Kesedihan yang terdalam

1.4K 47 2
                                    

Ziya dan rifa sudah selesai mencari buku yang ingin dibelinya, mereka berdua pergi mencari biya. Sudah hampir seluruh toko di kelilingi Ziya dan rifa bahkan tadi mereka berdua sempat berpencar tapi mereka sama sekali tidak menemukan biya.

"Ya allah biya kemana ya." Ujar rifa dengan muka panik nya

"Coba aku telpon dulu biya nya." Ujar ziya

Tetapi biya sama sekali tidak mengangkat telpon dari ziya maupun rifa

"Mungkin biya ada urusan penting langsung pergi jadi gak pamit sama kita." Ujar ziya

"Yaudah sekarang kita coba kerumah biya aja yuk." Mereka berdua pun pergi dari toko buku menuju rumah biya





**
Tok...tok...tok
"Assalamualaikum." Ujar rifa dan ziya

"Wa'alaikumsallam." Bang haqi membukan pintu
"Eh ziya, rifa ada apa ya?, ayo duduk dulu." Bang haqi menyilakan ziya dan rifa duduk di kursi yang disediakan di depan teras rumah, rifa dan ziya pun duduk berhadapan dengan bang haqi

"Biya nya udah pulang belum bang." Tanya rifa

"Belum, eh bukan nya tadi biya pamit sama abang kata nya pergi sama kalian." Bang haqi mengernyitkan dahi nya

"Iya bang, tadi memang biya pergi sama kita saat di toko buku kita misah rifa sama ziya melihat buku nya sedangkan biya sendiri tapi saat rifa sama ziya sudah selesai melihat buku nya satu toko buku itu rifa sama ziya kelilingi dan tidak menemukan biya, jadi kami kira biya ada urusan penting gak sempat pamit sama kita makanya kami susul kerumah." Ujar rifa yang mulai khawatir dengan keberadaan biya

"Ya allah biya kemana dia, sebentar abang kedalam dulu ambil hp buat nelfon biya tapi sebelum nya abang minta maaf ni gak bisa nyuruh kalian masuk karna dirumah gak ada siapa-siapa nanti timbulnya malah fitnah."

"Iya bang gak apa-apa kami ngerti kok." Ujar rifa

"Yaudah abang kedalam dulu." Bang haqi pun masuk ke dalam rumah nya

"Ziya... ziya..."

"Subhanallah nikmat allah mana lagi yang kamu dustai." Ujar ziya tanpa sadar apa yang dia ucapkan

"Astaghfirullah ZIYA!."

"Ehh astaghfirullah rifa, kamu apa-apaan si ngejutin aku aja manggil nya kan bisa pelan-pelan."

"Kamu itu udah aku panggilin dari tadi tapi gak nyaut-nyaut, sekali nya nyaut malah bilang subhanallah nikmat allah mana lagi yang kamu dustai, maksud kamu siapa? Bang haqi? Astaghfirullah ziya istighfar dia bukan muhrim kamu." Ujar rifa

"Yang benar aku ngomong kayak gitu fa." Tanya ziya

"Ya iyalaa, kuping aku masih normal, ingat bang haqi bukan muhrim kamu jangan seperti itu ziya." Ujar rifa

"Astaghfirullah maaf kan ziya ya allah, sunggu fa aku gak sadar aku bicara seperti itu, tapi memang bang haqi nya membuat aku..."

"Heh istighfar ziya kamu ini dosa tau."

"Hehehe iya fa astaghfirullah."

Bang haqi keluar dari rumah nya sambil membawa hp nya

"Sebentar ya abang telpon biya nya dulu."

"Tut...tut..tut..."

"Gak di angkat sama biya nya, ya allah kemana si dia." Saat bang haqi ingin menelpon biya lagi ada satu sms masuk ke nomor bang haqi

"Biya sms abang." Ujar bang haqi dengan raut panik nya, bang haqi pun membaca kan pesan nya supaya rifa dan ziya mendengarnya

From Sabiya: maaf biya gak ngangkat telpon bang haqi tapi biya baik-baik aja sekarang biya lagi di Taman, biya lagi ingin sendiri bang dan biya akan segera pulang

"Yaudah abang memang gak tau biya kenapa, tapi abang ngerti dia sekarang pasti benar-benar lagi ingin sendiri jadi biarkan biya sendiri dulu aja ya."

