Budayakan vote sebelum membaca 😁🙏
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Di tengah lapang, seorang gadis sedang berkacak pinggang. Matanya menyusuri sekitar yang dihiasi oleh sampah yang beraneka ragam. Tatapannya beralih pada sapu dan serokan yang berada di hadapannya.
Kali ini, Jessie mendapat hukuman untuk membersihkan lapangan. Sendiri. Tanpa bantuan siapa-siapa. Apalagi sampah yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh siswa-siswi kelas sepuluh itu, kini bertebaran dimana-mana karena ulah Jessie.
"Semangat." celetuk Jessie dengan wajah datar, ia menyemangati diri sendiri.
Di pinggir lapangan, Tiffany memandangi Jessie dengan teliti. Senyumnya mengembang, melihat sang anak dari pemilik yayasan seolah terlihat malang.
"Dasar babu sekolah!" maki Tiffany dengan suara keras agar terdengar oleh Jessie.
"Cocok sih sama mukanya, sampah." tambah Sesil.
"Sampah kok ngebersihin sampah." sindir Ila tak ketinggalan.
Namun, tak ada satupun ocehan mereka yang dibalas oleh Jessie. Gadis itu memilih fokus menyapu lapangan sambil memungut beberapa sampah yang ukurannya agak besar.
Tadi sih sampahnya ga sebanyak ini, - pikir Jessie.
Tanpa ia ketahui, Beti menyuruh beberapa murid untuk menumpahkan sampah yang berada di dalam tong dari beberapa kelas, ke lapangan.
"Haha! Kacang!" ledek Bella dari sudut yang berbeda dengan tiga gadis tadi.
"Sampah kok teriak sampah!" Grace membalas perkataan Ila sebelumnya. Disusul sorakan dari beberapa siswa yang menjadikan itu sebagai tontonan.
Tingkah Tiffany serta kedua dayangnya itu sudah terdengar seantero sekolah. Maka dari itu, tidak sedikit yang memusuhinya.
Di tenpat yang berbeda, seorang lelaki berbisik kepada lelaki satunya lagi.
"Gue ada ide."
"Apa?" tanya lelaki itu dengan raut wajah tak yakin.
Kemudian, si lelaki pemilik nama Kenzo, mendekatkan mulutnya ke daun telinga Elvan. Setelah mengerti apa yang Kezno maksud, Elvan menatapnya heran.
"Lo yakin?" Elvan terlihat ragu.
"Udah ayo," ajak Kenzo sembari mendorong temannya itu menuju ruang olahraga.
Kini, mereka berjalan menuju lapangan sembari membawa sebuah bola. Dari tempat yang sama dengan Bella dan Grace, Glen bertanya pada Elvan ataupun Kenzo yang baru saja melewat.
"Lo bawa bola?" tanya Glen sangat tidak berfaedah.
Kenzo menoleh, "Bukan," jawab Kenzo kelewat santai, "Balon." tambahnya dengan wajah greget.
Sudah tahu bola, pakai segala ditanya.
"Mau main basket?" giliran Rafael yang bertanya.
Kenzo menoleh lagi, "Bukan," jawabnya yang kedua kali. "Voli." tambahnya ngawur lagi.
Tapi Rafael lebih melantur. Sudah tahu Kenzo membawa bola basket, menuju lapangan basket pula. Masa iya main voli. Untung bukan dijawab main bekel.
Elvan memggeleng sambil terkekeh pelan.
"Ikutan dong." salah satu teman sekelas Elvan tiba-tiba menghampiri ke tengah lapang. Disusul yang lain termasuk Rafael dan Glen.
Rupanya mereka ingin mengisi waktu luang pada jam istirahat kedua. Sejenak, kehadiran Jessie tidak dianggap di sini. Permainan bola basket dimulai, bola yang besarnya melebihi kepala manusia, dilempar dengan lihai dari tangan satu ke tangan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Ficção Adolescente"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...