Los Angeles. Salah satu kota di Negara bagian California. Kota metropolitan terpadat di dunia. Kota yang menjadi rumah bagi Hollywood dan tempat tinggal para seniman dunia. Los Angeles juga, merupakan kota impian Leo dan Agatha.
Satu tahun berlalu, selama itu juga Jessie tinggal di Los Angeles bersama Elvan. Di sebuah gedung pencakar langit yang begitu megah, menghadap ke jalanan. Pintu apartemen keduanya bersebelahan.
Setelah Jessie melewati masa kristisnya, gadis itu menjalani operasi. Ditemani Chealse dan Elvan yang ikut terbang menggunakan pesawat ke California.
Namun, Chealse tidak bisa berlama-lama di sana. Ia harus bertanggung jawab atas semua perusahaan dan pegawainya. Alhasil, wanita itu mempercayakan Jessie pada Elvan.
Satu hari setelah wisuda Justin dan yang lain, Jessie duduk di sebuah cafè favorit di kota ini. Bersama Elvan.
Bahkan sampai saat ini, Jessie belum mengetahui kemana Leo pergi. Dan Elvan, tidak memberi tahu kalau ternyata Leo memijakan kaki di daratan yang sama dengan mereka.
Los Angeles.
Suara burung yang menghiasi pagi cerah di kota ini. Banyak orang yang berlalu lalang, meyebrang di zebra cross dengan tertib, ataupun menunggu antrean.
Kedua manusia duduk saling berhadapan, menyantap hidangan dengan aroma yang seketika menyeruak ke indra penciuman. Lezat. Jessie dan Elvan sedang berada di antara banyaknya pengunjung The Girddle Cafe.
Cafe terkenal yang ada di kota Los Angeles. Menunya beragam, dengan rasa yang tidak mengecewakan.
Red Velvet pancake, Barry Yellow, avocado smoothie, dan french press coffee sudah tersedia di atas meja. Tanpa menunda, keduanya menyantap makanan pesanan mereka.
Di selingi obrolan ringan, sambil menatap keluar jendela yang berada di dekat mereka.
"El, gue ke toilet bentar ya." Jessie ijin lalu beranjak pergi menuju toilet yang tersedia di restoran ini.
Elvan mengangguk sekilas, lalu menyeruput french press coffee dengan nikmat.
Langkah Jessie terburu-buru, ia ingin segera sampai ke toilet. Namun, seseorang ditabraknya tanpa sengaja.
Bruk!
"Astaga," ucap Jessie spontan.
Matanya dapat melihat french press coffee milik lelaki itu yang sudah membasahi jas abu-abunya itu.
"I'm so, sorry Sir, I accidentally, I was in a hurry." cerocos Jessie yang panik.
Bahkan gadis itu mengambil beberapa tisu yang ada di meja yang dekat dengan tempatnya berdiri. Tanpa permisi pada orang yang menempati meja tadi.
Tangan Jessie mencoba membersihkan jas yang kelihatannya cukup mahal, apalagi kopi tadi mengotori bagian dada bidangnya. Sungguh, itu akan terlihat kurang enak dipandang.
Jessie terus berusaha membersihkan noda yang melekat di jas tersebut. Ia terlihat serius, sampai mengabaikan wajah orang yang sekarang ia bersihkan bajunya di muka umum.
Ada perasaan aneh yang menjalar ke hatinya. Jessie berhenti mengusapkan tisu ke jas lelaki itu. Ia menyadari, dada bidang si lelaki sedang berdegub kencang sampai Jessie dapat merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Fiksi Remaja"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...