(50) Insiden di Rumah Duka

5.6K 257 18
                                    

Rumah keluarga Villincia sedang berduka. Halaman rumah dan garasi dipenuhi kendaraan, sudah seperti tempat khusus parkiran.

"Gue turut berduka cita, man." kata Reno sambil menepuk bahu Justin.

"Gue juga, yang sabar ya bro." ucap Gerry.

"Semoga Omah Carla tenang di alam sana, gue turut berduka cita." Oki tak mau kalah.

Diikuti ucapan bela sungkawa lainnya dari teman-teman Justin. Saat ini, Justin dkk sedang duduk bersandar di tembok yang berada tak jauh dari Carla yang terbujur kaku.

Jessie, Chealse, Celine, dan juga Danu masih setia berada di dekat Carla yang selalu terpejam sejak tadi. Tidak ada lagi detakkan jantung ataupun napas yang berhembus. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya kaku dan suhunya begitu dingin.

"Jes," panggil Bella sambil menyentuh pelan pundak Jessie.

Jessie pun menoleh, dengan mata sembab dan hidung memerah. Sepasang matanya langsung menangkap Bella yang memasang wajah sendu.

"Bel," lirih Jessie dan langsung dipeluk oleh Bella.

Tangis gadis itu kembali pecah, dan Bella pun tak kuasa menahan tangisnya. Grace dan Karin yang masih berdiri, ikut berlutut di dekat Jessie dan memeluknya juga.

"Yang sabar, Jes." ucap Grace sambil mengusap punggung Jessie.

"Udah saatnya Omah lo pergi, ikhlasin dia ya." ujar Bella, tangan gadis itu memegang lengan Jessie setelah lah melepas pelukannya, kemudian berlaih menangkup wajah Jessie.

"Iya Jes, lo jangan sedih gini, gue juga udah sering kok ditinggal pergi sama orang-orang yang berarti." kata Karin dengan memelas dan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Mendengar perkataan Karin, Jessie tersenyum kemudian memeluk Karin yang berada di sampingnya.

Sementara Glen dan Rafael hanya bisa duduk namun tidak untuk memeluk. Keduanya pun sama-sama memberikan dukungan agar Jessie sanggup menghadapi kenyataan ini.

Selain teman-teman Jessie dan Justin, teman-teman Chelase, Celine, Carla, Danu dan lain-lain pun turut hadir.

Beralih lagi pada Justin yang sedang duduk bersama teman-temannya. Tatapannya sendu dan kosong.

"Ren," panggil Kiki pada Reno sembari menyenggol lengan lelaki itu.

Reno menoleh dengan raut wajah bertanya, apa, kemudian Kiki menunjuk seseorang dengan dagunya. Reno mengikuti arah yang dimaksud Kiki.

"Celaka," gumam Oki yang juga memperhatikan gerak-gerik temannya.

Justin yang berada di sebelah Oki juga, lantas menoleh dengan heran, apa maksud Oki tadi.

Menyadari sikap Justin, Oki langsung menunduk. Justin pun beralih pada Reno yang berada di sebelah satunya lagi. Sebelum menatap Reno, matanya lebih dulu menangkap seseorang yang sudah dari kemarin ia cari-cari.

Rahang Justin mengeras, tangannya mengepal kuat sampai memperlihatkan urat-uratnya. Tatapannya begitu tajam, menusuk siapapun yang bertatapan dengannya. Ia hendak bangkit namun ditahan oleh Reno dan Oki.

Karena tatapan itu, Reno dan Oki akhirnya melepaskan Justin, takut-takut mereka yang malah jadi sasarannya.

Justin pun berjalan dengan penuh amarah menuju seseorang yang hendak mendekati jasad Omahnya.

Kini lelaki yang bukan lain adalah Justin, sudah berdiri tepat di hadapan lelaki yang ia cari-cari.

Wanita yang berjalan beriringan dengan lelaki itu pun berhenti kala Justin berdiri tepat menghalangi langkah lelaki itu.

Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang