Semuanya gelap, ia melangkahkan kaki dalam ruang kegelapan. Sunyi, hanya ada keheningan. Tak ada helaan napas atau jantung yang berdegup. Jarum jam yang berdetik, mengiringi setiap aktivitasnya kini sudah tidak ada lagi. Waktu sudah benar-benar terhenti.
Tiba-tiba sebuah cahaya membuat kedua tanganya terangkat ke depan wajah, menghalau cahaya itu merusak mata saking terangnya.
Ia berjalan mendekati cahaya yang berasal dari sebuah pintu. Satu-satunya cahaya di ruang kegelapan.
Jessie!
Seseorang memanggil namanya.
Jessie!
Agatha!
Gadis itu celingukan, ia memutar tubuhnya 180 derajat. Namun tidak ada satu orang pun yang terlihat.
Suara-suara itu terus terdengar. Membuat kedua tangannya menutup telinga.
Ini dimana?
Itu suara siapa?
Dan dia harus kemana?
Matanya terpejam, suara tangisan juga ikut terdengar. Tak tahan, ia membuka kelopak matanya.
Tiba-tiba, terlihat sebuah kota dengan tulisan hollywood di atas sana. Ia berjalan mendekat, untuk mencari tahu apa yang ada di kota itu.
Tak peduli dengan cahaya yang sebelumnya dipikir akan mengeluarkan ia dari gelapnya tempat ini.
Mata indahnya, menangkap seorang lelaki yang menarik koper ke arah kota yang dilihatnya. Kayai kenal, - pikirnya.
Tanpa sadar, kakinya melangkah ke arah kota. Semakin jauh dari pintu yang tebuka dengan pancaran sinar dan cahaya yang luar biasa.
Dari dimensi yang berbeda,
Tiba-tiba, seorang perawat menghampiri, "Dok, jantungnya berdetak lagi."
Seketika Chealse melepaskan diri dari dekapan Abel. Ia mengelap pelan air mata yang membuat kedua matanya kembali sembab.
Yang lain juga mendengar apa yang diucapakan perawat tadi.
Sampai seorang dokter keluar dari ruang operasi. Ternyata dokter yang sering berjaga di UKS SMA pelita Harapan. Ia terkejut melihat sekitar. Apalagi saat matanya menatap ke arah Reno, Kiki, Oki, Gerry, dan lain-lain.
"Cepat atau lambat, Jessie harus di operasi." kata dokter yang perempuan, "Jessie harus segera dipindahkan ke ruang ICU."
¤¤¤
Chealse mengusap tangannya sendiri, ia terlihat gugup. Sang dokter seakan memberi waktu supaya Chealse dapat tenang. Setelah beberapa menit saling diam, dokter pun angkat suara.
"Bu Chealse harus banyak bersyukur, karena Jessie masih punya kesempatan di dunia lagi." ujarnya.
Chealse terdiam, tatapan matanya kosong. Helaan napas dokter pun terdengar.
"Padahal, sudah sekitar 10 menit putri ibu tidak menghembuskan napas dan jantungnya berhenti berdetak." kata dokter lagi.
Chealse masih enggan berbicara. Wanita itu memilih untuk menjadi pendengar yang baik saja. Ia terlalu kaget mengetahui semua kenyataan yang sudah terjadi.
"Ehm," dokter tampan itu berdeham.
Tangannya meraih beberapa berkas dan hasil CT Scan, memperhatikan dengan seksama. Pikirannya menjelajah ruang ingatan, mencari sesuatu yang dapat membantu kesembuhan pasiennya.
Ia menarik napas dalam, "Bu Chealse,"
"Ya?" Chealse agak terkejut, kali ini matanya fokus menatap dokter yang duduk berhadapan.
"Di California ada salah satu rumah sakit ternama yang menyediakan semua peralatan lengkap dalam menangani pasien yang mengidap penyakit seperti Jessie." sang dokter memberi tahu dengan cara bicara yang begitu tenang, membuat siapapun betah berlama-lama di dekatnya.
Sudah tampan, mapan, bisa membuat nyaman. Idaman.
"California, dok?" tanya Chealse dengan raut wajah kebingungan.
Dokter mengangguk yakin, "Tepatnya Los Angeles."
Chealse terdiam, entah apa yang wanita itu pikirkan.
"Bu Chealse tenang saja, saya punya teman dokter di sana. Dulunya dia juga bekerja di rumah sakit ini." dokter itu sepertinya mampu membaca pikiran Chealse.
Waktu berlalu, Chealse baru saja keluar dari ruangan dokter. Tangannya masih memegang pintu, ia baru menutup rapat.
"Los Angeles," gumam Chealse.
¤¤¤
Haihaiiiii...
Aku seneng banget baca komentar kalian, jadi semangat wkwk..So, karena ini baru extra part 1, akan ada lanjutannya.
Tapi segini dulu ya, biar kalian makin penasaran
Vote and comment okay 😉❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Ficção Adolescente"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...