Jessie membuka bungkus rokok, dikeluarkannya sebatang rokok, ia juga meminta korek api kepada Oki.
Setelah rokok siap dihisap, Jessie mengambil ponsel dari dalam tasnya, membuka aplikasi kamera lalu memotret dirinya sendiri.
Jari tengah dan telunjuk tangan kanannya mencapit sebatang rokok. Setelah selesai berfoto, gadis itu memberikan rokoknya kepada Oki.
"Tin, keracunan apa tuh ade lo?" Tanya Reno yang menghancurkan keheningan
"Gilak, kece aneud" puji Kiki dengan lebay
"Najis Ki" cibir Gerry sambil menoyor kepala Kiki dengan keras
Kiki mengaduh kesakitan "Eh bangsat!" Umpat Kiki, tangannya mengelus kepala yang tadi ditoyor oleh Gerry
"Berisik banget lo pada!" Bentak Jessie yang merasa risi dengan perdebatan mereka
"Lo apa-apaan sih Jes?" tanya Justin dengan nada menghardik
"Ngga apa-apaan" jawab Jessie dengan watadosnya
"Aneh dasar!
"Gitu-gitu juga ade lo Tin" Gerry terkekeh
"Oh" jawab Justin seraya menghembuskan asapnya dengan membentuk huruf o
"By the way, Alan mana?" Jessie celingukkan, menyadari ada yang kurang
"Cie nanyain mantan" goda Oki
"Kangen ya?" Tambah Reno
"Kirain udah berpaling ke Alex" Gerry membuat suasana menjadi lebih panas
"Gue boleh ikutan ngomong ga?" Tanya Kiki dengan tampang begonya
"Itu udah ngomong nyet" Justin memutar bola matanya
"Ziko absen juga, kok kaga ditanya sih Jes?" Tanya Reno sok serius
"Ziko mana?" Tanpa basa-basi apapun Jessie langsung bertanya dimana Ziko
Justin mencari sesuatu di cup bekas ice coffe nya, Reno mencari di selipan sepatunya, Oki mencari di telinga sampai hidung Reno, Gerry mencari di rambut Kiki yang lebih lebat dari yang lainnya, Kiki merogoh setiap sakunya. Yang dicari bukan lain adalah Ziko.
Rahang gadis itu rasanya hampir jatuh, dilihatnya tingkah para jomblo berkarat, kecuali Justin.
"Stres njir" gumam Jessie sambil geleng-geleng kepala
Mereka tertawa dan bercanda ria. Setelah merasa bosan, akhirnya mereka pergi menuju sebuah café. Alan dan Abel juga menyusul mereka.
¤¤¤
"Sorry Ken, gue selalu nyusahin lo" ucap Elvan, tersirat rasa bersalah dari setiap kata yang diucapkannya
"Santai bro, ayolah gue udah biasa dihukum kayak gini doang" jawab Kenzo dengan entengnya
Elvan tidak berniat membalas perkataan temannya itu.
"Van" ditepuknya bahu Elvan "Sebelum lo ngasih gue tugas, gue udah dari dulu jadi anak nakal"
Elvan tertawa miris. Jadi tadi itu, Kenzo tertangkap oleh guru yang sedang patroli di halaman belakang sekolah. Ia dihukum membersihkan dedaunan yang gugur di halaman belakang.
Kini keduanya sedang duduk berdampingan di atas rerumputan. Halaman belakang sekolah bisa dibilang taman belakang sekolah. Udaranya sangat sejuk, asri dan lingkungannya paling bersih dari tempat lain di sekolah ini.
"Tapi Van" Kenzo membenarkan posisi duduknya "Gue heran deh sama lo" ucapnya dan Elvan menoleh lantas mengeryit
Seseorang datang dan melihat dua lelaki itu sedang berbincang. Awalnya ia berniat untuk menghampiri, namun enggan karena mendengar percakapan mereka samar-samar.
Orang itu pun bersembunyi di balik batu besar yang memang sengaja di letakkan di taman tersebut. Jaraknya tidak terlalu dekat dengan kedua lelaki itu, tapi cukup jelas untuk bisa mendengar percakapan mereka. Karena, di sana hanya ada mereka bertiga sehingga suara mereka terdengar jelas akibat suasananya yang sunyi.
"Kok lo bisa sesayang itu sama Jessie?" Kenzo diam sejenak "Semua orang tau, kalian berdua dulu sahabatan bahkan udah kayak abang ade, terus sekarang jadi kayak ga pernah kenal dan elo-" ia menggantung perkataannya
"Gue apa?" Tanya Elvan yang tidak sabaran
"Elo malah jatuh cinta sama dia" Kenzo mendengus napas jengah
Elvan menarik napas perlahan lalu dihembuskannya dengan kasar.
"Gue sendiri ga ngerti Ken, saat gue bikin dia kecewa, gue ngerasa sebagai orang yang paling bodoh sedunia" Elvan mulai menceritakan, pandangannya lurus ke depan "Gue tau kesalahan gue emang sulit dimaafkan, tapi karna kesalahan itu gue sadar kalo sebenernya gue bukan cuma sayang ke Jessie sebagai ade, tapi gue juga cinta sama dia"
"Maksud lo, lo baru nyadar pas elo udah ga bareng-bareng sama Jessie lagi?"
Lelaki itu mengangguk pasrah "Kadang perasaan cinta bisa muncul saat kita ditinggal pergi"
"Ah masa?" Kenzo sewot sendiri "Gue ditolak Grace jadi move on kok" bantahnya
"Move on bilang-bilang" sindir Elvan
Kenzo memukul bahu Elvan dengan keras dan itu tidak disengaja. Elvan meringis dan mengelus bahunya sambil menatap Kenzo dengan pandangan tak terima.
"Sakit bego!" Umpat Elvan
Lelaki yang bersama Elvan itu pun menyeringai tanpa dosanya.
Seseorang yang sedari tadi memasang telinganya baik-baik, menggerutu dalam hati.
"Elvan cinta Jessie?" Batinnya
"Cabs kuy" ajak Kenzo yang bangkit dari duduknya sambil menepuk-nepuk bokongnya yang tertempel debu dari rerumputan
Elvan lagi-lagi menautkan kedua alisnya. Pertama, bahasa yang Kenzo gunakan terdengar aneh jika diucapkan oleh seorang Kenzo. Kedua, lelaki itu menepuk bokongnya membelakangi Elvan.
Mereka diam sejenak. Tanpa diduga, Elvan bangkit dan mendorong Kenzo dengan tangan kanan tanpa meliriknya, lalu berjalan begitu saja meninggalkan Kenzo yang terduduk di tanah.
"Why?" Kenzo dibuat heran dan Elvan malah terkekeh pelan tapi Kenzo bisa menyadarinya
Kenzo pun bangkit dan berlari menyusul Elvan. Kedua lelaki telah itu pergi, menyisakan seorang gadis yang masih terduduk di tanah dan punggungnya bersandar pada sebuah batu besar. Ia masih tidak percaya, lebih tepatnya tidak terima.
Dua pasang kaki berjalan mendekati gadis itu. Mereka berdiri di samping sang gadis yang masih terduduk, namun ia masih belum menyadari kedatangan keduanya.
"O-M-G, ternyata lo di sini" ucap Sisil heboh sendiri yang menghancurkan lamunannya
"Dari tadi kita cariin juga" keluh Ila, ia melipat kedua tangan dan mencebikkan bibirnya
"Iiih, kok jadi kalian yang marah?!" protesnya tidak terima, gadis itu berdiri dan berlagak seolah menantang keduanya
"Ya- ya- ya" gadis bernama Ila mendadak gagap
Sisil menepuk bahu Ila dengan keras sampai membuatnya meringis.
"Apaan sih lo, ga danta banget" cibir Sisil "Bukan gitu maksudnya" ucap Sisil beralih pada ketua geng mereka
"Nah itu maksud gue" kata Ila
Tiffany memutar bola matanya malas "Cabut" titahnya lalu pergi begitu saja
Sisil dan Ila pun segera menyusul ketua mereka. Sesekali mereka bertiga bercekcok saat di perjalanan menuju ke kelas karena sebentar lagi bel istirahat kedua telah usai, akan berbunyi.
¤¤¤
Vote and coment
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)
Fiksi Remaja"Gue bingung cinta sama siapa, masa iya gue punya suami dua." - Agatha. Agatha Jessie Villincia Jhonson, bad girl di sekolahan yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Hobinya membantah guru, bolos pelajaran ataupun tidur di kelas. Ia juga sering pergi k...