Setelah 30 menit lamanya, bel masuk pun berbunyi di SMA Pelita Harapan. Seluruh siswa berhamburan ke kelas masing-masing kecuali yang akan melaksanakan pembiasaan bolos pada jam guru killer. Sedangkan gadis yang satu ini malah keluar dari kelasnya. Bukan untuk bolos lagi, bukan. Tapi kali ini untuk masuk ke kandang macan, ruang BK.
Gadis itu berjalan dengan santainya melewati para siswa yang memandangnya dengan sinis, benci, atau ada juga yang terkagum-kagum.
Ada yang menatapnya dengan terang-terangan, ada juga yang diam-diam memperhatikannya. Salah seorang yang menatapnya diam-diam adalah dia, orang itu.
Jessie masuk ke ruang BK, dan di sana sudah ada dua wanita dengan raut wajah berbeda. Satunya terlihat santai, dan satu lagi dipenuhi amarah.
"Cepat duduk, saya mau segera mengajar" kata bu Beti ketus
"Iya bu" jawab Jessie dengan santai sambil berjalan lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan kedua guru tersebut
"Kamu kenapa tidak mengerjakan tugas?" Tanya bu Fira dengan santai namun terdengar tegas
"Saya ngerjain bu" jawab Jessie dengan wajah seolah dirinya teraniaya
"Bohong!" Tukas bu Beti
Bu Fira mengangkat tangannya di hadapan bu Beti, menyuruhnya untuk diam dengan terhormat.
"Jessie, kenapa kamu tidak bawa tugas?" Tanya bu Fira dengan penuh kesabaran
"Tugas pasti saya bawa bu kalo harus dikumpulkan" jawabnya "Tapi kan bilangnya PR, dan lagi pula ga ada perintah untuk dikumpulkan sebelumnya" Jessie menghendikkan bahu sambil menatap sekilas wajah bu Beti yang sudah merah padam
"Jessie, harusnya kamu membawa PR kamu karena pasti akan diperiksa di sekolah, bukan di rumah" jelasnya
Sebenarnya bu Fira tahu betul kalo Jessie sangat paham soal kecil seperti ini. Tapi entah sejak kapan membuat guru kebingungan untuk menjelaskan sesuatu padanya sudah menjadi hobi bagi Jessie.
"Bu Beti itu berniat baik untuk melatih kedisiplinan para siswa agar membawa tugas yang sudah diberikan walaupun dia tidak berkata akan dikumpulkan"
"Tapi bu, disiplin itu bukan soal dilatih, dididik, whatever lah" ujar Jessie yang lagi-lagi menghendikkan bahunya "Kami para siswa butuh contoh untuk dapat ditiru, kalo guru bersikap kasar, jangan salahkan siswa yang bersikap sama" Jessie menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil melipat kedua tangannya
"Jessie-" perkataan bu Beti lagi-lagi di potong oleh bu Fira
Jelas saja bu Beti menurut karena bu Fira guru BK bagian kelas XII, sedangkan dirinya kelas XI
"Jadi kamu sudah puas?" Tanya bu Fira pada Jessie
"Belum" jawabnya santai sambil memainkan jari-jari tangannya
"Itu beda Jessie, kita para guru dituntut untuk mendidik kalian dan setiap guru punya caranya masing-masing, saya rasa siswa seperti kamu pantas mendapat kekerasan" ujarnya yang akhirnya diberi kesempatan oleh bu Fira
"Kalian harus tahu batasan seorang siswa, kami para guru berada lebih di atas kalian, apapun alasannya kalian harus menghormati para guru" sambungnya lagi
"Dan karena kami tidak menarik telinga guru, memukul, menendang, atau hanya berteriak itu sudah membuktikan kalo senakal-nakalnya kami, tetap menghargai JABATAN kalian" ujar Jessie dengan menekan kata 'jabatan' sambil membulatkan kedua matanya
Hening.
Bu Fira terdiam, bu Beti bungkam, ini yang disukai oleh seorang Jessie. Dia memang gadis yang benar-benar cerdas, namun sayangnya ia salah memanfaatkan kecerdasannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Novela Juvenil"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...