"Jes, ada yang nyari lo." ujar salah seorang teman sekelas Jessie.
Penasaran, gadis itu pun beranjak pergi meninggalkan teman-teman yang masih berkumpul seperti sebelumnya. Ia berjalan menuju pintu kelas.
"Kenzo," ucap Jessie spontan kala sepasang matanya menangkap seorang lelaki yang berdiri di dekat pintu. "Ngapain lo ke sini?" tanya Jessie sinis.
Kenzo berdecak malas, "Ck, masih sinis aja." cibirnya, "Jes, Kayla-" ujarnya kemudian dengan menggantung perkataannya.
Seketika Jessie mengeryit tak mengerti, "Kenapa Kayla?" tanyanya ragu.
"Ga di sini." jawab Kenzo yang kurang jelas, untung Jessie mudah memahami bahasa lelaki yang satu ini.
Jessie pun mengekori kemana Kenzo menuntunnya pergi. Sudah cukup lama ia mmelangkahkan kaki di lingkungan sekolah ini, sampai akhirnya ia tiba di rooftop.
Baru saja kaki jenjang gadis itu menginjak rooftop, sorot mata indahnya langsung menangkap beberapa orang di sudut sana. Ia tidak bisa memastikan siapa mereka karena posisinya membelakangi. Tapi Jessie dapat merasakan ada yang janggal di sini.
"Woi, lo nipu ya?" tanya Jessie langsung pada Kenzo yang sudah berjalan mendahuluinya.
Dengan santai, lelaki itu berbalik, "Dikit." jawabnya seenak jidat.
Rahang Jessie ingin lepas rasanya. Ia tak habis pikir dengan lelaki yang satu ini. Ia lebih tak terpikir lagi, kenapa bisa menuruti. Tapi mau bagaimana lagi, jarak dari kelasnya ke rooftop itu tidak dekat. Dengan ogah-ogahan, Jessie kembali mengekori Kenzo.
Masih seperti beberapa waktu lalu, langit mendung, padahal kali ini hati Jessie sedang tidak murung. Semakin dekat Jessie pada beberapa orang yang duduk membelakangi.
Ia melihat dengan mata kepala sendiri, kalau Kenzo menghampiri orang itu dan memberi kode bahwa Jessie sudah di sini.
"Gue curiga," gumam Jessie sambil menatap horor pada Kenzo.
Dalam hitungan detik, beberapa orang tadik berbalik. Memperlihatkan siapa mereka pada gadis di belakangnya.
"Elvan, Feby, Elsa,- Alan." Refleks Jessie mengabsen nama mereka. "Apa mau kalian?" tanya Jessie di tengah angin yang menerpa rambut panjangnya.
"Bang," panggil Feby pada Alan, lalu memberi kode dengan dagu yang mengarah pada Jessie.
Dengan berat hati, Alan berdiri, berjalan mendekati Jessie. Secara bersamaan, kedua kaki Jessie melangkah mundur.
"Awas jatuh bego." celetuk Kenzo seenaknya.
Seketika Jessie menoleh ke belakang, tinggal beberapa langkah lagi ia bisa terjun dari sini.
"Kalo mau ngomong sesuatu, berhenti di situ. Ga sudi gue deket-deket lo lagi." ucap Jessie.
Alan mengerti, ia menghentikan langkahnya. Menyisakan jarak sekitar 3 langkah lagi.
"Gue mau minta maaf, gue janji bakal ngelakuin apa aja asal lo mau maafin gue, Jessie." pinta Alan dengan sungguh-sungguh.
Jessie bergeming.
"Gue bersumpah demi mereka, kalo gue ga akan ngecewain lo lagi." ucap Alan, wajahnya memelas.
"Ko kita?" protes Feby tak terima.
"Lo aja, gue sih ogah." tambah Elvan.
"Lah gue kenapa dibawa-bawa kampret." gerutu Kenzo
Sementara Elsa hanya diam saja, ia takut salah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Novela Juvenil"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...