan lebih dekat dengan ruangan-ruangan seperti lab, dan lainnya.

Jessie terus berlari, sudah beberapa ruangan ia lewati, sudah jauh ia menyusuri koridor yang membawanya ke ujung dan berakhir karena tembok.

Ada belokkan lagi di sebelah kiri sana, dan Jessie mengikuti setiap jalurnya. Namun tiba-tiba saat seseorang keluar dari salah satu ruangan. Tanpa sengaja, Jessie menabraknya hingga tubuhnya sedikit terdorong ke belakang.

Gadis itu bisa saja terjatuh kalau ia tidak tertahan.

"Tante." gumam Jessie kala matanya beradu dengan sepasang mata milik wanita itu.

Jessie semakin yakin kalau Leo ada di sini.

"Tante, Leo di sini kan? Leo mana Tante? Plis kasih tau Jessie." ucap Jessie dengan memohon sampai memegang erat kedua lengan Sania.

Dengan raut wajah cemas dan bingung, Sania tidak menjawab apapun, ia hanya berusaha menenangkan Jessie dan mencoba menahan gadis itu tetap di sini.

"Jessie, sabar dulu." ucap Sania yang tanpa sadar ikut terbawa panik.

Kalo Tante Sania ada di sini, berarti tadi pasti beneran Leo. Gue ga salah lihat, hati gue yakin kalo tadi itu Leo. - batin Jessie.

Merasa tidak ada gunanya ia memohon kepada Sania, Jessie pun kembali berlari mengikuti koridor kemana akan membawanya pergi.

Di sisi lain, setelah dirasa Jessie sudah jauh pergi. Sania berbalik menatap pintu kemana tadi ia muncul saat sebelum bertabrakan dengan Jessie.

Seorang lelaki keluar dari ruangan itu, menatap sendu Sania dari ambang pintu. Sania balik menatapnya dengan penuh rasa iba.

"Ayo kita pulang," ucap Sania pada lelaki itu.

Keduanya pun berjalan menuju kemana tadi Jessie berlalu agar tidak berpas-pasan karena pasti Jessie berada jauh di depan. Bahkan, mungkin saja gadis itu akan mengelilingi sekolah ini asal kan bisa bertemu dengan sosok yang ia cari-cari.

Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang