PART 1. KOTA RAMONES

3.2K 162 0
                                    

"Hai, Chloe!"

"Elyn?"

Chloe terbangun dan mendapati teman lamanya di samping tempat tidurnya.

"Kamu datang ke Kota Springfield buat jenguk aku?"

"Enggak, bodoh. Kamu yang ke kotaku."

"Huh?"

"Selamat datang di Kota Ramones, Chloe!" seru Elyn dengan girangnya.

Chloe terkejut dengan sambutan Elyn. Dia terdiam dan menatap keheranan pada Elyn yang tangannya terbentang memberikan Chloe salam hangat atas kedatangannya di Kota Ramones itu. Chloe pun tertawa perlahan, cukup lama, hingga akhirnya tertawa terbahak-bahak.

"Elyn, kamu sekolah di mana sih?" pertanyaan retorik dari Chloe. "Gak ada yang namanya Kota Ramones di negeri ini. Kayanya kamu juga lagi sakit ya, Lyn."

"Memang gak ada Kota Ramones di negerimu. Tapi, di negeriku ada."

"Aku tenggelam sampai ke luar negeri? Yang benar aja, Elyn!"

Chloe pun membuka selimutnya dan beranjak dari tempat tidur.

"Kamu mau ke mana, Chlo? Kamu tuh habis tenggelam di laut yang super dingin."

"Aku tahu. Aku mau telepon ayahku. Pasti dia ada di kantor polisi, lagi," serunya. "Anak-anak baru itu pasti sudah melapor ke orang tua mereka," gumam Chloe seraya membuka pintu kamarnya.

"Chloe, Stop!" Elyn berusaha menghentikan Chloe keluar dari kamarnya.

Kepala Chloe terasa seperti dilempar oleh batu besar dari depan. Dia menjadi pusing tidak karuan dengan banyaknya kupu-kupu yang terbang di depan matanya. Leher hingga perutnya seakan terikat oleh tali tambang hingga dia benar-benar tidak bisa bergerak dan napas pun mulai terasa sangat sulit. Chloe pun terjatuh di ambang pintu. Penglihatannya perlahan mulai samar-samar. Elyn membantu Chloe untuk bangun dan menyeretnya ke kasur.

"Aku tahu ini terdengar gila. Tapi, aku tidak bohong padamu," kata Elyn mulai menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak akan tertangkap jelas di telinga Chloe. "Kamu tahu kan, aku ini gak pernah bohong padamu? Kamunya saja yang gak pernah percaya."

Elyn menidurkan Chloe dikasurnya lagi. Perlahan-lahan Chloe pun kembali ke kesadarannya dan sambil menarik napas yang cukup panjang Chloe mulai membentak Elyn.

"AKU SUDAH MATI? KAMU JUGA SUDAH MATI, ELYN?"

"Hey, wow... Tenang dulu! Aku belum mati. KITA belum mati, oke?"

"Terus apa di luar itu?! Pesta Halloween? Ini masih bulan Maret, Elyn, hello!"

"Hello juga, Chloe! Kan aku udah bilang, aku gak pernah bohong sama kamu. Ini bukti dari cerita-ceritaku, Chlo."

"Mustahil! Aku sudah 16 tahun. ENAM. BELAS. TAHUN, Elyn. Mana ada peri di dunia ini!" seru Chloe terdengar sinis sekali. "Aku resmi sudah gila. Aku bergabung dengan Voocord supaya tidak gila dan sekarang..."

"Voocord cuman kumpulan anak-anak pem-bully," sindir Elyn memotong gumaman Chloe.

"Iya, termasuk aku -pem-bully yang gak percaya peri, Elyn!"

Elyn menatap sinis Chloe yang mulai arogan dan kasar sama seperti dirinya yang dulu. Elyn kecewa dengan pertemuan kali pertamanya ini sejak berpisah 3 tahun yang lalu, Chloe tampaknya tidak menjadi lebih baik seperti yang Elyn harapkan.

"Lyn, lebih baik sekarang kamu pinjamkan aku handphone daripada bengong melihat aku kaya gitu!"

Elyn masih terdiam menatap Chloe yang benar-benar mulai membuatnya kesal.

"Dewasalah, Lyn," tambah Chloe. "Aku udah capek sama semua dongeng-dongeng kamu itu. Walaupun dari kecil kita bareng, tapi kita udah bukan sahabat lagi. Voocord, merekalah sahabatku sekarang dan aku percaya sama mereka."

"Kamu benar-benar gak berubah ya, Chlo. Masih nyebelin kaya dulu," seru Elyn sambil berusaha keras menahan amarahnya.

Elyn pun perlahan membuka telapak tangannya dan menjulurkannya ke hadapan Chloe. Secara ajaib debu berwarna putih melayang dan berputar-putar seperti tornado kecil di atas telapak tangan Elyn. Debu itu membentuk persegi panjang padat hingga kemudian memudar dan menjadi telepon genggam 4 inci berwarna putih di atas tangan Elyn. Elyn pun dengan kasar melempar handphone itu ke Chloe yang masih terdiam melihat kejanggalan itu. Dia benar-benar kehabisan kata-kata dengan apa yang dilihatnya barusan.

"Tuh, telepon ayahmu sana!" ucap Elyn dengan ketusnya. "Kamu seharusnya bersyukur karena kami telah membawamu ke sini. Kalau tidak, mungkin sekarang kamu sudah terbaring di dalam tanah."

Chloe tidak menghiraukan ucapan Elyn. Dia melanjutkan niatnya untuk menelepon ayahnya dan meminta untuk dijemput dari rumah sakit tua itu. Chloe menyalakan handphone-nya dengan terburu-buru. Kakinya tergoyang-goyang menunjukan bahwa dia mulai cemas. Handphone pun menyala tapi tidak ada garis sinyal yang terlihat di sana.

"Elyn, gak ada sinyal!" keluhnya sambil menujuk-nunjuk gambar sinyal di handphone.

"Memang gak ada sinyal. Ini kan bukan Kota Springfield," sindir Elyn sambil membuka tirai dari jendela-jendela di dalam kamar tampat Chloe di rawat. "Ini Kota Ramones, gak ada yang namanya sinyal di kota para peri!"

Chloe masih menyangkal untuk percaya dengan apa yang dilihatnya di luar jendela. Manusia bersayap warna-warni berterbangan di antara pepohonan. Chloe berjalan perlahan mendekati jendela untuk menyakinkan dirinya dan melihat sendiri keanehan itu dari dekat.

"Masih gak percaya kalau peri itu ada?" tanya Elyn ketus.

"Aku benar-benar sudah mati!" Chloe pun kehilangan kesadaraanya dan pingsan.

Chloe terbangun di sebuah kamar tua dengan cat putih yang sudah terlihat usang dengan 2 kasur, lemari baju, dan meja belajar. Di samping masing-masing kasur tersebut terdapat 2 koper besar yang salah satu kopernya tidak terlihat asing bagi Chloe.

"Koper ayah?" seru Chloe mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit.

Dia membuka koper itu perlahan berharap bahwa isinya adalah barang-barang ayahnya, bukan barangnya. Koper pun terbuka, barang pertama yang terlihat adalah bra warna pink berpolkadot putih kesukaannya.

"Gila!" gumamnya melihat hampir semua baju dan barang-barang dari kamarnya ada di koper itu. "Bagaimana bisa muat?"

"Hai putri tidur. Selamat datang di Moonfly, sekolah terbaik untuk para peri di Negeri Hanzels," ucap Elyn yang datang dengan membawa dua buku usang berwarna cokelat dengan tulisan "Pendatang Baru".

"Kamu pasti bercanda!"

Sambil tersenyum, Elyn melempar salah satu buku usang itu ke Chloe. "Baca ini!"

Chloe pun hanya menatapi bukunya tanpa sedikit pun tertarik untuk menyentuhnya.

"Okay,karena kamu tidak tertarik dengan bukunya, jadi lebih baik kita tunggupenjelasan singkatnya di pertemuan pertama saja," ucap Elyn yang mulaimembongkar isi kopernya.


BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang