Henry membuka telapak tangannya lebar-lebar di bola air yang sedang melayang itu. Perlahan dari bawah telapak tangan Henry muncul sekilas sinar ungu. Bola air itu bergerak semakin cepat dan Elyn pun dengan gesit membaca peta yang dipegangnya dan menunjukan arah.
Chloe bisa merasakan energinya yang semakin lama semakin terkuras. Kepalanya menjadi pusing dan kakinya mulai gemetar kelelahan. Tidak sanggup lagi menahan nyeri, akhirnya Chloe pun terduduk dengan lututnya. Namun, dengan fokus yang belum goyahkan, Chloe masih bisa mengendali terbangnya bola air.
Rasa sakit yang menyiksa kepala Chloe perlahan mulai melemahkan detak jantungnya. Henry pun semakin khawatir dan terus-terusan bertanya kepada Elyn seberapa jauh lagi pintu keluarnya. "Sedikit lagi," seru Elyn. "Aku janji sedikit lagi!"
Darah segar mulai mengalir dari hidung Chloe. Matanya pun mulai sayu dan hampir tertutup. Beberapa kali terbangnya bola air itu tidak stabil dan berbenturan dengan dinding. Alvin, Eric dan Logan tidak henti-hentinya memberi semangat kepada Chloe untuk membuatnya tetap sadar.
Akhirnya setelah satu belokan, mereka melihat ujung labirin yang sangat terang. Elyn berteriak dengan puasnya mengatakan bahwa itu pintu keluarnya. Dan tepat saat mereka memasuki cahaya terang itu, Chloe pun perlahan menutup mata dan kehilangan kesadarannya.
===
Chloe terbangun di lantai semen yang dingin dan berlumut. Kepalanya masih terasa sakit sekali dan ditelinganya masih berdengung-degung seakan ada puluhan drum di dalamnya. Chloe berusaha bangun dengan perlahan. Dia mulai melihat-lihat dan menyadari dirinya tengah berada di sebuah penjara yang sama persis dengan apa yang pernah dia mimpikan. Namun, Charlie yang dilihatnya di mimpi waktu itu sedang terbaring tidak berdaya, namun sekarang dia terlihat baik-baik saja di seberang sel penjara Chloe.
Charlie memegang jeruji besinya sambil menatap Chloe dari sana. Keningnya berkerut dan matanya mulai berair-air. Chloe tidak bisa mengingat sama sekali bagaimana kehidupannya bersama Charlie. Dia bahkan masih ragu apakah Charlie benar-benar saudara kembarnya atau bukan. Chloe tidak merasakan apa-apa dan masih sangat bingung harus bereaksi seperti apa melihat Charlie yang sangat kurus, berambut panjang pirang sebahu dan ikal, serta rambut-rambut halus yang menutupi hampir setengah wajahnya.
"Hai Chloe, ini hampir bulan biru lagi," seru Charlie meleburkan keheningan di antara mereka.
Bulan biru terjadi tiga tahun sekali. Tahun ini jatuh pada tanggal 21 Mei 2016. 3 tahun sebelumnya –saat mereka berdua pertama kali diculik, bulan biru jatuh pada tanggal 21 Agustus 2013 sedangkan tanggal kelahiran Charlie dan Chloe sendiri yaitu bulan biru pada tanggal 19 Februari 2000.
"Kamu... masih secantik ibu," tambah Charlie. "Apa yang terjadi pada rambut pirangmu?" tanyanya.
"Ayah... menyuruhku mengecatnya jadi hitam."
Kecanggungan mulai terasa saat Chloe memalingkan wajahnya dari Charlie.
"Maafkan aku..." ucap Chloe. "Tapi aku benar-benar tidak bisa mengingatmu."
"Tidak apa-apa. Aku mengerti."
Mereka pun kembali terdiam dan canggung. Charlie tidak sama sekali bergerak dari tempatnya berdiri dan mengalihkan pandangannya dari Chloe yang mulai gusar di dalam sel penjaranya.
"Chloe..." panggil Charlie. "Tenanglah. Kali ini pasti kita bisa keluar dari sini. Aku berjan..."
"Jangan berjanji apapun padaku, kumohon!" teriak Chloe membuat Charlie terkejut. "Aku benar-benar sudah lelah melihat hal-hal mustahil terjadi di depan mataku. Kalau memang hidupku akan berakhir di sini, aku tidak akan melawannya!"
"Oh Chloe... jangan berpikir seperti itu. Kumohon!" pinta Charlie lirih. "3 tahun yang lalu aku kira hidup kita juga akan berakhir di sini tapi itu tidak terjadi. Lihat! Kita berdua masih hidup dan baik-baik saja."
"Kita tidak baik-baik saja!" teriaknya lagi meluapkan segala emosinya. "Aku tidak baik-baik saja, oh Tuhan..." kali ini gumam Chloe dengan lirih sambil menangis.
Jantung Chloe mulai berdetak tidak beraturan, dia juga berkeringat dan gemetaran. Napasnya pun menjadi sesak dan perutnya terasa kram. Kini Chloe mulai diselumbungi oleh kekhawatiran dan ketakutan. Dia pun mundur, memojokan dirinya di sel tahanan sambil memegangi dadanya yang sangat nyeri.
Charlie yang melihat hal itu mulai berteriak-teriak memanggil Chloe sambil memukul-mukul jeruji besi yang memisahkan mereka. Perlahan namun terasa sangat nyata, Charlie pun mulai panik dan jantungnya berdebar dengan cepat seakan-akan ingin lepas dari rongga dadanya. "Chloe... apa yang terjadi padamu?"
Chloe masih kesakitan dan mulai terengah-engah di pojok ruangan. Seakan kesadaran mulai meninggalkan tubuhnya, tangan dan kakinya pun mulai melemas. Tiba-tiba seorang pria dengan tongkat bengkoknya muncul di antara sel penjara Chloe dan Charlie.
"Troy!" seru Charlie. "Kumohon, lepaskan dia."
Troy hanya tersenyum acuh bahkan dia tertawa saat melihat Chloe yang sedang ketakutan di pojok sel penjaranya itu.
"Ah! Panic disorder. Aku pernah mendengarnya dari adikku yang paling membangkang –Dylan, tapi baru kali ini aku melihatnya sendiri. Manarik sekali."
Troy mengayunkan tongkat sihirnya kepada Chloe dan perlahan kondisi Chloe pun stabil. Jatungnya mulai berdegup normal dan kram-kram yang terasa disekujur tubuhnya juga mulai menghilang, namun napasnya yang masih tersengal membuat Chloe belum sanggup berbicara ataupun melakukan sesuatu.
"Anggap saja itu hadiah atas kelulusanmu dari Labyrinth Cubs," seru Troy. "Sayang sekali kamu melawatkan malam penutupannya," tambahnya meledek. "Apa kamu tahu sudah berapa hari kamu pingsan? 7 hari di Moonfly dan 7 hari di sel penjara ini!"
"Karena aku sudah baik memberikanmu hadiah, jadi bersikap manislah sampai bulan biru terjadi nanti malam," ucap Troy mengancam.
Troy mengayunkan tongkat sihirnya lagi ke tembok penjara Chloe. Perlahan akar pohon besar berwarna coklat merambat keluar dari tembok. Akar-akarnya yang kecil menjerat tepat di kedua pergelangan tangan Chloe dengan sangat erat seperti akan meremukannya. Akar itu mulai menghantarkan panas yang luar biasa hingga mengeluarkan sedikit asap putih. Chloe pun berteriak histeris seraya kesakitan dahsyat yang dia rasakan di pergelangan tangannya.
"Tenang saja, ini hanya sakit sebentar," seru Troy.
Charlie pun perlahan terjerat dengan akar pohon besar yang sama yang merambat di tembok selnya. Charlie berusaha keras menahan sakit dipergelangan tangannya dengan mengigit keras bibirnya. "Kamu dan keluargamu akan menyesali perbuatan kalian ini!" seru Charlie dengan kesalnya.
"Uh... apakah itu ancaman?" sindir Troy mempermaikan Charlie. "Tenang saja. Seperti yang pernah aku bilang, saat aura bulan biru terhisap habis, mungkin kamu masih bisa hidup –hidup sebagai manusia cacat dan tidak berguna!"
"Aku yakin, Chloe akan senang sekali jika bisa hidup sebagai manusia biasa," tambah Troy mengolok-olok Chloe. "Pangeranmu juga pasti akan tetap mencintaimu. Oops, tapi sepertinya tidak. Terima kasih untuk ide Dylan yang brilian, karena semua orang di Moonfly melihatmu mati. Jadi, nikmatilah hari terakhirmu sebagai Myriil."
Chloe menatap tajam Troy yang sangat mengesalkan itu, Chloe pun tanpa ragu berkata, "aku yakin aku bisa membunuhmu walaupun sebagai manusia cacat dan tidak berguna!"
"Oh, wow... kamu sudah sadar. Aku akan sangat menunggu momen itu datang, cantik!"
Troy pun pergi menghilang dalam sekejab dengan teleport-nya. Akar-akar itu semakinmeremas pergelangan tangan Chloe. Saat ini kesadaran Chloe yang sudah kembalipun membuatnya menjadi sekuat dulu yang selalu berusaha tenang dan berpikirmatang walaupun pada akhirnya beraksi gegabah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON - Book 1
FantasyDi tempat Chloe Zayn Ginadio berasal, dunia terbagi atas 4 bagian. Daerah pertama yang merupakan daerah terbesar bernama Allwynds -negeri para manusia, kedua adalah Morque -negeri para penyihir, ketiga adalah Hanzels -negeri para peri, elves, dan pi...