"Iya bang kita juga ngerti, kalau gitu kita pulang dulu ya bang assalamualaikum." Ujar rifa

"Iya bang kita pulang dulu assalamualaikum." Ujar ziya

"Wa'alaikumsallam." Ujar bang haqi, rifa pun memutar kan badan nya untuk pulang sedangkan ziya masih melihat haqi, tanpa di sadari haqi dia tersenyum kepada ziya yang masih melihat nya dan juga tanpa diketahui rifa. Ziya pun membalas senyuman itu dan langsung berbalik mengejar rifa
Dibalik senyuman yang tanpa di sadari oleh haqi ada sebuah arti dari senyuman tersebut.

"Astaghfirullah haqi jangan seperti ini haqi, astaghfirullah." Ujar haqi setelah tau apa yang dia lakukan dan pikirkan, haqi pun memasuki rumah nya sambil membalas pesan biya tadi

To Sabiya: iya abang mengerti, jangan pulang larut malam ya dek










**
Di Taman yang memang sepi pengunjung saat-saat jam segini biya duduk sendiri sambil menangis, dia sudah tidak bisa menahan tangisannya karna hati nya terasa sesak

"Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah biya kamu gak boleh seperti ini dia bukan muhrim kamu, kamu sudah sangat berdosa seperti ini biya berdosa memikirkan dia yang jelas-jelas berbeda dan bukan muhrim nya kamu astaghfirullah." Ujar biya kepada diri nya sendiri

Perlahan-lahan tangisan biya terhenti, biya terus beristighfar, kejadian tadi memang hanya hal biasa bagi orang diluaran sana tapi bagi biya dan keluarga nya itu hal yang sangat di larang bagi keluarga nya dan bagi agamanya.

"Kenapa kamu seceroboh ini biya harus nya dari awal kamu sudah mencari tau atau kamu setidak nya bertanya kepada dia, sebelum nya kamu gak pernah seceroboh ini dalam masalah seperti ini kenapa sekarang kamu malah secepat itu menerima dia hadir di hidup kamu tanpa kamu tau terlebih dahulu tentang dia." Ujar biya kepada dirinya sendiri lagi, biya merasa berdosa telah memikirkan laki-laki yang bukan muhrim nya dan dia juga telah melanggar ketetapan hati nya untuk mengikuti perintah yang telah di tetapkan dalam agama nya untuk urusan hati.

"Astaghfirullah biya kamu gak boleh seperti ini ingat janji kamu biya dan kamu sendiri yang telah berjanji akan mengikuti perintah allah untuk urusan hati kamu." Ujar biya, dia pun berdiri dari duduk nya dan berjalan meninggalkan Taman, karena sekarang sudah pukul setengah lima dia harus pulang sebelum dia semakin membuat bang haqi khawatir sedangkan kedua orang tua nya mereka menginap dirumah tante biya.

Biya pulang jalan kaki dari Taman karena jarak Taman dengan rumah nya tidak la jauh, saat biya memasuki komplek nya dari kejauhan dia melihat seorang laki-laki menggunakan motor besar dan dia sangat tau itu adalah dewa, dengan cepat dia bersembunyi di salah satu pekarangan rumah orang, tak lama dewa pun melewati biya dan pergi

"Huuuuh alhamdulillah untung dia gak ngeliat aku." Ujar biya masih dengan mimik muka kecewa dan sedih nya, biya pun melanjutkan jalan nya sampai di depan rumah nya sebelum masuk dia melihat jam rupanya sudah hampir jam setengah enam, dia pun masuk ke dalam rumah nya.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam, biya kamu dari mana aja si tadi rifa sama ziya nyariin kamu sampai kerumah kasian mereka khawatir sama kamu." Ujar bang haqi

"Biya ta...di ke..." biya tidak bisa menyelesaikan ucapan nya karna dia sudah menangis terlebih dahulu

"Biya kamu kenapa, kok malah nangis hei, sini duduk dulu." Ujar bang haqi sambil mendekati biya dan membawa biya untuk duduk di kursi ruang tamu

"Sekarang cerita sama abang ada apa." Bukan nya cerita biya malah makin sesunggukan karna menangis bang haqi pun tidak memaksa biya lagi untuk bercerita dia membiarkan biya menangis dan menenangkan diri nya terlebih dahulu bang haqi pun hanya bisa memeluk biya dan menunggu hingga biya sudah tenang.




Istiqomah Dalam PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang