"Selamat datang kembali, Chloe," seru Charlie dengan senyumnya yang sumringah.
"Apakah aku selalu seperti itu?" tanya Chloe dengan melasnya.
"Ya. Tapi yang tadi sangat menyeramkan."
"Apakah benar orang-orang di Moonfly menganggapku sudah mati?"
"Aku tidak tahu. Aku juga baru mendengarnya."
"Dylan adalah adiknya?"
"Iya. Troy, Dylan, dan Scarlett, tiga anak kandung Mary dan Benjamin Killian –sang Penyihir Agung Negeri Morque."
"Mary? Adik Ratu Peri," gumam Chloe keheranan.
"Ya, mereka masih satu keluarga dengan Kerajaan Hanzels."
"Pantas saja Henry, Dylan, dan Elyn sepertinya cukup dekat."
"Dylan –anak Killian yang paling membangkang. Dia memilih untuk menjadi peri daripada menjadi penyihir. Dia sempat di kurung di sini saat berhasil menyelesaikan Labyrinth Cubs, sekitar 2 tahun yang lalu dan sepertinya Dylan bisa dipercaya."
"Bisa dipercaya? Apakah kamu tidak dengar tadi? Berkat idenya yang brilian, dia membuatku dianggap sudah mati!"
"Dia memberikanku jalan keluar, Chloe," ucap Charlie perlahan seperti sedang berbisik. "Dia memintaku untuk menggunakannya dini hari setelah malam bulan biru. Itu jalan keluar kita. Sekarang yang harus dipikirkan adalah bagaimana keluar dari sel ini supaya bisa bersama-sama menggunakannya!"
Suasana menjadi hening lagi di penjara. Chloe bisa merasakan perlahan energinya menghilang dari tubuhnya. Rasa mual di perut dan jantungnya yang berdegup semakin lambat membuat dia hampir tidak bisa bergerak dan terbaring lemah di lantai aspal.
"Chloe..." panggil Charlie. "Apa kamu masih sadar?"
"Ya, Charlie," jawabnya dengan lirih.
"Tetaplah sadar bersamaku. Kalau kamu tertidur, akar oaknya akan menyerap energimu lebih cepat. Kamu akan sekarat seperti 3 tahun yang lalu," ujar Charlie.
"Aku sedang berusaha, Charlie."
"Ceritakan apapun yang telah kamu lakukan selama ini, bersama ayah atau ibu."
"Ibu... sudah tiada," ucapnya lirih.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak tahu," Chloe berbohong dan berusaha untuk tidak menceritakan kisah kematian ibunya itu kepada Charlie. "Aku bahkan tidak ingat wajahnya."
"Aku akan menggambarkannya untukmu."
"Terima kasih," seru Chloe dengan suara yang mulai serak parau dan hampir tidak terdengar.
"Chloe..." Charlie memanggilnya lagi.
"Ya, Charlie."
"Apa kamu pernah mendengarku memanggilmu saat berada di luar sana?"
"Ya, beberapa kali dalam mimpiku."
"Apa yang kamu rasakan?"
Chloe terdiam dan berpikir sejenak sebelum menjawabnya dengan jujur. "Bingung dan... menyeramkan."
"Menyeramkan?"
"Suaramu selalu terdengar di ruangan yang sangat gelap dan menyeramkan."
"Ya, sepertinya itu normal. Karena sebenarnya kita selalu berlatih telepati di hutan Lilyum saat tengah malam. Mungkin karena itu."
"Telepati? Bisakah kita melakukannya?"
"Ya. Itu bakat yang hanya diketahui oleh kita, Chloe. Bahkan sekarang kita sedang melakukannya."
Chloe terkejut mendengar perkataan Charlie tersebut. Perlahan dia memaksakan kepalanya untuk terangkat sedikit agar bisa melihat Charlie yang sedang terduduk pada lututnya, memegangi jeruji besi sel penjaranya dan menatap Chloe dengan wajahnya yang sedang tersenyum.
"Kamu bisa mendengarkanku, Chloe?" suara Charlie terdengar sangat jelas, namun bibirnya hanya berbentuk simpul senyum dan tidak menunjukan bahwa dia sedang atau akan berbicara.
"Apa aku juga bisa melakukannya?" tanya Chloe.
"Cobalah."
Chloe pun mulai berbicara dalam benaknya. "Sayap birumu sangat indah, Charlie."
"Terima kasih. Dulu, sayap birumu juga sangat indah."
"Lalu, apa yang Dylan berikan padamu untuk keluar dari sini?"
"Jumpball."
Chloe pun tersenyum pada Charlie dan menyandarkan kepalanya lagi ke lantai.
"Badanku semakin lemah, Charlie."
"Aku tahu, aku bisa merasakannya."
"Bagaimana kalau aku tidak akan selamat dari akar-akar ini?"
"Jangan menyerah. Kamu hanya perlu tetap sadar hingga bulan biru berakhir."
"Chloe..." panggil Charlie kali ini tanpa telepati. "Ceritakan padaku tentang Henry. Apakah dia sudah menyatakan cintannya padamu?"
"Haruskah aku menceritakannya di saat seperti ini?"
"Ya. Tapi jangan dari telepati. Aku ingin mendengar suaramu."
"Baiklah," Chloe pun menghela napasnya dan mulai memikirkan beberapa kenangannya bersama Henry. "Ya, Henry menyatakan cintanya padaku dan kami pernah berpacaran selama 2 tahun. Dia sangat menawan tapi pandai sekali berbohong."
"Benar-benar terdengar seperti Henry," gumam Charlie.
"Aku masih tidak mengerti kenapa dia selalu membohongiku. Tapi bodohnya, aku tetap menyukai dia. Apa mungkin aku dimantrai oleh Henry?"
"Aku rasa tidak," jawab Charlie sambil sedikit terkikik. "Kamu naksir sekali dengan pangeran itu sejak kecil. Kamu selalu memaksa ibu untuk membawamu ke istana saat dia akan pergi bekerja."
"Benarkah? Ibu bekerja di istana?"
"Ya. Ibu ditunjuk oleh Raja Peri untuk menjadi mentor Lady Hanzels waktu itu."
"Ah! Waktu kecil aku pasti terlihat bodoh sekali."
"Kamu sangat lucu, Chloe," ucap Charlie yang suaranya sudah serak dan mulai terbatuk-batuk.
"Kamu baik-baik saja, Charlie?" tanya Chloe khawatir.
"Aku baik-baik saja. Lalu, bagaimana dengan perasaanmu sekarang kepadanya?"
"Perasaanku pada Henry?" Chloe berpikir sebentar dan menjawab, "rumit. Aku tidak tahu. Rasanya rumit sekali."
"Apakah mungkin kalian akan bersama lagi?"
"Sepertinya tidak. Dia sudah punya tunangan sekarang."
"Tunangan? Vinca?"
"Kamu kenal dengannya?"
"Dia selalu mengaku-aku sebagai tunangan Henry sejak kecil."
"Tapi aku yakin mereka sudah resmi bertunangan sekarang," ucap Chloe lirih yang suaranya hampir tidak terdengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON - Book 1
FantasyDi tempat Chloe Zayn Ginadio berasal, dunia terbagi atas 4 bagian. Daerah pertama yang merupakan daerah terbesar bernama Allwynds -negeri para manusia, kedua adalah Morque -negeri para penyihir, ketiga adalah Hanzels -negeri para peri, elves, dan pi...