"Gue harus pergi." kalimat itu terucap begitu saja dengan tegasnya.
Raut wajah Leo menggambarkan ekspresi enggan, tetapi ia tidak berani melarang. Mengingat bagaimana dirinya dulu pergi begitu saja.
Jessie pun beranjak dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan Leo sendiri di tempat yang sepi dengan langit yang mulai kelam.
Gue kira bakal dikejar atau minimal dicegah, - gerutu Jessie dalam hati.
Tapi Jessie sedang dilanda gengsi, gadis itu pun terus berjalan sampai tiga meter dari posisi sebelumnya.
"Agatha,"
Langkahnya terhenti kala ia merasa terpanggil. Dengan malas, Jessie menoleh, salah satu alisnya dinaikkan bermaksud bertanya, apa?
Leo bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Jessie a.k.a Agatha. Tangannya meraih kedua tangan Jessie, memegangnya dengan sepenuh hati.
"Besok, gue jemput di rumah lo." ujar Leo dengan lembut.
Jessie menggeleng, "Gue udah pindah lagi ke apartemen."
Kedua alis Leo saling menaut, "Kapan?" tanyanya heran.
"Tadi, sebelum gue ke sini." jawab Jessie seadanya.
Leo mengangguk paham, "Oke gue jemput di apartemen lo." ujarnya lagi tanpa bantahan.
Jessie ikut menganggukkan kepalanya, menyetujui. Ia hendak berbalik pergi namun tidak jadi.
"Lo tau apartemen gue dari mana?" tanya Jessie heran sendiri.
Senyum manis itu terukir di wajahnya, "Gue tau semua tentang diri lo." ucap Leo dengan misterius.
"Maksud lo?" tanya Jessie tak habis pikir.
Leo menarik napas dalam kemudian menghembuskannya, "Besok jam 9." kata Leo begitu saja.
Seolah memberi tahu kalau Jessie akan mengetahui semuanya besok.
Sekali lagi, Jessie mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, ia melingkarkan kedua lengannya ke bahu dan leher Leo. Jessie memeluknya lagi sebelum ia pergi.
"I really miss you." bisik Jessie di dekat telinga Leo.
Setelah itu, Jessie melepaskan lingkaran tangannya. Gadis itu tersenyum tulus, terlihat begitu manis sampai membuat Leo turut tersenyum dengan sendirinya.
Jessie melangkah mundur beberapa kali, kemudian berbalik dan berjalan dengan langkah normal menuju mobilnya berada.
Sesampainya di mobil, Jessie menaruh kepalanya di atas setir. Ia bingung harus sedih atau bahagia. Dalam suasana duka ditinggal Carla, Leo tiba-tiba datang begitu saja.
Mengenai pertunangan Leo, Jessie tidak terlalu terkejut karena ia sudah lebih dulu tahu dari Natasya.
Senyum tak luput dari wajahnya, Jessie sulit mengendalikan dirinya untuk tidak tersenyum sendiri sepergi orang gila. Namun, sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka yang sedang jatuh cinta.
Di tempat lain, Leo menjatuhkan tubuhnya dengan lutut sebagai tumpuan. Ia menunduk lemas, mengusap wajah sampai ke rambutnya.
Besok jam 9, karena jam 8 Papa baru pergi ke airport. - pikir Leo dengan wajah frustrasi.
Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih yang sudah mengusiknya sejak tadi. Dilihatnya notif yang tertera di layar ponselnya.
"Ck!" Leo berdecak frustasi.
Puluhan panggilan tak terjawab dari Natasya, disusul Sania dan juga Kayla. Belum lagi pesan yang masuk, namun Leo tak ingin membukanya. Ia mematikan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Ficção Adolescente"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...